Newsletter

Harap-Harap Cemas Menantikan Pertemuan AS-China Di Shanghai

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
30 July 2019 06:55
Harap-Harap Cemas Menantikan Pertemuan AS-China Di Shanghai
Foto: Ilustrasi Bursa. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia masih tertekan pada hari pertama perdagangan awal pekan ini. Pelemahan tersebut tidak hanya terjadi di dalam negeri, tetapi juga menghinggapi pasar keuangan Asia.

IHSG kemarin ditutup minus 0,41%. Sedangkan bursa utama Asia seperti: Nikkei 225 terkoreksi 0,19%, Hang Seng terperosok 1,03%, Shanghai Composite defisit 0,12%, Kospi amblas 1,78%, dan Straits Times turun 0,52%.

Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah 0,11% kala penutupan pasar spot di harga Rp 14.015/$AS. Rupiah dibayangi aksi ambil untung (profit taking) karena telah menguat 2,7% sejak awal tahun. Rupiah hanya kalah dari baht Thailand dan menjadi mata uang terbaik kedua di Asia.

Selain itu, kebutuhan valas korporasi pada akhir bulan biasanya semakin tinggi untuk pembayaran utang, impor, dan sebagainya. Siklus seperti ini memang kerap membuat rupiah tertekan pada akhir bulan.

Di pasar obligasi pemerintah, imbal hasil (yield) sebagian besar mengalami kenaikan. Penurunan yield adalah pertanda harga obligasi sedang turun akibat banyak dilepas para pelaku pasar. Ada empat seri utama yang menjadi acuan yakni: FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 5,6 basis poin (bps) menjadi 6,69%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Ada dua tema besar dari faktor eksternal yang perlu diperhatikan yang berpotensi menjadi penggerak pasar keuangan di dalam negeri, yakni perang dagang dan hasil rapat FOMC meeting the Fed yang akan menentukan arah kebijakan suku bunganya.

Dari perkembangan perang dagang, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa dirinya dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer akan bertandang ke China pada hari Senin (29/7/2019) untuk kemudian menggelar negosiasi dagang selama dua hari yang dimulai sehari setelahnya atau Selasa (30/7/2019).

Penasehat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa ia tidak mengharapkan "kesepakatan besar" akan terjadi dari pembicaraan perdagangan dengan China minggu ini turut menjadi sentimen. Artinya AS menginginkan pertemuan tersebut berjalan konstruktif dengan tidak terlalu menekan pihak China.

Perkembangan terbaru menunjukkan defisit perdagangan AS dengan China semakin melebar meski tidak setinggi akhir Desember 2018 kemarin yang mencapai US$ 60,8 miliar. Perkembangan terakhir terjadi penambahan defisit dari US$ 51,2 miliar menjadi US$ 55,5 miliar di akhir Mei.



Pelaku pasar kini juga dihadapkan pada kebijakan suku bunga dari the Federal Reserve yang akan digelar pada tanggal 30 dan 31 Juli waktu setempat. Ekspektasi pasar kini berharap the Fed hanya akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 29 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada pertemuan pekan ini adalah sebesar 78,1%.

Sementara itu, probabilitas tingkat suku bunga acuan dipangkas hingga 50 bps hanya berada di level 21,9%.

Next >>>
Dari Wall Street Amerika Serikat (AS), tiga indeks utama pagi tadi ditutup antara dua zona, yakni merah dan hijau. Indeks S&P 500 terpangkas 0,16%, sedangkan Nasdaq Composite ciut 0,44%, dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik sendirian 0,11%.

Perdagangan saham di bursa Wall Street berjalan ketat karena pelaku pasar dihadapkan pada jadwal yang saling berdekatan antara negosiasi dagang Washington dengan Beijing Rabu waktu setempat, serta keputusan kebijakan moneter dari the Federal Reserve Kamis pagi WIB.

The Fed akan mengumumkan keputusan terbarunya tentang apakah akan menurunkan suku bunga atau mempertahankannya. Bos The Fed, yaitu Jerome Powell juga akan membahas keadaan ekonomi AS dalam konferensi pers tersebut.

Harap-Harap Cemas Menantikan Pertemuan AS-China Di BeijingFoto: Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)

Meskipun ekonomi AS berada pada tingkat yang sehat serta tingkat pengangguran berada di bawah 4%, para investor secara luas mengharapkan bank sentral tersebut dapat memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, yang akan menjadi pemangkasan pertama kalinya sejak tahun 2008.

The Fed terlihat kesulitan dalam upayanya menjaga inflasi agar dapat menuju sekitar 2% dalam beberapa bulan terakhir, meskipun perekonomian AS terlihat sehat dan angka pengangguran yang relatif rendah saat ini.

Hal Itu kemungkinan akan menjadi sebuah isyarat bahwa tingkat suku bunga saat ini dianggap terlalu tinggi. Beberapa ekonom dan sebagian Pejabat the Fed berpendapat bahwa suku bunga perlu diturunkan untuk menghadapi perlambatan pertumbuhan PDB Amerika, karena prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah disebabkan perang dagang yang masih membara.

Presiden AS Donald Trump pada hari Senin waktu setempat kembali berkicau melalui Twitter dengan mengkritik the Fed jelang FOMC meeting edisi Juli. Trump mengkritik bank sentral tersebut terkait kebijakan suku bunga acuannya.

Next >>>

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu bursa saham Wall Street AS yang bergerak mixed yang dapat mempengaruhi fluktuasi bursa-bursa Asia termasuk bursa dalam negeri.

Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS yang masih menguat berpotensi mengganjal rupiah ke level penguatan. Pada pukul 05:53 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) menguat 0,03% pada level 98,04, atau berada pada rentang level tingginya dalam satu tahun terakhir.

Sentimen ketiga adalah akan dimulainya pertemuan antara delegasi AS dengan China yang digelar di Beijing hingga Rabu esok. Biasanya pertemuan antara kedua belah pihak tersebut menghasilkan kesimpulan yang positif, ditambah dengan defisit pada neraca dagang AS yang semakin melebar beberapa bulan ini.

Sentimen Keempat adalah penyesuaian bobot pada indeks LQ45. Otoritas bursa akan memberlakukan nama-nama baru pada awal Agustus mendatang disertai aturan mengenai jumlah saham beredar minimal (free float). Untuk emiten dengan free float kecil bobot penilainnya akan dikurangi.

Sentimen kelima, yaitu kenaikan harga minyak. Pada pukul 06:15 WIB, harga minyak jenis brent dan light sweet naik masing-masing 0,76% dan 1,78%. Seperti dilansir CNBC International, harga minyak mentah dunia terangkat seiring dengan potensi pemangkasan suku bunga oleh the Fed yang berpotensi menggairahkan dunia bisnis, dan meningkatkan permintaan akan minyak mentah.


Bagi rupiah, koreksi harga minyak menjadi sebuah berkah. Pasalnya Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri. Saat harga minyak turun, maka biaya importasinya menjadi lebih murah.

Beban di neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan lebih ringan, sehingga rupiah punya fondasi kuat untuk terapresiasi.

Next >>
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  •          Rilis data Bank of Japan, policy and outlook report (10:00 WIB/perkiraan).
  •          Rilis data Foreign Direct Investment/FDI oleh BKPM (10:30 WIB).
  •          Rilis data pertumbuhan ekonomi Perancis (12:30 WIB).
  •          Rilis Indeks Sentimen Konsumen AS versi Universitas Michigan periode April (21:00 WIB).
  •          Pending home sales US (MoM) (Juni)
  •          CB US Consumer confidence (Juli)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (Q1-2019 YoY)5,17%
Inflasi (Juni 2019 YoY)3,28%
BI 7-Day Reverse Repo Rate (Juli 2019)5,75%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (1Q-2019)-2,6% PDB
Neraca pembayaran (1Q-2019)US$ 2,42 miliar
Cadangan devisa (Juni 2019)US$ 123,8 miliar

Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.


TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular