Newsletter

Kunci Hari Ini: Pidato Trump dan Data Pertumbuhan Ekonomi

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 February 2019 05:45
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini (1)
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu adalah hijaunya bursa saham New York, yang bisa memberi optimisme di Asia. Semoga bursa saham Benua Kuning mampu mencetak prestasi serupa, atau bahkan lebih baik. 

Sentimen kedua adalah pidato State of Union yang akan dibacakan Trump pukul 21:00 waktu setempat atau sekira pukul 09:00 WIB. Pidato ini terbukti menjadi pendorong penguatan Wall Street. 

Apabila Trump menyinggung soal relasi dengan China yang semakin membaik, maka pelaku pasar boleh jadi akan semakin bergairah. Aura damai dagang AS-China kembali merebak, dan ini menjadi sentimen positif yang sangat signifikan. 

Sentimen ketiga adalah harga minyak, yang bisa memberikan dorongan bagi penguatan rupiah. Pada pukul 04:57 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,8% dan light sweet berkurang 1,58%. 

Harga si emas hitam terbeban oleh rilis data ekonomi yang kurang oke di AS. Angka Purchasing Managers Index (PMI) non-manufaktur versi ISM pada Januari 2019 berada di 56,7. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 58 dan menjadi yang terendah dalam 6 bulan terakhir. 

Kemudian indeks kepercayaan ekonomi versi IBD/TIPP untuk pembacaan awal Februari 2019 adalah 50,3. Turun cukup drastis dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 52,3 dan menjadi yang terendah sejak Oktober 2017. 

Data-data ini menggambarkan bahwa perekonomian Negeri Adidaya masih bermasalah, ada lubang di sana-sini. Ini tentu membuat risiko perlambatan ekonomi di AS menjadi semakin nyata. 

Untuk kuartal IV-2018, The Fed dalam pembacaan 1 Februari memperkirakan pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,5% secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized). Melambat dibandingkan pembacaan pada 31 Januari yang sebesar 2,7%. 

Kala ekonomi terbesar di dunia, sang lokomotif, melambat, maka negara-negara lain alias gerbong di belakangnya tentu akan mengikuti. Perlambatan ekonomi global menjadi risiko yang tidak bisa dikesampingkan. 

Perlambatan ekonomi dunia berarti permintaan energi juga bakal ikut turun. Risiko ini yang membuat harga minyak tertekan. 

Namun, penurunan harga minyak adalah berkah buat rupiah. Sebab, Indonesia bisa menghemat devisa yang dipakai untuk mengimpor komoditas ini karena harganya kini lebih murah.

Artinya, neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) akan terbantu. Fundamental penyokong rupiah menjadi lebih kuat sehingga ruang apresiasi menjadi terbuka.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular