
Newsletter
AS-China Sedang Mesra, Tapi Investor Wajib Hati-Hati!
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 July 2019 06:44

Sentimen kedua yang perlu dicermati pelaku pasar adalah terkait dengan perkembangan drama perang dagang AS-China. Seperti yang diketahui, pasca berbincang sekitar 80 menit di sela-sela gelaran KTT G20 di Jepang pada akhir pekan kemarin, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping menyetujui gencatan senjata di bidang perdagangan sekaligus membuka kembali pintu negosiasi yang sempat tertutup.
Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.
Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Perkembangan terbaru, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut bahwa perwakilan kedua negara sedang mengorganisir rencana untuk menggelar dialog antar delegasi AS dan China pada pekan depan.
“Dialog (dengan China) akan berlanjut pada pekan depan,” kata Kudlow, dilansir dari Reuters.
Seorang pejabat dari Kantor Perwakilan Dagang AS kemudian menyebut bahwa dialog yang sedang diorganisir adalah dialog yang melibatkan pejabat tingkat tinggi dari kedua negara, yang recananya akan dilakukan melalui sambungan telepon.
Sebagai informasi, pejabat tingkat tinggi dalam hal perdagangan dari sisi AS adalah Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Dari pihak China, pejabat tingkat tinggi yang dimaksud adalah Wakil Perdana Menteri Liu He.
Diketahui, para pejabat tingkat tinggi tersebut sudah mulai berbicara mengenai sambungan telepon sejak akhir pekan kemarin, kala AS dan China setuju untuk menyambung negosiasi dagang yang sempat mandek.
Kudlow bahkan kini berani menyebut bahwa akan ada pertemuan tatap muka dengan delegasi China dalam waktu dekat, walaupun dirinya belum bisa memberikan informasi yang lebih detil.
“Saya tak tahu tepatnya kapan. Mereka (delegasi kedua negara) berbicara melalui sambungan telepon. Mereka akan berbicara lagi pada pekan depan melalui sambungan telepon dan mereka akan merencanakan pertemuan tatap muka,” kata Kudlow.
China pun mengapresiasi langkah AS untuk tak mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal China. Apresiasi tersebut diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Gao Feng di hadapan wartawan pada hari Kamis waktu setempat.
Kala AS-China terus berada di jalur yang tepat untuk meneken kesepakatan dagang, optimisme pelaku pasar keuangan dunia bisa membuncah dan instrumen berisiko di pasar keuangan Asia bisa menjadi incaran.
Sentimen ketiga yang perlu dicermati pelaku pasar adalah koreksi harga minyak mentah dunia. Hingga pukul 06:00 WIB, harga minyak WTI kontrak acuan jatuh 0,78%, sementara harga minyak brent kontrak acuan melemah hingga 0,81%.
Aura perlambatan ekonomi dunia yang kian terasa sukses menekan harga minyak mentah dunia. Kala perekonomian dunia lesu, praktis permintaan minyak mentah selaku salah satu sumber energi utama akan ikut tertekan.
Koreksi harga minyak mentah berpotensi memantik optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) akan menjadi bisa diredam. Pada akhirnya, ada potensi rupiah akan menguat lantaran sokongan fundamental yang lebih kuat.
Pelemahan rupiah bisa mendorong investor, terutama investor asing, untuk memburu saham serta obligasi di tanah air.
BERLANJUT KE HALAMAN 4 (ank/ank)
Dilansir dari CNBC International, kedua negara secara terpisah mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk tak saling mengenakan bea masuk baru terhadap produk impor dari masing-masing negara.
Media milik pemerintah China Xinhua menyebut bahwa kedua pimpinan negara setuju "untuk memulai kembali negosiasi dagang antar kedua negara dengan dasar kesetaraan dan rasa hormat."
Perkembangan terbaru, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow menyebut bahwa perwakilan kedua negara sedang mengorganisir rencana untuk menggelar dialog antar delegasi AS dan China pada pekan depan.
“Dialog (dengan China) akan berlanjut pada pekan depan,” kata Kudlow, dilansir dari Reuters.
Seorang pejabat dari Kantor Perwakilan Dagang AS kemudian menyebut bahwa dialog yang sedang diorganisir adalah dialog yang melibatkan pejabat tingkat tinggi dari kedua negara, yang recananya akan dilakukan melalui sambungan telepon.
Sebagai informasi, pejabat tingkat tinggi dalam hal perdagangan dari sisi AS adalah Kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin. Dari pihak China, pejabat tingkat tinggi yang dimaksud adalah Wakil Perdana Menteri Liu He.
Diketahui, para pejabat tingkat tinggi tersebut sudah mulai berbicara mengenai sambungan telepon sejak akhir pekan kemarin, kala AS dan China setuju untuk menyambung negosiasi dagang yang sempat mandek.
Kudlow bahkan kini berani menyebut bahwa akan ada pertemuan tatap muka dengan delegasi China dalam waktu dekat, walaupun dirinya belum bisa memberikan informasi yang lebih detil.
“Saya tak tahu tepatnya kapan. Mereka (delegasi kedua negara) berbicara melalui sambungan telepon. Mereka akan berbicara lagi pada pekan depan melalui sambungan telepon dan mereka akan merencanakan pertemuan tatap muka,” kata Kudlow.
China pun mengapresiasi langkah AS untuk tak mengenakan bea masuk baru bagi importasi produk asal China. Apresiasi tersebut diungkapkan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Gao Feng di hadapan wartawan pada hari Kamis waktu setempat.
Kala AS-China terus berada di jalur yang tepat untuk meneken kesepakatan dagang, optimisme pelaku pasar keuangan dunia bisa membuncah dan instrumen berisiko di pasar keuangan Asia bisa menjadi incaran.
Sentimen ketiga yang perlu dicermati pelaku pasar adalah koreksi harga minyak mentah dunia. Hingga pukul 06:00 WIB, harga minyak WTI kontrak acuan jatuh 0,78%, sementara harga minyak brent kontrak acuan melemah hingga 0,81%.
Aura perlambatan ekonomi dunia yang kian terasa sukses menekan harga minyak mentah dunia. Kala perekonomian dunia lesu, praktis permintaan minyak mentah selaku salah satu sumber energi utama akan ikut tertekan.
Koreksi harga minyak mentah berpotensi memantik optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) akan menjadi bisa diredam. Pada akhirnya, ada potensi rupiah akan menguat lantaran sokongan fundamental yang lebih kuat.
Pelemahan rupiah bisa mendorong investor, terutama investor asing, untuk memburu saham serta obligasi di tanah air.
BERLANJUT KE HALAMAN 4 (ank/ank)
Next Page
Simak Data dan Agenda Berikut
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular