Polling CNBC Indonesia

Konsensus Pasar: BI Diramal Tahan Bunga Acuan di 6%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
16 January 2019 11:45
Konsensus Pasar: BI Diramal Tahan Bunga Acuan di 6%
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih mempertahankan suku bunga acuan di angka 6%. Sikap (stance) The Federal Reserve/The Fed yang semakin hati-hati membuat Perry Warijyo dkk punya ruang untuk tidak menaikkan BI 7 Day Reverse Repo Rate. 

Esok hari, BI dijadwalkan akan mengumumkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Januari 2019. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan. Dari 11 instansi yang berpartisipasi dalam pembentukan konsensus, seluruhnya kompak menyatakan BI 7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 6%. 

InstitusiBI 7 Day Reverse Repo Rate (%)
Mirae Aset6
CIMB Niaga6
ING6
Moody's Analytics6
Barclays6
BCA6
Bank Permata6
Maybank Indonesia6
Bank Mandiri6
Danareksa Research Institute6
Bahana Sekuritas6
 
Sepanjang 2018, BI sangat agresif bin hawkish dalam kebijakan moneter. BI 7 Day Reverse Repo Rate naik sampai 6 kali sebanyak 175 basis poin.  

Namun memasuki 2019, sepertinya BI mulai mengendurkan pedal gas atau bahkan bisa saja menginjak pedal rem. Dalam pertemuan dengan para pimpinan redaksi media massa pekan lalu, Perry sudah memberi sinyal bahwa BI membuka peluang untuk mengubah arah kebijakan suku bunga.  

"Kalau kita lihat, memang ada tanda-tanda Fed Fund Rate sudah peak dan inflasi rendah. Tentu ada room untuk menggali kebijakan suku bunga," kata Perry. 

Perry benar. Seperti halnya BI, The Fed juga menunjukkan gejala tidak seganas tahun lalu.

Pada 2018, Jerome 'Jay' Powell menaikkan Federal Funds Rate hingga empat kali. Namun tahun ini, paling banter hanya akan terjadi dua kali kenaikan. Bahkan pelaku pasar mulai berekspaktasi tidak ada kenaikan suku bunga acuan sepanjang 2019.

Stance The Fed yang mengarah ke dovish juga ditunjukkan oleh pernyataan para pejabatnya. Teranyar, Wakil Gubernur Richard Clarida menyatakan menyatakan bank sentral AS akan lebih sabar dalam menentukan arah kebijakan moneter. Sang The Fed-2 menyatakan perekonomian Negeri Paman Sam masih tumbuh baik, tetapi ada risiko di luar yang tidak bisa dikesampingkan.

"Kami bisa sabar pada 2019, ada momentum untuk itu. Bank sentral akan menentukan suku bunga acuan di setiap rapat dengan mengacu kepada data. Kami akan melihat perkembangan ekonomi global, dan beberapa data menunjukkan ada perlambatan," papar Clarida dalam wawancara di Fox Business, mengutip Reuters. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Melihat 'kode keras' dari Perry dan The Fed yang semakin hati-hati, sangat beralasan pelaku pasar memperkirakan BI punya banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga acuan. Apalagi melihat rupiah yang menguat sejak awal tahun, belum perlu 'suntikan' kenaikan suku bunga untuk membuat berinvestasi di aset-aset berbasis rupiah lebih menarik.  

Sejak akhir 2018 hingga kemarin, rupiah menguat 2,02% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Tanpa kenaikan suku bunga, investor sudah berbondong-bondong masuk ke pasar keuangan Indonesia yang kemudian membuat rupiah perkasa. 

Sementara itu, Moody's Analytics dalam laporannya menyatakan masih terlalu awal untuk menyatakan siklus kenaikan suku bunga acuan di Indonesia sudah berakhir. Namun dalam jangka pendek, di mana The Fed lebih mengedepankan posisi dovish, BI memiliki waktu untuk setidaknya menahan suku bunga acuan. 

"Arah kebijakan moneter The Fed pada 2019 terlihat dovish dan ini berkontribusi terhadap stabilitas pasar keuangan Indonesia. Namun masih terlalu dini untuk menyatakan siklus pengetatan sudah selesai, karena risiko di negara berkembang masih tinggi," sebut kajian Moody's.  


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular