Newsletter

Fiuh, Legaa...! Akhirnya Ada Berita Baik Bagi Pasar Keuangan

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
05 September 2019 06:22
Wall Street
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
Sementara itu beralih ke bursa saham acuan AS, tiga indeks utama kompak ditutup menguat secara signifikan seiring dengan data ekonomi yang solid dari China, meredanya ketegangan politik di Hong Kong, dan persetujuan anggota parlemen Inggris untuk menunda Brexit.

Data pasar menunjukkan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,9% ke level 26.355,47 poin, indeks S&P 500 melesat 1,1% menjadi 2.937,78 poin yang dimpimpin oleh penguatan sektor teknologi. Sedangkan Nasdaq juga ditutup naik signifikan 1,3% ke level 7.976,88 poin.

Emiten sektor perbankan di Wall Street juga membukukan penguatan yang signifikan setelah imbal hasil surat berharga pemerintah tidak lagi mencatatkan inversi. Alhasil saham Bank of America & Citigroup masing-masing melesat lebih dari 1,3%, serta JP Morgan yang naik 1,2%.

Kemarin (4/9/2019) rilis data ekonomi terbaru China menunjukkan angka PMI sektor jasa bulan Agustus yang mencapai level tertinggi dalam 3 bulan terakhir. Terlebih lagi, perolehan tersebut disokong peningkatan jumlah pesanan dan pesatnya pertumbuhan lapangan kerja ke level tertinggi sejak Juni 2018, dilansir Trading Economics.

Indeks Caixin/Markit Services Purchasing Managers' Index (PMI) Negeri Panda ini berada di level 52,1 pada Agustus, yang merupakan level tertinggi sejak Mei. Angka di atas 50 mengindikasikan adanya ekspansi.

Pelaku pasar Wall Street sangat mengapresiasi rilis data tersebut karena hasil positif dicapai setelah AS dan China saling berbalas kenaikan tarif, yang mengawali babak baru eskalasi perang dagang kedua negara.

Hal ini membuktikan keberhasilan stimulus ekonomi dari pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik Negeri Tongkok.

Lebih lanjut, risk appetite investor juga naik seiring dengan meredanya tensi politik di Hong Kong. Hal ni dikarenakan Pemimpin Hong Kong Carrie Lam secara resmi menarik kembali RUU ekstradisi yang telah memicu aksi massa selama berbulan-bulan, dilansir CNBC International.

Pembatalan RUU Ekstradisi tersebut menjadi sentimen positif karena protes yang terjadi di Hong Kong sempat dikhawatirkan bakal menjadi fakto penghambat tambahan dalam sejarah hubungan ekonomi AS dan China.

RUU ekstradisi telah memicu protes masal di negeri kelahiran Andy Lau tersebut selama setidaknya 16 minggu berturut-turut. Aksi demonstrasi ditulis menjadi salah satu penyebab aktivitas sektor swasta Hong Kong di bulan Agustus anjlok, dilansir CNBC International.

Sementara itu dari Inggris, aliansi anggota parlemen lintas partai sukses mengalahkan Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, sehingga menjegal rencananya mengeluarkan Negeri Monarki tersebut dari Uni Eropa tanpa kesepakatan (no deal Brexit) pada 31 Oktober, dilansir CNBC International.

(BERLANJUT KE HALAMAN TIGA) (dwa)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular