
Update Polling CNBC Indonesia
BI Diramal Tahan Bunga Acuan Bulan Ini, Kapan Turunnya?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 March 2019 16:11

- Menambah proyeksi dari 1 institusi (Bank Permata)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih menahan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan ini. Masih derasnya aliran modal ke pasar keuangan dalam negeri membuat kebutuhan menambah 'pemanis' berupa kenaikan suku bunga acuan belum ada.
Gubernur Perry Warjiyo dan sejawat akan menggelar RDG pada 20-21 Maret ini. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate dipertahankan di angka 6%.
Dari 13 ekonom yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, seluruhnya sepakat tidak ada perubahan suku bunga acuan. Aklamasi, tidak ada dissenting opinion.
Institusi | BI 7 Day Reverese Repo Rate (%) |
ING | 6 |
BTN | 6 |
Bahana Sekuritas | 6 |
BCA | 6 |
UOB | 6 |
Barclays | 6 |
CIMB Niaga | 6 |
ANZ | 6 |
Mirae Asset | 6 |
DBS | 6 |
Maybank Indonesia | 6 |
Bank Permata | 6 |
Bank Danamon | 6 |
Masyita Crystallin, Ekonom DBS, menyatakan Indonesia sejauh ini masih menikmati arus modal asing yang membuat rupiah menguat. Sejak awal tahun, dia mencatat aliran modal asing ke pasar saham Indonesia adalah US$ 680 juta sementara yang masuk ke oligasi pemerintah mencapai US$ 2,9 miliar.
Sebagai informasi, BI menaikkan suku bunga acuan sampai 175 basis poin (bps) tahun lalu dengan tujuan untuk 'memancing' arus modal asing. Masuknya hot money tersebut diharapkan mampu menguatkan rupiah yang tertekan hebat.
Tahun ini situasinya berbeda. Sejak awal tahun, rupiah menguat 1,01% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Dalam periode yang sama tahun lalu, rupiah melemah 1,47%.
Selain itu, lanjut Masyita, risiko dari sisi inflasi juga sangat minim sehingga belum ada kebutuhan untuk menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate seperti tahun lalu. Sampai Februari, laju inflasi 'cuma' 2,57% year-on-year (YoY), terendah sejak November 2009.
Namun walau begitu, tambah Masyita, bukan berarti BI sudah punya ruang untuk menurunkan suku bunga. Pasalnya masih ada tantangan dari sisi transaksi berjalan (current account).
"Prospek defisit neraca perdagangan ke depan membatasi ruang kebijakan moneter untuk mendukung pertumbuhan ekonomi," sebut Masyita.
Angela Hsieh, Ekonom Barclays, menyebut bahwa peluang kenaikan suku bunga acuan semakin kecil saat melihat cadangan devisa Indonesia. Per akhir Februari, cadangan devisa tercatat US$ 123,27 miliar, tertinggi sejak April 2018.
"Sepertinya nanti BI akan lebih berimbang dalam bicara soal inflasi dan pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Jadi apakah BI sudah menghentikan siklus kenaikan suku bunga? Kalau naik sudah susah, apakah suku bunga berpeluang turun?
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular