Newsletter

The Fed Pangkas Suku Bunga Lagi, BI?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 September 2019 06:53
Cermati Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Setelah The Fed, giliran bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) yang akan mengumumkan kebijakan moneter.

Hasil survei Reuters menunjukkan bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda ini diprediksi belum akan menggelontorkan stimulus moneter. 28 dari 41 ekonom yang disurvei memprediksi BOJ akan mengumumkan stimulus moneter di sisa tahun ini, dan 13 sisanya mengatakan stimulus akan digelontorkan hari ini.

Jepang yang terus mengalami inflasi rendah tak kunjung membuat BoJ menggelontorkan stimulus moneter, sehingga BoJ diperkirakan telah kehabisan amunisi.

"BOJ kemungkinan ingin menyimpan amunisinya karena yen tidak menguat terlalu banyak" kata Hiroaki Mutou, kepala ekonom di Tokai Tokyo Research Institute, sebagaimana dikutip Reuters akhir Juli lalu.

"Jika The Fed memicu penguatan yen, BOJ kemungkinan akan menguatkan panduan kebijakannya (menegaskan akan menggelontorkan stimulus), atau membiarkan yield obligasi tenor 10 tahun bergerak lebih lebar" tambahnya saat itu.


Kurang dari satu bulan setelah pernyataan tersebut, tepatnya pada 26 Agustus kurs yen menyentuh level terkuat sejak November 2016 di 104,44/US$. Semenjak saat itu yen sudah kembali melemah hingga berada di kisaran 108,40/US$ hari ini.

Penguatan yen bukan kabar bagus bagi negara yang mengandalkan ekspor, produk yang ditawarkan menjadi kurang kompetitif. Belum lagi penguatan yen akan menyulitkan untuk mengangkat inflasi di Negeri Matahari Terbit.

Kejutan dari BoJ tentunya akan dinanti pelaku pasar.

Setelah BoJ, giliran Bank Indonesia (BI) yang akan mengumumkan suku bunga. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Gubernur Perry Warijyo dan sejawat akan kembali menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25%.



Jika hal tersebut sampai terjadi, berarti BI memangkas suku bunga dalam tiga bulan berturut-turut. Inflasi yang bisa terus terjaga memberikan ruang bagi BI untuk kembali melonggarkan kebijakan moneter. Selain itu, memasuki kuartal III-2019, neraca perdagangan RI mencatat defisit tidak terlalu besar di bulan Juli, kemudian berbalik surplus di bulan Agustus meski tidak terlalu besar juga.

Bisa dikatakan neraca perdagangan RI lebih stabil di kuartal III-2019, sehingga defisit neraca pembayaran (current account deficit/CAD) bisa membaik.

Selain itu saat, dalam konferensi pers bulan lalu Perry mengatakan pemangkasan suku bunga yang dilakukan merupakan antisipasi pemangkasan suku bunga The Fed sebanyak satu kali di tahun ini. Kini The Fed sudah dua kali memangkas suku bunga, tentunya BI memiliki ruang pemangkasan yang lebih besar lagi.

Melihat respon pelaku pasar yang positif dalam dua kali pemangkasan suku bunga sebelumnya, bisa jadi jika BI kembali memangkas suku bunga sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar, rupiah, IHSG, dan pasar obligasi akan kembali menghijau.

Setelah BI, giliran bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang akan mengumumkan kebijakan moneter. Namun, di tengah perundingan Brexit antara Inggris dan Uni Eropa, BoE hampir pasti tidak akan merubah kebijakannya kali ini.



(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular