
Newsletter
Harap-Harap Cemas: Bisakah Pasar Keuangan Indonesia Bangkit?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
03 September 2019 06:00

Beralih ke bursa saham utama AS, pada perdagangan kemarin tiga indeks utama Wall Street ditutup untuk memperingati hari buruh.
Akan tetapi, bursa saham futures Wall Street kompak berada di zona merah yang menandakan sikap hati-hati investor seiring dengan AS-China yang saling mengenakan bea masuk tambahan, meskipun pembicaraan terkait dialog dagang lanjutan pada bulan ini tetap direncanakan.
Pada pukul 05:30 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 terkoreksi tajam masing-masing 167,28 poin dan 19,96 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq anjlok 60,50 poin.
Sejatinya, pemberlakuan tarif tambahan yang diputuskan oleh AS mendapat kecaman keras dari pelaku industri domestik. Lebih dari 160 kelompok industri dikabarkan telah mengirimkan surat yang menentang kebijakan tersebut kepada Presiden AS Donald Trump, seperti diwartakan CNBC International.
Presiden Eksekutif Asosiasi Pakaian dan Alas Kaki AS, Steve Lamar, mengatakan bahwa tarif baru pada diberlakukan tepat saat musim penjualan terpenting tahun ini dan sangat menyakiti perusahaan AS.
"Harga akan naik, penjualan turun dan ini membuat orang kehilangan pekerjaan," ujar Lamar dikutip dari Reuters.
Lebih lanjut, Menteri Perdagangan Singapura Chan Chung Sing memperingatkan pelaku pasar bahwa kesepakatan apa pun yang akhirnya dicapai oleh AS-China tidak akan berdasar pada asas kepercayaan yang cukup dan hal ini dapat memiliki implikasi yang membahayakan ekonomi global, dilansir dari CNBC International.
Pasalnya, negara-negara akan mulai mengambil tindakan untuk meminimalisir resiko ekonomi dengan memecah rantai pasokan mereka atau mendiversifikasi rantai pasokan global di lingkungan yang terfragmentasi. "Ini adalah jalur (tindakan) yang paling berbahaya bagi perekonomian dunia," ujar Chan.
Maksud dari pernyataan Chan adalah beberapa negara di dunia akan lebih selektif dengan memilih negara tertentu sebagai pemasok untuk industri mereka. Hal ini berarti, laju perekonomian hanya akan fokus pada beberapa negara terpilih, tidak menyebar merata.
(BERLANJUT KE HALAMAN TIGA) (dwa)
Akan tetapi, bursa saham futures Wall Street kompak berada di zona merah yang menandakan sikap hati-hati investor seiring dengan AS-China yang saling mengenakan bea masuk tambahan, meskipun pembicaraan terkait dialog dagang lanjutan pada bulan ini tetap direncanakan.
Pada pukul 05:30 WIB, kontrak futures Dow Jones dan S&P 500 terkoreksi tajam masing-masing 167,28 poin dan 19,96 poin. Sementara kontrak futures Nasdaq anjlok 60,50 poin.
Sejatinya, pemberlakuan tarif tambahan yang diputuskan oleh AS mendapat kecaman keras dari pelaku industri domestik. Lebih dari 160 kelompok industri dikabarkan telah mengirimkan surat yang menentang kebijakan tersebut kepada Presiden AS Donald Trump, seperti diwartakan CNBC International.
Presiden Eksekutif Asosiasi Pakaian dan Alas Kaki AS, Steve Lamar, mengatakan bahwa tarif baru pada diberlakukan tepat saat musim penjualan terpenting tahun ini dan sangat menyakiti perusahaan AS.
"Harga akan naik, penjualan turun dan ini membuat orang kehilangan pekerjaan," ujar Lamar dikutip dari Reuters.
Lebih lanjut, Menteri Perdagangan Singapura Chan Chung Sing memperingatkan pelaku pasar bahwa kesepakatan apa pun yang akhirnya dicapai oleh AS-China tidak akan berdasar pada asas kepercayaan yang cukup dan hal ini dapat memiliki implikasi yang membahayakan ekonomi global, dilansir dari CNBC International.
Pasalnya, negara-negara akan mulai mengambil tindakan untuk meminimalisir resiko ekonomi dengan memecah rantai pasokan mereka atau mendiversifikasi rantai pasokan global di lingkungan yang terfragmentasi. "Ini adalah jalur (tindakan) yang paling berbahaya bagi perekonomian dunia," ujar Chan.
Maksud dari pernyataan Chan adalah beberapa negara di dunia akan lebih selektif dengan memilih negara tertentu sebagai pemasok untuk industri mereka. Hal ini berarti, laju perekonomian hanya akan fokus pada beberapa negara terpilih, tidak menyebar merata.
(BERLANJUT KE HALAMAN TIGA) (dwa)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular