Newsletter

Setelah Kabinet, Mari Arahkan Hati ke Bank Indonesia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
24 October 2019 07:05
Kinerja Keuangan Memble, Wall Street Tetap Hijau
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Beralih ke AS, Wall Street mencetak apresiasi pada perdagangan hari Rabu: indeks Dow Jones naik 0,11%, indeks S&P 500 menguat 0,28%, dan indeks Nasdaq Composite bertambah 0,19%.

Walau rilis kinerja keuangan dari perusahaan-perusahaan yang melantai di AS bisa dibilang mengecewakan, nyatanya Wall Street tetap bisa mengakhiri hari di teritori positif. Kemarin, perusahaan produsen alat berat Caterpillar mengumumkan bahwa penjualan untuk periode kuartal III-2019 adalah senilai US$ 12,76 miliar, di bawah konsensus yang dihimpun oleh Refinitiv yang senilai US$ 13,57 miliar. Laba per saham diumumkan senilai US$ 2,66, lebih rendah ketimbang konsensus yang senilai US$ 2,88.

Perusahaan kemudian merevisi ke bawah proyeksinya untuk kinerja keuangan tahun 2019. Kini, laba per saham untuk periode 2019 ditargetkan berada di rentang US$ 10,59 hingga US$ 11,09, lebih rendah dari ekspektasi analis yang senilai US$ 11,7.

Sebagai informasi, kinerja Caterpillar dijadikan acuan oleh investor untuk mengukur kuat-lemahnya arus perdagangan internasional, seiring dengan besarnya eksposur perusahaan kepada pasar luar negeri. Di tengah perang dagang AS-China, kinerja Caterpillar dijadikan acuan untuk mengukur dampak dari perang dagang antara dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut.

Walau sempat ambruk lebih dari 6% pada sesi perdagangan premarket, harga saham perusahaan nyatanya ditutup menguat 1,2%.

Komentar positif yang kembali ditebar oleh China terkait hubungan dengan AS di bidang perdagangan menjadi faktor yang melandasi aksi beli di bursa saham AS.

Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng mengatakan bahwa AS dan China telah mencapai perkembangan dalam negosiasi dagang kedua negara, seperti dilansir dari Reuters. Menurut Le, segala perbedaan yang ada antara AS dan China bisa diselesaikan selama keduanya menghormati satu sama lain.

“Selama kita saling menghormati satu sama lain dan bekerjasama dengan azaz keadilan, tidak ada perbedaan yang tak dapat diselesaikan antara China dan AS,” kata Le.

“Yang China inginkan adalah memberikan kehidupan yang lebih baik bagi rakyatnya. Kami tak ingin merenggut apapun dari pihak lain. Tidaklah ada ceritanya bahwa China ingin menggantikan ataupun mengancam pihak lain,” katanya guna semakin mendinginkan suasana dengan AS.

Dirinya kemudian menjelaskan bahwa AS dan China telah mencapai banyak hal melalui kerjasama selama bertahun-tahun.

“Untuk apa kita melepaskan capaian-capaian dari kerjasama tersebut?”

Jika benar AS-China bisa meneken kesepakatan dagang tahap satu pada bulan depan, tentu ini akan menjadi kabar yang sangat positif bagi perekonomian kedua negara lantaran roda perekonomian akan bisa dipacu untuk berputar lebih kencang.

Asal tahu saja, kesepakatan dagang AS-China bisa menjadi kunci untuk membebaskan kedua negara dari yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.

Untuk diketahui, pada tahun 2018 International Monetary Fund (IMF) mencatat perekonomian AS tumbuh sebesar 2,857%, menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2015.

Pada tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS melambat menjadi 2,6%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan kembali merosot menjadi 1,9% saja.

Beralih ke China, pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 diproyeksikan melandai ke level 6,2%, dari yang sebelumnya 6,6% pada tahun 2018. Pada tahun depan, pertumbuhannya kembali diproyeksikan melandai menjadi 6%.

BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini

(ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular