Newsletter

Rupiah Adalah Kunci

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
17 July 2018 04:55
Harga Minyak Jadi Pemberat Wall Street
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif dalam rentang tipis. Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,18%, S&P 500 turun 0,1%, dan Nasdaq minus 0,24%. 

Penurunan harga minyak menjadi pemberat Wall Street. Pada pukul 03:39 WIB, harga minyak jenis brent anjlok 4,43% sementara light sweet amblas 4,2%. 

Akibatnya, saham-saham sektor energi terkoreksi cukup dalam yang menyeret bursa saham secara keseluruhan. Saham Exxon turun 0,98% sementara Chevron terkoreksi 0,85%. 

Penyebab utama penurunan harga minyak yang cukup tajam ini adalah kembali dibukanya empat terminal pelabuhan utama di Libya. Pelabuhan-pelabuhan ini sempat dikuasai kelompok separatis National Libyan Army (NLA) sebelum akhirnya diserahkan kembali kepada pemerintah pada 11 Juli lalu. 

Perkembangan ini membuat pasokan minyak dari Libya siap masuk ke pasar dunia. Tambahan pasokan berarti harga tentunya bakal cenderung turun. 

Selain tambahan pasokan dari Libya, Rusia dan negara-negara lain pun siap menambah suplai minyak dunia hingga 1 juta barel/hari. Hal ini dilakukan untuk menutup kekurangan dari Iran dan Venezuela. Iran sedang di ambang sanksi ekonomi dari AS sementara Venezuela tengah didera krisis ekonomi-sosial- politik. 

"Jika memang kita membutuhkan (tambahan pasokan) 1 juta barel/hari, maka saya tidak mengesampingkan bahwa kami akan mendiskusikan itu. Kami akan membuat keputusan dengan cepat," ungkap Alexander Novak, Menteri Energi Rusia, dikutip dari Reuters. 

Komentar Novak menjadi sangat relevan ketika sanksi terhadap Iran sudah sangat dekat. Steven Mnuchin, Menteri Keuangan AS, menegaskan bahwa Negeri Adidaya akan mengajak negara-negara sekutunya untuk tidak lagi membeli minyak dari Iran.  

Namun itu tidak bisa dilakukan langsung, butuh tahap. Selain itu, akan ada pengecualian bagi negara-negara yang memang mau tidak mau masih harus mendatangkan minyak dari Negeri Persia. 

"Kami ingin orang-orang mengurangi (pembelian minyak) menjadi nol. Namun untuk beberapa kasus tentu tidak bisa dilakukan dalam semalam. Kami juga akan mempertimbangkan pengecualian," ungkap Mnuchin, mengutip Reuters. 

Sanksi kepada Iran ini rencananya akan dibahas dalam pertemuan tingkat menteri G20 di Buenos Aires (Argentina) 19-22 Juli. "Kami akan sangat hati-hati untuk mengurangi dampak langkah ini terhadap pasar, dan kami ingin orang-orang memiliki cukup waktu," tambah Mnuchin. 

Namun koreksi Wall Street (dan positifnya DJIA) tertahan oleh laporan keuangan emiten yang solid. Bank of America melaporkan kinerjanya yang di atas ekspektasi pasar. 

Pada kuartal II-2018, laba per saham (Earnings per Share/EPS) Bank of America adalah US$ 64 sen. Lebih tinggi dibandingkan konsensuspasar yang dihimpun Reuters yaitu US$ 57 sen. Sementara pendapatan yang dapat diatribusikan kepada pemegang saham naik 36,3% YoY menjadi US$ 6,47 miliar. 

Laporan keuangan Bank of America yang ciamik membuat investor memberikan apresiasi. Saham Bank of America naik tajam 4,31%. 

Tidak hanya itu, solidnya kinerja Bank of America membuat pelaku pasar menaruh kepercayaan terhadap saham-saham perbankan. Sektor keuangan di DJIA menguat sampai 2,99%. Saham Goldman Sachs naik 2,22% jelang pengumuman laporan keuangan pada Selasa waktu setempat. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular