Newsletter

Semoga Tuah Damai Dagang Masih Ada...

Hidayat Setiaji & M Taufan Adharsyah & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 February 2019 05:51
Semoga Tuah Damai Dagang Masih Ada...
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia memulai pekan dengan positif. Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah mampu menguat. 

Kemarin, IHSG ditutup naik signifikan 1,7%. IHSG berjalan searah dengan bursa saham Asia yang juga melesat. 


Sementara rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan apresiasi 0,25% terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Apresiasi tersebut sudah cukup membuat rupiah menyandang gelar sebagai mata uang terbaik di Asia. 


Positifnya kinerja pasar keuangan Indonesia (dan Asia) tidak lepas dari euforia yang sedang mewabah akibat hubungan AS-China yang semakin mesra. Setelah sepekan lalu bertemu di Beijing, AS-ChIna akan melanjutkan dialog dagang di Washington pekan ini. 

Para pemimpin kedua negara seakan berlomba mengeluarkan pernyataan bernada optimistis. Presiden China Xi Jinping menyatakan berbagai kemajuan sudah diraih dalam perundingan selama sepekan di Beijing dan diharapkan berlanjut di Washington. 

"Konsultasi antara dua pihak telah mencapai kemajuan. Saya berharap Anda semua akan melanjutkan upaya ini guna mencapai kesepakatan bersama. Win-win agreement," tutur Xi dalam pidato di Great Hall of the People, mengutip Reuters. 

Presiden AS Donald Trump tidak kalah bungah. Eks pembawa acara reality show The Apprentice itu bahkan sudah berani sesumbar bahwa AS siap untuk menghapus bea masuk terhadap impor produk-produk made in China. 

"Kita sudah lebih dekat untuk menuju kesepakatan dagang. Saya akan merasa terhormat untuk menghapus berbagai bea masuk jika kesepakatan sudah tercapai," tegas Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, mengutip Reuters. 

Damai dagang adalah sebuah momentum yang amat dinantikan di seluruh dunia. Sebab kala dua kekuatan ekonomi terbesar di planet bumi sudah kembali akur, tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global akan membaik. Sebuah pendorong yang sangat signifikan bagi pasar keuangan Asia, dan Indonesia pun menikmati berkahnya. 



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Wall Street libur hari ini karena AS memperingati Hari Presiden (kelahiran George Washington, presiden pertama AS). Oleh karena itu, bursa saham New York tidak akan memberi sentimen apa-apa terhadap pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia. 

Namun buka berarti pelaku pasar boleh berleha-leha karena untuk perdagangan hari ini tetap ada sentimen yang patut dicermati. Pertama adalah perkembangan hubungan dagang AS-China yang berpotensi tercemar. 

Penyebabnya adalah kabar bahwa Kementerian Perdagangan AS telah mengirim rekomendasi ke meja Presiden Trump mengenai wacana pengenaan bea masuk terhadap impor mobil dan suku cadangnya. Trump punya waktu 90 hari untuk mengambil keputusan berdasarkan rekomendasi tersebut. 

US Motor and Equipment Manufacturers Association dalam keterangan tertulisnya menolak pengenaan bea masuk itu. Menurut mereka, bea masuk akan membuat harga jual mobil naik sampai ribuan dolar AS sehingga penjualan terancam turun. Akibatnya dikhawatirkan bisa membuat industri otomotif AS melakukan PHK terhadap ribuan pekerja. 

"Bea masuk ini, kalau diterapkan, malah berpotensi membuat perusahaan memindahkan fasilitas produksinya ke luar negeri dan meninggalkan AS. Tidak ada satu pun perusahaan otomotif yang meminta penyelidikan yang berujung kepada rekomendasi ini," tegas US Motor and Equipment Manufacturers Association dalam keterangan tertulisnya. 

Pengenaan bea masuk ini juga berisiko kembali menyulut perang dagang antara AS dan negara-negara lainnya seperti China, Jepang, dan Uni Eropa. Trump menegaskan bahwa bea masuk bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk impor sekaligus alat negosiasi dagang. 

"Saya suka bea masuk. Namun saya juga suka bernegosiasi," ujarnya, mengutip Reuters. 

Padahal investor sudah berbunga-bunga dengan perkembangan hubungan AS-China yang kian harmonis. Sepertinya damai dagang AS-China sudah terlihat, tidak lagi samar-samar. 

Namun perkembangan seputar bea masuk otomotif ini bisa saja membuat semuanya buyar. Risiko kembalinya perang dagang tidak bisa dikesampingkan. 

Semoga sentimen ini tidak membuat pelaku pasar cemas berlebihan. Semoga pula ada kabar baik seputar hubungan AS-China sehingga bisa kembali membuat pasar berbunga-bunga. Semoga tuah damai dagang masih ada. Amin...

Sentimen kedua adalah nilai tukar dolar AS yang berpotensi kembali melemah hari ini. Pada pukul 05:15 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) masih terkoreksi 0,12%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini sudah minus 0,27%. 

Masih seperti kemarin, depresiasi dolar AS disebabkan oleh tingginya risk appettite investor akibat prospek damai dagang-AS-China. Selain itu, ada harapan arus modal tetap deras menglir ke pasar keuangan negara-negara berkembang Asia (termasuk Indonesia) karena posisi The Federal Reserves/The Fed yang tidak lagi agresif. 

Akhir pekan lalu, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly menyiratkan bahwa bank sentral bisa saja tidak menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini. Syaratnya adalah jika ekonomi AS melambat sehingga tekanan inflasi menjadi minimal. 

"Jika ekonomi tumbuh, misalnya, 2% dan laju inflasi 1,9% dan tidak ada sinyal (tekanan harga) semakin besar, maka saya rasa belum saatnya menaikkan suku bunga (tahun ini)," kata Daly dalam wawancara dengan Wall Street Journal. 

Nada The Fed yang semakin kalem alias dovish tentu tidak menguntungkan bagi dolar AS. Tanpa pemanis dari kenaikan suku bunga acuan, berinvestasi di mata uang Negeri Adidaya menjadi kurang menarik. Jika dolar AS masih tertekan sepanjang hari ini, maka rupiah berpeluang untuk kembali mencatatkan apresiasi.  

Sentimen ketiga adalah dinamika Brexit yang masih ruwet. Teranyar, situasi politik di Negeri John Bull semakin tidak menentu karena 7 orang anggota parlemen dari Partai Buruh mengundurkan diri. Mereka secara terbuka menyatakan tidak percaya terhadap kepemimpinan Jeremy Corbyn. 

"Partai Buruh yang kami kenal sudah tidak ada lagi. Sekarang Partai Buruh dibajak oleh mesin politik kiri garis keras," tegas Chris Leslie, salah seorang anggota parlemen yang mundur, mengutip Reuters. 

Inggris hanya punya waktu kurang dari 2 bulan sebelum berpisah dengan Uni Eropa. Namun kondisi politik dalam negerinya malah tambah runyam, yang berpotensi mempersulit proses pengambilan keputusan di parlemen. 

Oleh karena itu, risiko No Deal Brexit (Inggris tidak mendapat kompensasi apapun dari perceraian dengan Uni Eropa) tetap besar dan tidak bisa diabaikan. Bila No Deal Brexit benar-benar terjadi, maka dampaknya akan sangat besar bagi Negeri Ratu Elizabeth dan menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan global. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Rilis angka Indeks Reuters Tankan Jepang periode Februari 2019 (06:00 WIB).
  • Rilis angka Indeks Sentimen Bisnis Jerman periode Februari 2019 (17:00 WIB).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

IndikatorTingkat
Pertumbuhan ekonomi (2018 YoY)5,17%
Inflasi (Januari 2019 YoY)2,82%
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2019)6%
Defisit anggaran (APBN 2019)-1,84% PDB
Transaksi berjalan (2018)-2,98% PDB
Neraca pembayaran (2018)-US$ 7,13 miliar
Cadangan devisa (Januari 2019)US$ 120,07 miliar
 
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article IHSG Sudah Bangkit Saatnya Rupiah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular