
Polling CNBC Indonesia
Konsensus Pasar: BI Diramal Naikkan Bunga Acuan ke 5%
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 June 2018 12:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) hari ini mulai menggelar Rapat Dewan Gubernur bulanan. Esok hari, BI akan mengumumkan suku bunga acuan 7 day reverse repo rate.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menyebutkan BI sepertinya akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5%. Dari 11 ekonom yang terlibat dalam pembentukan konsensus, sembilan di antaranya memperkirakan ada kenaikan dan hanya dua yang menilai BI akan mempertahankan suku bunga. Dengan demikian, median BI 7 day reverse repo rate ada di 5%.
Sebenarnya BI sudah memberikan kode keras pekan lalu. BI menegaskan prioritas bank sentral dalam jangka pendek adalah stabilitas ekonomi, utamanya stabilitas nilai tukar. Oleh karena itu, BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang preemtif, front loading, dan ahead the curve.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan bahwa kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga yang disertai dengan relaksasi kebijakan Loan to Value (LTV) untuk mendorong sektor perumahan. "Selain itu, kebijakan intervensi ganda, likuiditas longgar, dan komunikasi yang intensif tetap dilanjutkan," sebutnya dalam keterangan tertulis, Selasa pekan lalu.
Jika bicara stabilitas rupiah, maka alasan BI untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi masuk akal. Hari ini, rupiah melemah cukup tajam terhadap dolar AS. Pada pukul 11:33 WIB, rupiah melemah 0,73% dan dolar AS dibanderol Rp 14.277. Rupiah berada di posisi terlemah sejak Oktober 2015.
Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di Indonesia menjadi menarik karena memberikan keuntungan lebih. Masuknya aliran modal asing ini bisa menjadi penopang bagi penguatan nilai tukar rupiah.
Eugenia Fabon Victorino, Ekonom ANZ, berpendapat jika BI benar-benar menaikkan suku bunga acuan, maka pertimbangannya memang menyelamatkan rupiah. Pasalnya, inflasi sejauh ini masih stabil sehingga belum perlu dijangkar melalui kenaikan suku bunga.
Sampai Mei, laju inflasi tercatat 3,23% year-on-year (YoY) atau masih dalam target BI yaitu di rentang 2,5-4,5%. Sejauh ini belum ada potensi percepatan laju inflasi karena pemerintah masih berkomitmen untuk tidak menaikkan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak.
"Inflasi masih di batas tengah target BI, mengonfirmasi bahwa kebijakan yang bias ketat ini tidak disebabkan oleh kekhawatiran inflasi. BI memang ingin mengedepankan stabilisasi nilai tukar," sebut Victorino.
Juniman, Ekonom Maybank Indonesia, juga memperkirakan BI menaikkan suku bunga acuan. Menurutnya, tekanan terhadap rupiah yang terus berlangsung perlu diputus. Salah satu caranya adalah dengan menaikkan suku bunga acuan.
"Rupiah melemah 0,53% secara month-to-month pada Mei 2018. Sekarang pun rupiah masih tertekan dan berada di kisaran Rp 14.000/US$. Investor asing juga masih terus keluar. Sehingga untuk memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas rupiah, kami perkirakan BI akan menaikkan lagi suku bunga acuan sebesar 25 basis poin," jelas Juniman.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia menyebutkan BI sepertinya akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5%. Dari 11 ekonom yang terlibat dalam pembentukan konsensus, sembilan di antaranya memperkirakan ada kenaikan dan hanya dua yang menilai BI akan mempertahankan suku bunga. Dengan demikian, median BI 7 day reverse repo rate ada di 5%.
Institusi | BI 7 Day Reverse Repo Rate (%) |
Maybank Indonesia | 5 |
Bank Permata | 4.75 |
Trimegah | 5 |
ING | 5 |
BCA | 5 |
Barclays | 5 |
ANZ | 5 |
Moody's Analytics | 4.75 |
Bank Danamon | 5 |
Standard Chartered | 5 |
Mirae Asset | 5 |
MEDIAN | 5 |
Sebenarnya BI sudah memberikan kode keras pekan lalu. BI menegaskan prioritas bank sentral dalam jangka pendek adalah stabilitas ekonomi, utamanya stabilitas nilai tukar. Oleh karena itu, BI siap menempuh kebijakan lanjutan yang preemtif, front loading, dan ahead the curve.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan bahwa kebijakan lanjutan tersebut dapat berupa kenaikan suku bunga yang disertai dengan relaksasi kebijakan Loan to Value (LTV) untuk mendorong sektor perumahan. "Selain itu, kebijakan intervensi ganda, likuiditas longgar, dan komunikasi yang intensif tetap dilanjutkan," sebutnya dalam keterangan tertulis, Selasa pekan lalu.
Jika bicara stabilitas rupiah, maka alasan BI untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi masuk akal. Hari ini, rupiah melemah cukup tajam terhadap dolar AS. Pada pukul 11:33 WIB, rupiah melemah 0,73% dan dolar AS dibanderol Rp 14.277. Rupiah berada di posisi terlemah sejak Oktober 2015.
Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di Indonesia menjadi menarik karena memberikan keuntungan lebih. Masuknya aliran modal asing ini bisa menjadi penopang bagi penguatan nilai tukar rupiah.
Eugenia Fabon Victorino, Ekonom ANZ, berpendapat jika BI benar-benar menaikkan suku bunga acuan, maka pertimbangannya memang menyelamatkan rupiah. Pasalnya, inflasi sejauh ini masih stabil sehingga belum perlu dijangkar melalui kenaikan suku bunga.
Sampai Mei, laju inflasi tercatat 3,23% year-on-year (YoY) atau masih dalam target BI yaitu di rentang 2,5-4,5%. Sejauh ini belum ada potensi percepatan laju inflasi karena pemerintah masih berkomitmen untuk tidak menaikkan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak.
"Inflasi masih di batas tengah target BI, mengonfirmasi bahwa kebijakan yang bias ketat ini tidak disebabkan oleh kekhawatiran inflasi. BI memang ingin mengedepankan stabilisasi nilai tukar," sebut Victorino.
Juniman, Ekonom Maybank Indonesia, juga memperkirakan BI menaikkan suku bunga acuan. Menurutnya, tekanan terhadap rupiah yang terus berlangsung perlu diputus. Salah satu caranya adalah dengan menaikkan suku bunga acuan.
"Rupiah melemah 0,53% secara month-to-month pada Mei 2018. Sekarang pun rupiah masih tertekan dan berada di kisaran Rp 14.000/US$. Investor asing juga masih terus keluar. Sehingga untuk memperkuat stabilitas ekonomi, khususnya stabilitas rupiah, kami perkirakan BI akan menaikkan lagi suku bunga acuan sebesar 25 basis poin," jelas Juniman.
Next Page
Biaya Intervensi Mahal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular