Newsletter

Ada Mitos Investor Mundur Dulu Jelang Pemilu, Benarkah?

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
16 April 2019 05:37
Laporan Keuangan Goldman Sachs Merahkan Wall Street
Ilustrasi Logo Goldman Sachs (REUTERS/Brendan McDermid)
Beralih ke Tanah Kebebasan, tiga indeks utama di Wall Street ditutup melemah tipis. Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Nasdaq Composite melemah 0,1%, sedangkan S&P 500 terkoreksi 0,06%. 

Pekan lalu kinerja Wall Street cukup meyakinkan hingga mengundang aksi ambil untung (profit taking). Kebetulan ada 'pelatuk' yang memicu aksi tersebut, yaitu laporan keuangan emiten yang kurang memuaskan. 

Pada kuartal I-2019, Goldman Sachs mencatatkan pendapatan US$ 8,81 miliar. Pencapaian tersebut di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu US$ 8,99 miliar. 

Sementara laba per saham (Earnings Per Share/EPS) Goldman Sachs berada di US$ 5,71. Turun lumayan jauh dibandingkan periode yang sama tahun lalu yaitu US$ 6,95. Kinerja Goldman Sachs yang lesu ini membuat harga sahamnya amblas 3,81%. 

"Kita sudah mengalami pekan yang kuat. Jadi kalau ada berita yang kurang sedap seperti dari Goldman Sachs, akan menciptakan momentum koreksi," kata Joseph Sroka, Chief Investment Officer di NovaPoint yang berbasis di Atlanta, mengutip Reuters. 

Apalagi konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan rata-rata laba emiten di indeks S&P 500 pada kuartal I-2019 turun 2,1% YoY. Penyebabnya adalah dampak stimulus pemotongan tarif Pajak Penghasilan (PPh) yang membuat laba emiten melesat tajam tahun lalu, sehingga menciptakan basis yang terlalu tinggi untuk dikejar pada tahun ini. Penurunan rata-rata laba emiten ini menjadi yang pertama sejak 2016. 

Namun koreksi di Wall Street dibatasi oleh sentimen positif dari dialog dagang AS-China. Mengutip Reuters, dua orang sumber mengungkapkan bahwa Washington melunak dan bersedia mengurangi tuntutannya kepada Beijing. 

AS melunak dalam hal kebijakan subsidi China kepada perusahaan milik negara. Sepertinya AS tidak akan banyak protes soal kebijakan ini, dan memilih fokus ke bidang lain yaitu penghapusan kewajiban alih teknologi bagi perusahaan asing, perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual, dan perluasan akses AS ke pasar domestik China. 

"Kesepakatan yang membuat Presiden Xi (Jinping, Presiden China) lemah tentu tidak baik bagi China. Namun apa pun nanti kesepakatannya, ini akan lebih baik dari apa yang ada sekarang. Mungkin tidak akan memuaskan semua orang, tetapi itu lah politik," kata seorang sumber. 

Sikap AS yang melunak ini membuat pintu damai dagang dengan China menjadi semakin terbuka. Sepertinya jalan menuju ke sana masih relatif lancar, belum ada hambatan yang berarti. 

Kala dua perekonomian terbesar di planet bumi sudah tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali menggeliat. Investor kini boleh berharap pertumbuhan ekonomi global yang lebih baik. 

Secara umum, perdagangan di Wall Street berlangsung kurang semarak. Volume perdagangan 'hanya' melibatkan 5,75 miliar unit saham, cukup jauh di bawah rata-rata 20 hari perdagangan terakhir yang mencapai 6,91 miliar. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular