Newsletter

Gairah Pasar Membuncah

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
02 November 2018 05:18
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentu perkembangan di Wall Street yang positif. Diharapkan euforia di bursa saham New York bisa menular ke Asia, tidak terkecuali Indonesia. 

Kedua adalah perkembangan Brexit yang masih menelurkan hasil posiitf. Financial Times mengabarkan bahwa Uni Eropa siap berkompromi dengan Inggris untuk tidak menerapkan batas kepabeanan di laut Irlandia. Soal wilayah kepabeanan di Irlandia ini yang kerap menjadi ganjalan dalam proses berceraian London-Brussel. 

Hal ini bisa menjadi sentimen positif di pasar. Satu demi satu isu seputar Brexit bisa diselesaikan, dan sebuah risiko besar bernama no deal Brexit bisa dihindari.

"No deal Brexit, Brexit yang tanpa transisi, bukan sebuah skenario yang mungkin terjadi," tegas Maret Carney, Gubernur Bank Sentral Inggris (BoE), mengutip Reuters. 

Ditambah penurunan tensi perang dagang AS-China, perkembangan positif Brexit akan semakin membuat investor berani mengambil risiko. Risk appetite akan kembali tinggi, dan aset-aset aman (safe haven) bukan lagi pilihan utama. 

Artinya, kita bisa masuk ke sentimen ketiga yaitu sepertinya dolar AS masih akan tertekan. Pada pukul 04:39 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi cukup dalam yaitu 0,86%. 

Selain faktor eksternal, data dalam negeri AS pun kurang impresif sehingga membebani laju dolar AS. Indeks ISM manufaktur AS turun ke angka 57,7 pada Oktober dari 59,8 bulan sebelumnya. Pencapaian Oktober adalah yang terendah dalam 6 bulan terakhir. 

Angka di atas 50 memang masih menunjukkan ekspansi aktivitas manufaktur di Negeri Adidaya, tetapi momentumnya mulai melambat. Sebagai informasi, sektor manufaktur menyumbang 12% dari ekonomi AS. Artinya, saat pertumbuhannya melambat, maka perekonomian AS pun terhambat. 

ISM mendeskipsikan bahwa permintaan pada Oktober cukup kuat, menurun dari status solid pada bulan sebelumnya. Lembaga tersebut juga menyatakan bahwa konsumsi melunak, dengan tingkat produksi dan penyerapan tenaga kerja masih tumbuh, tapi pada level yang lebih rendah dibandingkan September. 

Hal ini kembali mengindikasikan bahwa perang dagang dengan China memang mulai melukai AS sendiri. Menepuk air, terciprat muka sendiri. 

Kemudian pada malam hari waktu Indonesia juga akan ada pengumuman angka pengangguran AS periode Oktober 2018. Namun pelaku pasar sepertinya kurang bersemangat menyambut data ini, karena diperkirakan masih sama dengan bulan sebelumnya yaitu 3,7%. Kemungkinan besar tidak akan ada kejutan.

Tanpa adanya faktor pendorong, dolar AS pun melemah lumayan tajam. Ini bisa menjadi momentum penguatan mata uang Asia, termasuk rupiah. Bila rupiah kembali menguat hari ini, maka akan membawa aura positif dua seluruh pasar. 

Berbagai sentimen positif tersebut memang sangat mungkin membuat IHSG dan rupiah meneruskan perjalanan di jalur pendakian. Gairah pelaku pasar tengah membuncah, hatinya berbunga-bunga. Semoga tidak ada 'mendung' (apalagi 'hujan'), yang menganggu mood investor.

Namun perlu diingat, IHSG sudah menguat 3 hari berturut-turut. Dalam 3 hari perdagangan terakhir, IHSG sudah melesat 1,41%. 

Takutnya, ada saja investor yang sudah gatal untuk mencairkan cuan. Kalau sampai terjadi ambil untung (profit taking), maka langkah IHSG akan terbeban.

(BERLANJUT KE HALAMAN 4)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular