Newsletter

Menanti Data Inflasi Dunia dan Realisasi AS-China

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
09 September 2019 07:02
Menanti Data Inflasi Dunia dan Realisasi AS-China
Newsletter
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan domestik sepanjang pekan lalu ditutup menghijau, kecuali untuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang meskipun lebih banyak ditutup di zona hijau tetapi tidak mampu menutup koreksi yang terjadi di awal pekan.

Minat investor terhadap aset-aset berisiko sedang tinggi, apa lagi kalau bukan karena harapan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China.

Kementerian Perdagangan China memberi konfirmasi bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He dan Gubernur Bank Sentral China (PBoC) Yi Gang telah menelepon Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Mereka sepakat untuk melanjutkan dialog dagang di Washington pada awal Oktober.


"Semua isu akan dibahas di sana. Pencurian hak atas kekayaan intelektual, liberalisasi jasa keuangan, cyber space, pembelian produk-produk AS, termasuk halangan tarif dan non-tarif. Anda sebut saja. Kalau ada hasil yang memuaskan, berarti hubungan kami akan membaik," ungkap Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow, seperti diwartakan Reuters.

Pasar saham menguat tipis pada Jumat pekan lalu 0,03% menjadi 6.308 untuk IHSG, atau berarti turun 0,31% sepanjang pekan. Penguatan yang terjadi beruntun sejak Rabu hingga Jumat ternyata belum dapat menutup koreksi pada 2 hari pertama pekan tersebut.


Koreksi yang terjadi sepekan lalu juga menunjukkan bahwa pelaku pasar modal masih tidak mengindahkan perbaikan data cadangan devisa valas pemerintah pada Agustus yang naik menjadi US$ 126,4 miliar, lebih baik daripada prediksi US$ 124,8 miliar dan dari bulan sebelumnya US$ 125,9 miliar.

Penguatan juga dialami pasar surat utang negara (SUN) rupiah pada Jumat, sehingga mampu mendongkrak harga dan menekan tingkat imbal hasil (yield) sebesar 0,3 basis poin (bps) menjadi 7,31%.

Pergerakan harga dan yield saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

Bedanya dibanding pasar saham, pasar SUN mampu menguat pada periode yang sama dari posisi 7,34% pada akhir pekan sebelumnya.

Penguatan pasar SUN rupiah pemerintah juga linear dengan mata uang Garuda yang menguat 0,63% sepanjang pekan lalu menjadi Rp 14.090 per dolar AS dari Rp 14180 per dolar AS.

Penguatan pasar SUN rupiah dan mata uang Garuda seakan menggambarkan minat investor global terhadap produk berisiko (risk appetite) seperti instrumen investasi di negara berkembang layaknya Indonesia turut mempengaruhi pasar pekan lalu.



BERSAMBUNG KE HAL 2

Sentimen positif dari turunnya tensi AS-China turut ditambah oleh nada dovish dari Gubernur The Fed Jerome Powell terhadap arah kebijakan moneternya, terutama menjelang Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 17-18 September, pekan depan, yang akan menjadi penentu jadi-tidaknya suku bunga acuan mereka akan dipangkas.

Saat ini, CME Fedwatch yang mencerminkan ekspektasi pelaku pasar global terhadap potensi penurunan suku bunga The Fed Fund Rate 25 bps masih berada di angka 91,2%. Sebagian kecil yaitu 8,8% masih memprediksi suku bunga acuan AS akan bertahan di level yang sama seperti sekarang yaitu 2%-2,25%.





Pernyataan Powell dari Zurich yang cenderung copy paste atau bahkan template dengan kata-kata akan melanjutkan langkah-langkah yang "as appropriate" nyatanya mampu menenangkan pasar yang sudah menguat sepanjang pekan lalu dan membuat minat mereka terhadap aset berisiko juga membesar.

Data tenaga kerja AS pada Jumat pagi waktu setempat yang beragam sempat membingungkan pasar saham, tetapi sentimen yang mengambang sefera dipertegas pernyataan Powell bahwa bank sentral masih sejalan dengan pendekatan yang diperlukan.

Data tenaga kerja menunjukkan tingkat pengangguran naik menjadi 3,7%, di atas prediksi 3,6% dan serupa dengan bulan sebelumnya 3,7%. Di sisi lain, data tenaga kerja pemerintahan naik kencang menjadi 34.000 dari prediksi 6.000 dan dari prediksi 34.300 angkatan kerja pada bulan sebelumnya.

Sepanjang pekan lalu, penguatan pasar SUN dibarengi oleh kedatangan dana asing Rp 1,61 triliun, di mana jumlah kepemilikan investor asing naik menjadi Rp 1.011 triliun per 4 September dari Rp 1.009 triliun pada pekan sebelumnya. Arus dana ke pasar SUN inilah yang kemungkinan sudah mendongrak nilai tukar rupiah pada periode yang sama.

Seiring dengan semakin kondusifnya pasar keuangan pekan lalu, harga emas di pasar spot turun menjadi US$ 1.519 per troy ounce (oz) pada 30 Agustus menjadi US$ 1.506/oz pada 6 September.

Emas memang menjadi instrumen yang dianggap 'pelarian' ketika kontraksi sedang terjadi di pasar keuangan global, sehingga jika pasar saham terkoreksi biasanya akan dibarengi oleh penguatan harga emas.

Koreksi di pasar saham ternyata benar disertai aksi jual bersih investor asing di pasar reguler Rp 1,48 triliun. Pasar reguler lebih mencerminkan transaksi organik dibandingkan dengan data seluruh jenis pasar (ditambah pasar negosiasi dan pasar tunai) yang turut memasukkan transaksi besar (block sale).



BERSAMBUNG KE HAL 3 Pertama, perhatian pelaku pasar bakal tertuju pada data ekonomi makro yang juga dicermati oleh otoritas moneter dunia, yakni inflasi yang bakal dirilis para "singa ekonomi dunia". Bisa dibilang pekan ini merupakan pekan inflasi (per Agustus).

China akan menjadi negara pertama pekan ini yang mengumumkan data inflasi Agustus, yakni pada Selasa. Pada Kamis, giliran Amerika Serikat (AS), Prancis, Jerman, dan Spanyol.

Kedua, perhatian pelaku pasar bakal mengarah ke Eropa Barat, setelah Uni Eropa sepakat menunjuk direktur pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde untuk menjadi Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) menggantikan Mario Draghi.

Lagarde dijadwalkan mundur dari kursi IMF pada Kamis, dan terbuka peluang muncul pernyataan dari perempuan berkebangsaan Prancis tersebut mengenai kebijakan ekonomi dan moneter serta arah kebijakan ECB ke depannya.

Sejauh ini, pasar berspekulasi bahwa Lagarde tak akan menahan suku bunga rendah dalam waktu lama. Suku bunga acuan ECB bakal diumumkan Kamis sore pukul 18:45 WIB, dengan proyeksi tidak bakal berubah di level 0%.
Beriringan dengan itu, Uni Eropa bakal mengumumkan neraca perdagangan per Juli di Benua Biru, yang menurut polling Tradingeconomics bakal senilai 16,8 miliar euro, atau melemah dari capaian sebulan sebelumnya sebesar 20,6 miliar euro.

Ketiga, sentimen bakal muncul dari dalam negeri dan juga dari luar negeri, yakni data penjualan ritel. Bank Indonesia (BI) dijadwalkan merilis data Laporan Survei Penjualan Eceran Juli 2019 pada hari Selasa pukul 17:00 WIB.

Karena pasar telah tutup, investor bakal menafsirkan dan merespon rilis data tersebut pada perdagangan Rabu. Saham-saham yang terpengaruh terutama yang  bergerak di sektor ritel dan juga sektor konsumer.

Dari luar negeri, pelaku pasar juga perlu mencermati pengumuman data penjualan ritel AS (per Agustus) yang bakal dilepas pada Jumat.

Keempat, sentimen datang dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang memperluas kebijakan ganjil-genap Senin nanti. Kebijakan tersebut diterapkan lebih panjang, yaitu dari Senin sampai Jumat pukul 06.00-10.00 WIB dan 16.00-21.00 WIB, kecuali hari libur nasional.

Cakupannya pun diperluas dengan mencapai 25 ruas jalan di Ibu Kota dengan tambahan 16 titik jalan baru. Jika berani melanggar, maka denda senilai Rp 500.000 siap menanti.

Tak ayal, para pengendara mobil di Jakarta yang jumlahnya mencapai 18 juta bakal berpikir ulang mengemudikan kendaran mereka. Di tengah perkembangan tersebut, investor layak mencermati saham-saham emiten transportasi penumpang karena berpeluang mendapat berkah dari peralihan pengguna kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Kelima, yang layak dicermati, adalah hajatan dari Negeri Sam oleh Apple pada Selasa, yang memicu spekulasi bahwa pabrikan ponsel tersebut bakal merilis produk barunya sebagai bagian dari terobosan branding terbarunya.

Dalam undangan yang dikirimkan kepada awak media, logo Apple hadir dengan beragam warna disertai dengan tagline bertuliskan "By innovation only". Pelaku pasar menduga akan ada peluncuran tiga produk baru.

Jika spekulasi tersebut benar, maka saham-saham distributor gadget di Indonesia berpeluang dilirik investor. Secara historis, rilis produk baru Apple dan juga pesaing utamanya (Samsung dan Huawei) diikuti aksi beli distributor gawai di Indonesia karena ekspektasi adanya peningkatan laba bersih mereka menyusul kenaikan permintaan masyarakat.

Keenam, tentunya adalah kelanjutan dari rencana pertemuan China-AS, terlebih seharusnya Presiden AS Donald Trump tidak gegabah memainkan twit secara liar tanpa memperhitungkan kelanjutan perundingan yang sudah dinanti-nanti.


BERSAMBUNG KE HAL 4
Senin, 9 September
Data pertumbuhan PDB, Jepang. 06:50.
Neraca perdagangan, Jerman. 13:00.
Neraca perdagangan, Inggris Raya. 15:30.
Data pertumbuhan PDB, Inggris Raya. 15:30.

RUPS Citra Putra Realty Tbk (CLAY) 10:00.


Selasa, 10 September
Data penjualan ritel, Indonesia. 17:00.
Inflasi, China. 08:30.
Data persediaan minyak mentah, AS. 15:30.


Rabu, 11 September
RUPS PT Bank BTPN Tbk (BTPN) 10:00.
RUPS PT Wahana Interfood Nusantara Tbk (COCO) 10:00.
RUPS PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT) 14:00.


Kamis, 12 September
Inflasi, Jerman. 13:00
Inflasi, Perancis. 13:45.
Suku bunga acuan, Uni Eropa. 16:45.
Inflasi, AS. 19:30.


Jumat, 13 September
Data investasi asing langsung (FDI), China. 14:00.
Neraca perdagangan, Uni Eropa. 16:00.

Allotment IPO PT Telefast Indonesia Tbk (TFAS).
Cum dividen bonus PT Asuransi Sinarmas MSIG Tbk (LIFE) 16:15.



Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q2-2019 YoY)

5,05%

Inflasi (Agustus 2019 YoY)

3,49%

BI 7-Day Reverse Repo Rate (Agustus 2019)

5,5%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (Q2-2019)

-3,04% PDB

Neraca pembayaran (Q2-2019)

-US$ 1,98 miliar

Cadangan devisa (Agustus 2019)

US$ 126,4 miliar

 




TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular