Newsletter

Kondisi Eksternal Kondusif, Saatnya BI Effect Bekerja!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 September 2019 06:34
Cermati Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Wall Street bisa dikatakan bergerak stabil dalam dua hari terakhir, tidak ada aksi jual besar meski sinyal kebijakan moneter The Fed masih belum jelas, dan sedikit komentar negatif baik dari AS maupun China terkait perundingan dagang. 

Optimisme pelaku pasar akan hasil positif dari negosiasi dagang kali ini menjaga Wall Street dari penurunan tajam. Apalagi Presiden Trump sebelumnya mengatakan China telah membeli produk-produk pertanian asal AS dalam jumlah yang besar, sebelum kemudian mengatakan bahwa kesepakatan dagang dengan China bisa diteken sebelum gelaran pemilihan presiden (Pilpres) di AS pada tahun 2020 atau sehari setelahnya.

Sementara itu kabar bagus datang dari Benua Biru, Presiden Komisi Eropa, Jean-Claude Juncker mengatakan yakin akan mencapai kesepakatan Brexit setelah bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

"Saya pikir kita akan mencapai kesepakatan (dengan Inggris). Saya melakukan segalanya untuk mencapai kesepakatan karena saya tidak suka ide no-deal, saya pikir itu akan memberikan bencana setidaknya selama satu tahun" kata Juncker kepada Sky News sebagaimana dilansir CNBC International


Selain stabilnya Wall Street dan kabar bagus dari Eropa, keputusan moneter The Fed dan BI masih akan mempengaruhi pergerakan pasar finansial dalam negeri. 

Arah kebijakan The Fed yang belum terlihat dengan jelas membuat pelaku pasar perlu waktu lebih banyak untuk mencernanya.

Sebelumnya pelaku pasar berharap Powell akan mengindikasikan suku bunga kembali di pangkas di sisa tahun ini. Namun nyatanya pandangan tentang suku bunga beberapa anggota dewan Federal Open Market Committee (FOMC) yang mendapat jatah voting terbelah. 

Dua anggota FOMC tidak setuju The Fed memangkas suku bunga 25 bps, satu lainnya meminta suku bunga dipangkas 50 bps. 

Bahkan untuk arah kebijakan selanjutnya di sisa tahun ini juga menunjukkan perbedaan pendapat dari semua anggota FOMC termasuk yang bukan anggota voting. Berdasarkan Fed dot plot Lima anggota ingin suku bunga tetap seperti sebelum dipangkas (2-2,25%). Lima anggota lainnya ingin mempertahankan di level saat ini (1,75-2%), dan tujuh anggota ingin memangkas lagi sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%. 

Akibat perbedaan perdapat tersebut, pelaku pasar melihat probabilitas suku bunga kembali dipangkas di sisa tahun ini masih belum terlalu besar. 

Sementara itu pemangkasan suku bunga dari BI sudah menunjukkan efek bagi rupiah di akhir menjelang akhir perdagangan Kamis kemarin, Mata uang Garuda terus memangkas pelemahan hingga stagnan. IHSG sebenarnya juga sempat memangkas pelemahan usai BI memangkas suku bunga, tapi belum mampu terus merangkak naik. 





Selain memangkas suku bunga, BI juga memutuskan untuk menurunkan uang muka (down payment) yang masuk skema loan to value (LTV) kredit properti dan kendaraan bermotor untuk merangsang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dengan stabilnya kondisi eksternal, ada peluang efek pemangkasan suku bunga dan kebijakan lainnya dari BI baru akan terasa pada hari ini. Rupiah sudah terlihat mendapat momentum penguatan yang bisa berlanjut hari ini, dan bisa jadi akan turut mengerek IHSG ke zona hijau, dan melanjutkan penguatan pasar obligasi.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4) (pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular