
Update Polling CNBC Indonesia
Konsensus: Ekonomi RI Kuartal III-2018 Diramal Tumbuh 5,14%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 November 2018 11:22

Katrina Ell, Ekonom Moody's Analytics, mengatakan salah satu faktor yang menghambat laju pertumbuhan ekonomi kuartal III-2018 adalah kebijakan moneter ketat yang ditempuh Bank Indonesia (BI). Sejak Mei, BI 7 Day Reverse Repo Rate sudah naik 150 basis poin (bps).
"Kenaikan suku bunga acuan membatasi aktivitas pelaku usaha dan rumah tangga. Apalagi konsumsi rumah tangga juga melambat karena momentum Ramadan-Idul Fitri sudah berlalu," kata Ell.
Saat suku bunga acuan naik, suku bunga simpanan perbankan ikut terkerek. Laporan Statistik Perbankan Indonesia terbitan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode Agustus 2018 menyebutkan, suku bunga deposito rupiah tenor 1 bulan di 6,16% atau naik 20 bps dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan bunga deposito 3 bulan naik 13 bps ke 6,13% dan 6 bulan naik 9 bps ke 6,28%.
Kenaikan suku bunga simpanan menyebabkan bunga kredit pun naik. Pada Agustus, suku bunga Kredit Investasi naik 1 bps ke 10,37%.
Tidak hanya kredit perbankan, kenaikan suku bunga acuan juga sudah mempengaruhi biaya penggalian dana di pasar modal. BI mencatat pembiayaan melalui pasar modal selama Januari-Agustus 2018 adalah Rp 146,1 triliun. Turun drastis 20,47% dibandingkan periode yang sama pada 2017.
Kenaikan suku bunga acuan ditempuh sebagai langkah penyelamatan rupiah. Maklum, rupiah sudah melemah sekitar 12% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini.
Ketika bunga acuan naik, maka imbalan berinvestasi di Indonesia akan ikut terkerek terutama untuk instrumen berpendapatan tetap (fixed income). Diharapkan kenaikan imbalan ini dapat menjadi pemanis bagi investor untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia, sehingga pasokan valas terjaga dan rupiah pun lebih stabil.
Namun efek samping dari 'jamu pahit' ini sepertinya sudah terlihat, yaitu membebani pertumbuhan ekonomi. Saat ini menyelamatkan rupiah adalah prioritas jangka pendek BI dan pemerintah, sehingga pertumbuhan ekonomi memang harus mengalah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
"Kenaikan suku bunga acuan membatasi aktivitas pelaku usaha dan rumah tangga. Apalagi konsumsi rumah tangga juga melambat karena momentum Ramadan-Idul Fitri sudah berlalu," kata Ell.
Saat suku bunga acuan naik, suku bunga simpanan perbankan ikut terkerek. Laporan Statistik Perbankan Indonesia terbitan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) periode Agustus 2018 menyebutkan, suku bunga deposito rupiah tenor 1 bulan di 6,16% atau naik 20 bps dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan bunga deposito 3 bulan naik 13 bps ke 6,13% dan 6 bulan naik 9 bps ke 6,28%.
Kenaikan suku bunga simpanan menyebabkan bunga kredit pun naik. Pada Agustus, suku bunga Kredit Investasi naik 1 bps ke 10,37%.
Tidak hanya kredit perbankan, kenaikan suku bunga acuan juga sudah mempengaruhi biaya penggalian dana di pasar modal. BI mencatat pembiayaan melalui pasar modal selama Januari-Agustus 2018 adalah Rp 146,1 triliun. Turun drastis 20,47% dibandingkan periode yang sama pada 2017.
Kenaikan suku bunga acuan ditempuh sebagai langkah penyelamatan rupiah. Maklum, rupiah sudah melemah sekitar 12% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini.
Ketika bunga acuan naik, maka imbalan berinvestasi di Indonesia akan ikut terkerek terutama untuk instrumen berpendapatan tetap (fixed income). Diharapkan kenaikan imbalan ini dapat menjadi pemanis bagi investor untuk masuk ke pasar keuangan Indonesia, sehingga pasokan valas terjaga dan rupiah pun lebih stabil.
Namun efek samping dari 'jamu pahit' ini sepertinya sudah terlihat, yaitu membebani pertumbuhan ekonomi. Saat ini menyelamatkan rupiah adalah prioritas jangka pendek BI dan pemerintah, sehingga pertumbuhan ekonomi memang harus mengalah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular