Newsletter

Hore, Pemerintahan AS Sudah Buka Lagi!

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & M Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
28 January 2019 05:19
Hore, Pemerintahan AS Sudah Buka Lagi!
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pekan lalu menjadi periode yang indah bagi pasar keuangan Indonesia. indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah sama-sama membukukan penguatan. 

Selama pekan lalu, IHSG menguat 0,54% dan kian nyaman di kisaran 6.400. Bursa saham utama Asia juga mayoritas menguat, tetapi IHSG mampu duduk di peringkat keempat. 


Sementara nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terapresiasi 0,63% sepanjang pekan lalu. Seperti halnya rupiah, mata uang Asia lainnya pun menguat di hadapan greenback dan rupiah menjadi terbaik ketiga di Benua Kuning. 


Pasar keuangan Asia memang semarak pekan lalu. Penyebabnya adalah aura damai dagang AS-China semakin nyata dengan rencana kunjungan delegasi Beijing ke Washington. 

Bloomberg News memberitakan, seperti dikutip dari Reuters, Wakil Menteri Perdagangan China Wang Shouwen dan Wakil Menteri Keuangan China Liao Min akan mengunjungi Washington pada 28 Januari. Bahkan kabarnya Yi Gang, Gubernur Bank Sentral China (PBoC), disebut-sebut juga akan ikut dalam delegasi itu. 

Mereka akan 'membuka jalan' bagi kedatangan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada 30-31 Januari. Liu akan bertemu dengan Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. 

Kabar ini membuat pasar berbunga-bunga. Harapan akan damai dagang AS-China sepertinya bisa terwujud, meski mungkin memakan waktu yang tidak sebentar. 

Akibatnya, investor mulai berani bermain di aset-aset berisiko di negara berkembang. Arus modal pun mengalir deras ke Asia, termasuk Indonesia sehingga menopang penguatan rupiah dan IHSG. 

Kemudian, penurunan harga minyak menjadi pendongrak kinerja rupiah. Sepanjang pekan lalu, harga minyak jenis brent melorot 1,69% sementara light sweet turun 0,2%. 

Penurunan harga minyak adalah berkah buat rupiah. Pasalnya, ketika harga minyak turun maka biaya impornya bisa ditekan.  

Dengan begitu, beban neraca perdagangan dan transaksi berjalan (current account) bisa dikurangi. Devisa dari ekspor-impor barang dan jasa yang membaik menjadi modal bagi penguatan rupiah.  

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dari Wall Street. tiga indeks utama bergerak variatif sepanjang pekan lalu. Secara  mingguan, Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,09%, S&P 500 melemah 0,26%, dan Nasdaq Composite bertambah 0,11%. Koreksi awal pekan yang lumayan dalam di S&P 500 menyebabkan indeks ini masih melemah secara mingguan. 

Namun pada perdagangan hari terakhir pekan lalu, tiga indeks tersebut kompak menguat. DJIA naik 0,75%, S&P 500 menguat 0,85%, dan Nasdaq melesat 1,29%. 

Gairah di Wall Street hadir dari kabar berakhirnya penutupan sebagian (partial shutdown) pemerintahan AS. Presiden Donald Trump dan legislatif akhirnya sepakat mengakhiri shutdown melalui sebuah anggaran sementara yang umurnya hanya untuk 3 pekan ke depan. 


Walau hanya sementara, tetapi kesepakatan itu sudah cukup membuat pelaku pasar bahagia. Investor kini bisa menghembuskan nafas, karena satu risiko besar bisa hilang untuk sesaat. 

Akan ada sekitar 800.000 abdi negara di AS yang kembali bekerja. Kontrak-kontrak sektor swasta dan pemerintah akan kembali berjalan. Ekonomi AS pun bisa menggeliat lagi sehingga membawa optimisme ke pasar keuangan dunia. 

"Ketidakpastian di pasar mulai sirna dan kita sudah mendapat arah yang jelas. Berita berakhirnya shutdown tentu menjadi sangat penting. Namun memang masih ada ketidakpastian karena ini hanya lah anggaran  sementara," kata Charlie Ripley, Senior Market Strategist di Allianz Investment Management yang berbasis di Minneapolis, mengutip Reuters. 

Selain itu, kinerja emiten di Wall Street juga lumayan bagus. Dari sekitar 22% perusahaan yang sudah menyetorkan laporan keuangan, 72,3% mampu melampaui ekspektasi pasar. 

Teranyar, Starbucks melaporkan laba per saham (Earnings per Share/EPS) sebesar US$ 68 sen pada kuartal IV-2018. Lebih baik ketimbang konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu US$ 65 sen. 

Pendapatan bersih Starbucks pada kuartal IV-2018 tercatat US$ 6,63 miliar atau naik 9,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka tersebut juga lebih tinggi dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu US$ 6,49 miliar. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama adalah Wall Street yang ditutup menguat akhir pekan lalu dan cenderung positif secara mingguan. Diharapkan optimisme di Wall Street bisa menular sampai ke Indonesia. 

Sentimen kedua adalah kembali beroperasinya pemerintahan AS setelah tutup lebih dari sebulan. Ini sedikit banyak mengangkat kekhawatiran pelaku pasar, satu risiko besar telah hilang. Investor pun bisa lebih bersemangat dalam 'berburu', sehingga bisa saja ada aliran modal yang besar ke pasar keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia. 

Namun, perlu dicatat bahwa kesepakatan Trump dengan Kongres AS hanya berumur 3 pekan. Masa pakai anggaran sementara ini akan habis pada 15 Februari. 

Setelah itu, ketidakpastian kembali menghantui. Sebab, Trump masih ngotot memperjuangkan pembangunan tembok di perbatasan AS-Meksiko. Sesuatu yang ditentang oleh legislatif, terutama House of Representatives yang dikuasai kubu oposisi Partai Demokrat. Tarik-ulur dan perdebatan panjang akan kembali hadir sehingga shutdown bisa terulang lagi. 

Sentimen ketiga adalah investor patut menanti perkembangan hubungan AS-China. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Wakil Menteri Perdagangan dan Wakil Menteri Keuangan China akan bertandang ke Washington pada 28 Januari waktu setempat. 

Meski 'gong' baru bergema saat kehadiran Wakil PM Liu, tetapi kehadiran 'tim advance' ini tidak kalah penting. Mungkin saja ada berita bagus dari sana, yang semakin mempertegas kemesraan poros Washington-Beijing. 

Oleh karena itu, investor sebaiknya memasang mata dan telinga untuk mendapatkan perkembangan terkini dari Washington. Jika ada kabar baik, maka penguatan di pasar keuangan Asia berpotensi tidak terbendung. Semoga IHSG dan rupiah menjadi salah satunya. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 4)


Sentimen keempat, pelaku pasar perlu mewaspadai perkembangan di Venezuela. Setelah AS tidak mengakui pemerintahan Presiden Nicolas Maduro (dan memandang pemimpin opsisi Juan Guaido sebagai kepala negara yang sah), Negeri Adidaya juga meminta negara-negara lain untuk mengikuti jejaknya. 

Dalam Sidang Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menegaskan bahwa eksperimen sosialis a la Maduro telah membawa kesengsaraan bagi rakyat Venezuela. Oleh karena itu, sudah saatnya dunia memilih pihak yang lebih baik. 

"Sekarang saatnya negara-negara untuk memilih berpihak ke sisi mana. Apakah Anda berpihak kepada kebebasan, atau satu tempat dengan Maduro dan kekacauannya. Kita semua di Dewan Keamanan PBB bisa mendukung transisi demokrasi Venezuela yang dipimpin oleh Presiden Interim Guaido," tegas Pompeo, mengutip Reuters. 

Negara-negara Eropa mulai menunjukkan tekanan kepada Maduro dan memberi angin ke Guaido. Inggris, Prancis, Jerman, dan Spanyol memberi waktu 8 hari bagi Maduro untuk menggelar pemilu. Jika tidak, maka Guaido akan diakui sebagai presiden.

"Pemerintah Spanyol memberi Presiden Nicolas Maduro waktu 8 hari untuk menyelenggarakan pemilu yang bebas, transparan, dan demokratis. Jika itu tidak terjadi, maka Spanyol akan mengakui Juan Guaido sebagai presiden interim," sebut Perdana Menteri Spanyol Pedro Sachez. 

"Kecuali ada pemilu dalam 8 hari, kami akan mengakui @jguaido sebagai pelaksana tugas Presiden Venezuela," cuit Presiden Prancis Manuel Macron melalui Twitter. 

Venezuela dan Rusia menjadi pihak yang berseberangan dengan AS dan sekutunya. Dua negara itu menuding AS telah mensponsori kudeta. 

"Ini adalah upaya intervensi terhadap kedaulatan sebuah negara. Harus dihentikan," sebut pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri Rusia, mengutip Reuters. 

"Eropa memberi kami waktu 8 hari? Apakah Anda punya kekuatan untuk menekan negara yang berdaulat?" tegas Menteri Luar Negeri Venezuela Jorge Arreaza, dikutip dari Reuters. 

Ketegangan ini bisa mempengaruhi harga minyak dunia, karena dikhawatirkan mengganggu produksi dan ekspor Venezuela. Maklum, Venezuela adalah salah satu produsen minyak terbesar dunia dengan produksi mencapai sekitar 1,4 juta barel/hari. Bahkan Venezuela menguasai cadangan minyak terbesar di dunia, mencapai 302,81 miliar barel. 

Gangguan produksi dan pengiriman minyak dari Venezuela akan membuat pasokan di pasar global menipis. Akibatnya harga si emas hitam terkerek. 

Kenaikan harga minyak bukan berita positif buat rupiah. Sebab, kenaikan harga komoditas ini akan semakin membuat biaya impor melejit dan membebani transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan terancam membengkak, dan rupiah sulit menguat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 5)


Berikut peristiwa yang akan terjadi hari ini:
  • Rilis data pertumbuhan kredit Uni Eropa periode Desember 2018 (09:00 WIB).
  • Rilis data National Activity Index dari The Federal Reserves/The Fed Chicago periode Desember 2018 (13:30 WIB).
  • Pidato Presiden Bank Sentral Uni Eropa Mario Draghi (14:00 WIB).
  • Rilis data indeks manufaktur AS versi The Fed Dallas periode Januari 2019 (15:30 WIB).

Investor juga perlu mencermati aksi perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:

Perusahaan

Jenis Kegiatan

Waktu

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

RUPSLB

09:00 WIB

PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW)

RUPSLB

10:00 WIB

PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)

Rilis Laporan Keuangan Tahun 2018

-


Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q III-2018 YoY)

5,17%

Inflasi (Desember 2018 YoY)

3,13%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Januari 2019)

6%

Defisit anggaran (APBN 2019)

-1,84% PDB

Transaksi berjalan (Q III-2018)

-3,37% PDB

Neraca pembayaran (Q III-2018)

-US$ 4,39 miliar

Cadangan devisa (Desember 2018)

US$ 120,7 miliar


Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di sini.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article IHSG Sudah Bangkit Saatnya Rupiah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular