Newsletter

Trump 'Obok-obok' Dolar AS, Mari Kita Lihat Dampaknya

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 July 2018 05:08
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: Muhammad Sabki
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah risiko. Pertama tentunya koreksi di Wall Street yang sangat mungkin menular ke Asia, termasuk ke Indonesia. Biasanya memang dinamika di Wall Street akan memberi warna kepada bursa saham Benua Kuning. 

Pelaku pasar juga perlu terus memonitor perkembangan isu perang dagang. Pekan depan, delegasi Uni Eropa akan bertandang ke Washington untuk membahas perkembangan di bidang perdagangan. Pertemuan ini akan menjadi langkah awal negosiasi dagang antara dua kekuatan besar, sehingga pasar menaruh harapan besar agar bisa menelurkan hasil positif. 

Pasalnya jika pembicaraan tidak membuahkan hasil menggembirakan, AS siap menerapkan bea masuk kepada mobil dan suku cadang dari Eropa. Bila itu sampai terjadi, maka harga mobil di Negeri Adidaya akan naik mencapai total US$ 83 miliar per tahun. Kekhawatiran ini yang membuat saham Ford dan General Motors turun masing-masing 0,5% dan 1,4%. 

Dinamika perang dagang berlangsung dengan sangat cepat. Investor sepertinya perlu mencermati setiap perkembangannya, karena perang dagang merupakan isu besar yang bisa mempengaruhi mood pasar. 

Tidak lupa, pelaku pasar juga perlu mewaspadai perkembangan nilai tukar dolar AS yang masih menguat. Dollar Index (yang mencerminkan dolar AS relatif terhadap enam mata uang utama) menguat 0,08% pada pukul 04:33 WIB. 

Kali ini energi greenback datang dari dari data ekonomi AS, di mana jumlah warga yang mengajukan tunjangan pengangguran berkurang secara mengejutkan ke level terendahnya dalam lebih dari 48,5 tahun terakhir. Pekan lalu, klaim awal tunjangan pengangguran di AS turun 8.000 orang menjadi 207.000.  

Ini merupakan angka terendah sejak Desember 1969. Pencapaian tersebut juga jauh lebih rendah daripada konsensus yang dihimpun Reuters, yang memperkirakan adanya kenaikan menjadi 220.000 orang. 

Data ini mengindikasikan pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam yang solid. Sebelumnya, ekonomi AS menciptakan 213.00 lapangan kerja pada bulan Juni 2018, dengan tingkat pengangguran 4%.

Akibatnya, keyakinan terhadap kebijakan moneter The Fed yang kian agresif pun menebal. Sepertinya semakin terkonfirmasi bahwa suku bunga acuan akan naik empat kali sepanjang 2018, bukan lagi tiga kali. Kenaikan suku bunga yang lebih agresif dibutuhkan untuk mengerem laju perekonomian AS agar tidak terjadi overheating

Kenaikan suku bunga acuan, apalagi lebih agresif, tentu menjadi berita bagus untuk dolar AS. Greenback pun belum berhenti menguat. 

Namun, penguatan dolar AS agak terancam dengan komentar Trump. Menurut Trump, dolar AS sudah terlalu kuat sehingga ekspor negara itu menjadi kurang kompetitif.  

"Dolar AS yang menguat telah membuat kita dalam posisi tidak menguntungkan. Apalagi yuan China jatuh seperti batu," ujarnya. 

Setelah komentar Trump ini, penguatan Dollar Index agak tertahan. Bila investor melihat sindiran Trump sebagai pemicu, maka dolar AS bisa jadi akan memulai tren depresiasinya. Mata uang ini memang sudah menguat agak keterlaluan, terlalu lama seolah tanpa jeda. 

Perkembangan dolar AS perlu dipantau karena menentukan nasib rupiah. Jika rupiah kembali melemah, maka IHSG bisa terancam. Pelemahan rupiah membuat aset-aset berbasis mata uang ini kurang menarik bagi investor (terutama asing) karena ada rugi kurs. Saham merupakan salah satu instrumen yang banyak dilepas saat rupiah melemah. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular