Newsletter

Trump "Ancam" China (Lagi) & Dag Dig Dug Kebijakan The Fed

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
31 July 2019 07:00
Trump
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia cenderung mixed pada perdagangan hari ke-2 pekan ini, Selasa (30/07/2019). Pasar saham mengalami penguatan, rupiah stagnan, dan pasar obligasi pemerintah rata-rata mengalami koreksi harga.

IHSG kemarin ditutup positif dengan persentase penguatan cukup cantik sebesar 1,23% pada level 6.376. Sementara bursa utama kawasan Asia juga terapresiasi, seperti: Nikkei 225 positif 0,43%, Hang Seng naik 0,14%, Shanghai Composite terangkat 0,39%, Kospi bertambah 0,45%, dan Strait Times plus 0,12%.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak mengalami perubahan nilai alias sama dengan penutupan pasar spot kemarin di harga Rp 14.015/$AS. Mata Uang Garuda sempat terjerat di zona merah hingga berhasil keluar dari zona tersebut.

Meskipun rupiah selamat tidak sampai terdepresiasi, sebetulnya mata uang Asia sedang bergerak menguat terhadap dolar sehingga rupiah hanya menempati posisi klasemen bawah, hanya lebih baik dari ringgit Malaysia yang melemah 0,12%.

Rupiah mampu memangkas pelemahan setelah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merilis angka realisasi investasi kuartal-II 2019 dengan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) atau foreign direct investment (FDI) tumbuh 9,61% secara tahunan (year-on-year/YoY), yang menandai pertumbuhan pertama dalam lima kuartal. Dalam empat kuartal sebelumnya, realisasi PMA selalu jatuh secara tahunan.


Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) sebagian besar mengalami kenaikan, yang menandakan harga obligasi sedang turun akibat banyak dilepas para pelaku pasar. Ada empat seri yang biasanya menjadi acuan para pelaku pasar, yakni: FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 7 basis poin (bps) menjadi 6,76%, disusul FR0078 bertenor 10 tahun naik 5,6 bps menjadi 7,31, kemudian FR0068 bertenor 15 tahun naik 3,7 bps menjadi 7,61, dan FR0079 bertenor 20 tahun naik 2,5 bps menjadi 7,80. Besaran 100 bps tersebut setara dengan 1%. Berikut tabel selengkapnya:

SeriJatuh tempoYield 30 Jul'19 (%)Selisih (basis poin)
FR00775 tahun6.7647.00
FR007810 tahun7.3135.60
FR006815 tahun7.6193.70
FR007920 tahun7.8022.50
Avg movement4.70
Sumber: Refinitiv

Dua tema besar yang berasal dari faktor eksternal berikut perlu diperhatikan pelaku pasar keuangan dalam negeri, pertama terkait pertemuan para Pejabat AS dengan Pejabat China di Shanghai dan rapat dari Bank sentral AS atau the Fed yang akan menentukan kebijakan suku bunganya pada Kamis esok pukul 01:00 WIB.

Dari perang dagang, AS dan China kembali melakukan perundingan setelah sempat macet pada bulan Mei lalu. Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Presiden Trump mengatakan bahwa pembicaraan dengan China berjalan baik, tetapi Amerika Serikat akan "membuat kesepakatan yang sangat baik atau tidak sama sekali."

"Kita akan lihat apa yang terjadi," katanya kepada wartawan.

Trump memperingatkan China agar tidak menunggu masa jabatan pertamanya selesai untuk membuat kesepakatan perdagangan. Jika ia memenangkan pemilihan ulang pada Pemilu Presiden AS bulan November 2020, hasilnya mungkin bukan kesepakatan tetapi kemungkinan yang lebih buruk.

"Masalah dengan mereka menunggu ... adalah bahwa jika dan ketika saya menang, kesepakatan yang mereka dapatkan akan jauh lebih sulit daripada apa yang kita negosiasikan sekarang ... atau tidak ada kesepakatan sama sekali," kata Trump dalam sebuah postingannya di Twitter.

Trump mengatakan China tampaknya mundur dari janji membeli produk pertanian A.S., yang menurut pejabat AS bisa menjadi isyarat dari niat baik China dan merupakan bagian dari pakta yang terakhir.

"China ... seharusnya mulai membeli produk pertanian kami sekarang - tidak ada tanda-tanda bahwa mereka melakukannya. Itulah masalah dengan China, mereka hanya tidak menjalaninya," lanjut Trump dalam serangkaian tweet.

Pelaku pasar kini juga dihadapkan pada kebijakan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed) yang akan diumumkan tanggal 31 Juli waktu setempat. Mengutip situs resmi CME Group pada pukul 05:53 WIB, probabilitas pemangkasan suku bunga acuan the Fed sebesar 25 bps sebesar 79,1%. Naik dari probabilitas kemarin yang sempat berada di level 78,1%. Pemangkasan 50 bps akan menjadi kejutan, tetapi kemungkinannya kecil.

Next >>>
Dari Wall Street Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama pada penutupan tadi pagi berakhir loyo. Indeks S&P 500 terpangkas 0,26%, sedangkan Nasdaq Composite ciut 0,24%, dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) minus 0,09%.

Penyebabnya adalah Presiden Donald Trump yang memperbarui komentar serangannya terhadap China, yang mengurangi harapan dari kedua ekonomi terbesar dunia tersebut untuk mencapai kesepakatan.

Sementara menunggu perkembangan hasil pertemuan AS-China yang akan selesai hari ini, jantung pelaku pasar akan dibuat dag dig dug menunggu pengumuman penting dari the Fed yang akan mengumumkan kebijakan suku bunganya (Fed Funds Rate/FFR) dini hari nanti.

Tidak hanya kebijakan dari arah suku bunganya, komentar dari Gubernur The Fed Jerome Powell juga akan disimak dengan baik terutama terkait potensi penurunan suku bunga lanjutan, setidaknya hingga akhir tahun ini.

Adapun perkembangan dari laporan pendapatan emiten-emiten AS (earning season) secara kuartalan, perusahaan berkode Merck membukukan pendapatan yang melebihi ekspektasi analis, sehingga sahamnya naik lebih dari 1%. Pihak Perusahaan mengatakan, penjualan obat kanker yang bernama Keytruda melonjak 58% pada kuartal sebelumnya.

Harga saham Procter & Gamble juga naik 3% lebih dan menyentuh level tertingginya sepanjang masa (all time high), setelah laporan keuangan yang dipublikasikannya mengalahkan ekspektasi dari para analis.

Lebih dari 52% perusahaan dalam indeks S&P 500 kini telah melaporkan pendapatan kuartalannya sejauh ini. Data FactSet menunjukkan 75% dari perusahaan tersebut telah membukukan laba yang lebih baik dari perkiraan.

Next >>> Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen berikut. Pertama tentu dari bursa Wall Street AS yang terkoreksi, hal ini tentunya dapat mempengaruhi pergerakan di bursa-bursa utama Asia termasuk bursa dalam negeri.

Sentimen kedua adalah penguatan dolar AS yang awet bergerak di level tertingginya sehingga berpotensi mengganjal pergerakan rupiah menuju penguatan. Pada pukul 06:21 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,01% pada level 98,05. Level-level tertingginya dalam satu tahun terakhir.

Sentimen ketiga adalah hasil dari pertemuan delegasi AS dengan China yang dihelat di Shanghai yang akan berakhir hari ini. Komentar Presiden Trump masih belum memuaskan harapan para pelaku pasar, perkembangan positif serta konstruktif dari jalannya pertemuan tersebut berpotensi membuat bursa-bursa utama dunia bergairah.

Sentimen keempat yaitu dari kenaikan harga minyak. Pada pukul 06:28 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet di pasar spot dunia naik masing-masing 1,55% dan 2,37%.

Seperti dilansir CNBC International, kenaikan harga minyak mentah dunia masih dipengaruhi potensi pemangkasan suku bunga oleh the Fed. Kebijakan tersebut berpotensi menggairahkan dunia bisnis dan meningkatkan permintaan minyak mentah.

Berikut pergerakan minyak mentah jenis brent yang menjadi acuan Pemerintah:



Bagi rupiah, koreksi harga minyak menjadi sebuah berkah. Pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah. Beban di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan lebih ringan, sehingga rupiah punya fondasi kuat untuk terapresiasi.

Next >>> Berikut adalah rilis data penting yang akan terjadi hari ini:
    •          Rilis data inflasi/CPI Australia (08:30 WIB);
    •          Rilis data pengangguran Jerman periode Juli (14:55 WIB);
    •          Rilis data M2 Money Supply Indonesia periode Juni (17:00 WIB);
    •          Rilis data non farm employment change AS versi ADP periode Juli (19:15 WIB).
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019 YoY)5,17%
Inflasi (Juni 2019 YoY)3,28%
BI 7-Day Reverse Repo Rate (Juli 2019)5,75%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (1Q-2019)-2,6% PDB
Neraca pembayaran (1Q-2019)US$ 2,42 miliar
Cadangan devisa (Juni 2019)US$ 123,8 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular