Newsletter

The Fed, Brexit, Sampai Harga Minyak Bakal Warnai Pasar

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
11 April 2019 05:39
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya apa yang terjadi di Wall Street. Semoga Wall Street yang hijau bisa membawa kesejukan hati bagi pelaku pasar di Asia sebelum memulai hari. 

Sentimen kedua adalah arah kebijakan moneter The Fed dan ECB yang masih kalem. Potensi kenaikan suku bunga terasa begitu jauh, bahkan peluang untuk turun lebih terbuka. 

Misalnya, CME Fedwatch memperkirakan kemungkinan Federal Funds Rate tetap di 2,25-2,5% pada akhir 2019 adalah 44,8%. Peluang untuk turun ke 2-2,25% lumayan besar yaitu 39,6%, jauh meningkat dibandingkan posisi sebulan lalu yang masih 15,9%. 

Pintu kenaikan suku bunga acuan yang semakin tertutup membuat dolar AS terpojok. Sebab tanpa dukungan kenaikan suku bunga, berinvestasi di mata uang ini menjadi kurang seksi. 

Akibatnya, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,08% pada pukul 04:42 WIB. Jika pelemahan dolar AS berlanjut, maka ada harapan bagi rupiah untuk menguat. 

Sentimen ketiga adalah perkembangan pertemuan Uni Eropa-Inggris di Brussel untuk membahas Brexit. Sejauh ini belum ada hasil, karena perdebatan di antara pemimpin negara-negara Benua Biru belum menemukan kata mufakat. 

Sejumlah negara bersedia memberikan perpanjangan waktu pelaksanaan Brexit, yang sedianya terjadi pada 12 April. "Jika Inggris perlu waktu, maka sangat masuk akal jika kita mendiskusikannya," ujar Krisjanis Karins, Perdana Menteri Latvia, dikutip dari Reuters.  

Kanselir Jerman Angela Merkel juga bersedia memberi waktu beberapa bulan kepada Inggris untuk mempersiapkan Brexit. Sementara Perdana Menteri Republik Ceska Andrej Babis bahkan mengusulkan perpanjangan waktu sampai setahun. 

Namun ada pula yang keberatan memberi extra time. Sebab, ada pandangan meski diberi perpanjangan waktu lagi, apakah Inggris benar-benar bisa mengurus Brexit dengan baik? Apakah ada jaminan parlemen tidak lagi terpecah? Apakah Perdana Menteri Inggris Theresa May bisa meyakinkan parlemen untuk menyetujui proposal Brexit? 

"Tidak ada sesuatu yang datang begitu saja. Buat saya, tidak ada yang bisa diberikan. Tidak ada," tegas Emmanuel Macron, Presiden Prancis, mengutip Reuters. 

Wajar jika Macron gusar. Sebab sudah hampir 3 tahun sejak referendum memutuskan Inggris akan berpisah dengan Uni Eropa. Namun sampai hari ini urusannya belum selesai juga. 

"Ada rasa frustrasi. Kami sudah menghabiskan banyak waktu dan energi untuk isu ini, padahal ada hal-hal lain yang perlu kami urus," keluh Stefan Lovfen, Perdana Menteri Swedia, mengutip Reuters. 

Belum adanya keputusan mengenai perpanjangan waktu Brexit bisa membuat pelaku pasar wait and see. Lebih baik menunggu sampai semuanya jelas, baru aktif kembali. Sebuah pilihan yang sangat bisa dimengerti, meski bukan berita baik bagi pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia. 

Sentimen keempat adalah kenaikan harga minyak. Pada pukul 05:11 WIB, harga minyak jenis brent melonjak 1,37% sementara llight sweet naik 0,7%. 

Kenaikan harga si emas hitam disebabkan oleh perkembangan di Venezuela yang kian mencemaskan. Pada Maret, produksi minyak di Venezuela adalah 960.000 barel/hari, anjlok hampir 500.000 barel/hari dibandingkan bulan sebelumnya. Sanksi AS dan kelangkaan pasokan listrik membuat produksi minyak di negara yang banyak melahirkan Miss Universe ini terkendala. 

Bagi rupiah, kenaikan harga minyak adalah kabar buruk. Sebab Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri karena produksi yang belum memadai. 

Saat harga minyak naik, biaya impor komoditas ini akan membengkak. Kebutuhan valas akan melonjak, dan tentu menekan rupiah. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular