Newsletter

IHSG Sepertinya Masih Diuji Onak dan Duri

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
28 June 2018 05:57
IHSG Sepertinya Masih Diuji Onak dan Duri
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada perdagangan kemarin. Pasar saham Indonesia bergerak searah dengan bursa kawasan yang juga berakhir di teritori negatif akibat perang dagang dan investasi. 

Kemarin, IHSG ditutup turun 0,65%. Perdagangan berlangsung relatif kurang semarak dengan nilai transaksi Rp 7,38 triliun dengan volume 8,95 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 418.959 kali.  

Kemarin sejatinya adalah hari libur nasional karena pelaksanaan Pilkada di berbagai daerah. Namun pasar saham tetap beroperasi sementara pasar valas, sesuai instruksi Bank Indonesia (BI), tutup. 

Tekanan terhadap IHSG lebih condong berasal dari eksternal. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana melarang entitas bisnis dengan kepemilikan minimal 25% oleh China untuk berinvestasi di Negeri Paman Sam. Tujuannya adalah demi melindungi hak atas kekayaan intelektual dan teknologi AS. Bahkan, belakangan terungkap bahwa yang menjadi target bukan hanya China melainkan seluruh negara yang mencoba mencuri teknologi milik perusahaan-perusahaan AS.

Pemerintah AS masih merumuskan soal cara membatasi investasi China tersebut.
 Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin menginginkan pendekatan yang lebih halus menggunakan The Committee on Foreign Investment yang akan melakukan tinjauan mengenai akuisisi perusahaan asing. Sementara pihak lain ingin menggunakan pendekatan yang lebih keras yaitu mendeklarasikan kondisi darurat ekonomi. 

Investor asing yang cemas memilih untuk keluar dari pasar Indonesia. Nilai jual bersih investor asing mencapai Rp 539,7 miliar. Saham-saham yang banyak dilepas investor asing di antaranya BBNI (Rp 61 miliar), ADRO (Rp 59,6 miliar), UNTR (Rp 59 miliar), INDY (Rp 40,2 miliar), dan GGRM (Rp 39,2 miliar).  

Gaduh ini tidak hanya mempengaruhi IHSG tetapi juga bursa saham kawasan. Indeks Nikkei 225 turun 0,31%, Shanghai Composite anjlok 1,11%, Hang Seng amblas 1,82%, Straits Times melemah 0,8%, dan Kospi minus 0,38%. 

Dari Wall Street, sentimen yang serupa dengan Asia membuat tiga indeks utama melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,68%, S&P 500 terkoreksi 0,86%, dan Nasdaq jatuh 1,39%. 

Koreksi di Wall Street terjadi setelah pasar menyimak pernyataan Lawrence 'Larry' Kudlow. Menurut sang Penasihat Ekonomi Gedung Putih, penggunaan komite investasi untuk mengkaji investasi yang masuk ke AS bukanlah sikap yang lebih lunak terhadap China. AS masih punya tujuan untuk melindungi kepentingan nasional. 

"Idenya bukan lebih lunak atau lebih keras, bukan itu. Langkah pemerintah akan sangat komprehensif dan efektif dalam melindungi teknologi AS," katanya dalam wawancana dengan Fox Business Network seperti dikutip Reuters. 

Pasar melihat pernyataan Kudlow sebagai sinyal bahwa pemerintahan Presiden Trump masih akan galak terhadap China. Oleh karena itu, investor pun grogi dan memilih untuk keluar dari instrumen berisiko seperti saham dan mengamankan dana di safe haven assets.  

Selain friksi dagang dan investasi, pasar juga mulai mencemaskan kenaikan harga minyak. Betul, kenaikan harga minyak mendorong indeks energi di Wall Street menguat sampau 1,3%. Namun investor mengkhawatirkan dampaknya terhadap sektor lain, yaitu kenaikan produksi yang tentunya menekan laba. 


Untuk perdagangan hari ini, ada sejumlah hal yang perlu dicermati oleh pelaku pasar. Pertama tentu koreksi di Wall Street. Bisa jadi merahnya Wall Street menular ke bursa saham Asia sehingga menyebabkan tekanan lebih lanjut. Indonesia tentu tidak imun akan risiko tersebut. 

Perang dagang dan kini merembet ke investasi juga perlu diwaspadai. Investor patut untuk khawatir, sebab apa yang dilakukan AS dengan memproteksi sektor perdagangan dan investasi bisa menjadi preseden bagi negara lain.

Kalau negara lain ikut menerapkannya atas nama perlindungan kepentingan nasional, maka perekonomian dunia akan menjadi tertutup. Pertumbuhan ekonomi global pun di ujung tanduk. 

Investor juga masih perlu menyimak perkembangan nilai tukar dolar AS, apalagi hari ini pasar valas Indonesia sudah kembali dibuka. Pasalnya, greenback tengah menguat gila-gilaan. 

Pada pukul 04.40 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi dolar AS di hadapan enam mata uang utama) menguat sampai 0,67% ke 95.291. Ini merupakan titik tertinggi sejak pertengahan Juli 2017, hampir setahun. 

Ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan yang lebih agresif oleh The Federal Reserve/The Fed masih ampuh untuk mendorong penguatan greenback. The Fed kini bisa dibilang satu-satunya bank sentral di negara maju yang sudah terang-terangan bicara kenaikan bunga dan normalisasi kebijakan moneter. Sementara bank sentral lain seperti European Central Bank (ECB) sepertinya baru menaikkan suku bunga acuan pada kuartal III-2019. 

Apalagi Bank of England (BoE) juga tengah terpecah konsentrasinya jelang pertemuan lanjutan untuk membahas keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit Meeting). BoE tengah memastikan bahwa sektor keuangan Inggris siap untuk menghadapi Brexit. Oleh karena itu, pasar pun menyangsikan apakah BoE akan mengeksekusi kenaikan suku bunga acuan pada Agustus mendatang. 

Dolar AS semakin melaju kala Bank Sentral China, People's Bank of China (PBoC), bergerak melemahkan nilai tukar yuan. Dalam beberapa waktu terakhir, PBoC menurunkan nilai tengah yuan dengan tujuan memperlemah mata uang ini.

Langkah ini ditempuh untuk menjaga agar ekspor China tetap kompetitif di tengah perang dagang yang tengah berkecamuk. Pelaku pasar memperkirakan PBoC tidak akan mengendurkan cengkeramannya sebelum situasi membaik. 

Penguatan greenback bisa menekan mata uang lain, termasuk rupiah. Saat rupiah melemah, berinvestasi di instrumen berbasis mata uang ini menjadi kurang menarik karena nilainya turun. Investor, terutama asing, bisa melanjutkan aksi jual dan ini tentu bukan kabar gembira bagi IHSG. 

Namun, ada pula sentimen positif untuk IHSG yaitu kenaikan harga minyak dunia. Biasanya investor lebih mengapresiasi emiten migas dan pertambangan kala harga minyak naik, dan ini bisa mempengaruhi IHSG secara keseluruhan. 

Kenaikan harga si emas hitam disebabkan oleh kekhawatiran penurunan pasokan dari Kanada dan Libya. Di Kanada, ada gangguan di fasilitas produksi di Alberta yang bisa mengancam sekitar 10% dari total pasokan minyak Negeri Daun Maple. Gangguan produksi ini diperkirakan berlangsung hingga Juli dan bisa mempengaruhi produksi sebanyak 350.000 barel/hari. 

Penurunan pasokan dari Kanada membuat cadangan minyak AS di Cushing, Oklahoma, turun 2,71 juta barel pekan lalu. Penurunan ini yang membuat harga minyak terkerek ke atas. 

Sementara dari Libya, ada ketidakjelasan pihak mana yang tengah mengendalikan ekspor minyak. Apakah pemerintah atau pemberontak? Seiring dengan pemerintahan Libya yang pecah kongsi, perusahaan minyak negara pun terpecah dua tetapi sama-sama memakai nama National Oil Company (NOC). Bedanya, satu NOC resmi milik pemerintah berbasis di Tripoli dan yang lain adalah NOC milik pemberontak di Benghazi. 

Pasukan pemberontak mengklaim mereka telah menguasai pelabuhan Hariga dan Zueitina dan menyerahkannya kepada NOC Benghazi. Dua pelabuhan ini merupakan objek vital dan menentukan ekspor minyak Libya. 

Kisruh Libya menyebabkan pasokan minyak dari negara tersebut turun sekitar 450.000 barel/hari. Ini hampir separuh dari total produksi minyak di sana yaitu 1 juta barel/hari. 

Situasi di Kanada dan Libya ini membuat harga minyak bergerak naik. Sesuai hukum ekonomi, penurunan pasokan tentu menyebabkan kenaikan harga. 

Sementara dari dalam negeri, hari ini adalah hari pertama pelaksanaan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI. Besok, BI akan mengumumkan suku bunga acuan. 

Potensi suku bunga acuan BI 7 day repo rate untuk kembali naik cukup besar. Perry Warjiyo, Gubernur BI, pekan lalu sudah memberi sinyal mengenai hal ini. 

Jika benar BI menaikkan suku bunga, maka dalam jangka pendek bisa berdampak positif. Kenaikan suku bunga akan membuat berinvestasi di Indonesia menjadi menarik karena memberikan keuntungan lebih. Masuknya aliran modal asing ini bisa menjadi penopang bagi penguatan nilai tukar rupiah. 

Namun dalam jangka menengah-panjang, kenaikan suku bunga bisa berdampak negatif. Biaya dana perbankan akan naik sehingga menekan profitabilitas mereka.  

Bank juga mungkin harus menaikkan suku bunga kredit merespons kenaikan suku bunga simpanan. Ini tentu membuat pertumbuhan kredit, aktivitas bisnis, konsumsi masyarakat, dan pertumbuhan ekonomi akan tertekan. 

Oleh karena itu, sepertinya pasar akan cenderung menunggu keputusan BI sebelum beraktivitas lebih lanjut. Sikap pasar yang wait and see bisa menjadi salah satu faktor pemberat IHSG hari ini. 

Sepertinya cukup banyak sentimen negatif yang akan membebani IHSG hari ini. Oleh karena itu, kemungkinan IHSG masih akan menjalani masa penuh cobaan dan ujian.


Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:-
  • RDG BI hari pertama.
  • Economic Summit Uni Eropa Hari pertama.
  • Rilis data pembacaan terakhir pertumbuhan ekonomi AS kuartal I-2018 (19:30 WIB).
  • Rilis data klaim tunjangan penganggutan dalam sepekan hingga 22 Juni 2018 (19:30 WIB).
  • Pidato Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic (23:00 WIB).
Investor juga perlu mencermati aksi perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:


Perusahaan

Jenis Kegiatan

Waktu

PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM)

RUPS Tahunan

08:00

PT Paninvest Tbk (PNIN)

RUPS Tahunan

08:30

PT Wahana Pronatural Tbk (WAPO)

RUPS Tahunan

09:00

PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS)

RUPS Tahunan

09:00

PT Garda Tujuh Buana Tbk (GTBO)

RUPS Tahunan

09:00

PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA)

RUPS Tahunan

09:00

PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS)

RUPS Tahunan

09:30

PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP)

RUPS Tahunan

10:00

PT Modern Internasional Tbk (MDRN)

RUPS Tahunan

10:00

PT Modernland Realty Tbk (MDLN)

RUPS Tahunan

10:00

PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR)

RUPS Tahunan

10:00

PT Bakrieland Development Tbk (ELTY)

RUPS Tahunan

10:00

PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET)

RUPS Tahunan

10:00

PT Mustika Ratu Tbk (MRAT)

RUPS Tahunan

10:00

PT Siantar Top Tbk (STTP)

RUPS Tahunan

10:00

PT Panin Financial Tbk (PNLF)

RUPS Tahunan

10:00

PT Tira Austenite Tbk (TIRA)

RUPS Tahunan

10:00

PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP)

RUPS Tahunan

10:00

PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP)

RUPS Tahunan

10:00

PT Verena Multi Finance Tbk (VRNA)

RUPS Tahunan

10:00

PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)

RUPS Tahunan

10:00

PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA)

RUPSLB

10:00

PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA)

RUPS Tahunan

10:00

PT Buana Listya Tama Tbk (BULL)

RUPSLB

10:00

PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI)

RUPS Tahunan

10:00

PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA)

RUPSLB

10:00

PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI)

RUPS Tahunan

10:30

PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY)

RUPS Tahunan

10:30

PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk (JKSW)

RUPS Tahunan

11:00

PT Tri Banyan Tirta Tbk (ALTO)

RUPS Tahunan

11:00

PT Tanah Laut Tbk (INDX)

RUPS Tahunan

13:30

PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)

RUPS Tahunan

14:00

PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT)

RUPS Tahunan

14:00

PT Akbar Indo Makmur Stimec Tbk (AIMS)

RUPS Tahunan

14:00

PT Pelayaran Nasional Bina Buana Raya Tbk (BBRM)

RUPS Tahunan

14:00

PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL)

RUPS Tahunan

14:00

PT Grand Kartech Tbk (KRAH)

RUPS Tahunan

14:00

PT Kirana Megatara Tbk (KMTR)

RUPS Tahunan

14:00

PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC)

RUPSLB

14:30

PT Langgeng Makmur Industri Tbk (LMPI)

RUPS Tahunan

15:00

PT Sepatu Bata Tbk (BATA)

RUPS Tahunan

15:00



Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:


Indeks

Close

% Change

% YtD

IHSG

5,787.55

(0.65)

(8.94)

LQ45

901.00

(1.06)

(16.53)

DJIA

24,117.59

(0.68)

(2.43)

CSI300

3,458.58

(2.05)

(14.20)

Hang Seng

28,356.26

(1.82)

(5.22)

Nikkei 225

22,271.77

(0.31)

(2.17)

Straits Times

3,254.77

(0.80)

(4.35)



Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:


Mata Uang

 Close

% Change

 % YoY

USD/IDR

14,173

0.16

6.36

EUR/USD

1.15

(0.74)

1.61

GBP/USD

1.31

(0.82)

1.50

USD/CHF

0.99

0.64

3.90

USD/CAD

1.33

0.16

2.24

USD/JPY

110.23

0.16

(1.83)

AUD/USD

0.74

(0.69)

(3.90)



Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:  


Komoditas

 Close

 % Change

 % YoY

Minyak Light Sweet (US$/barel)

72.35

2.59

61.70

Minyak Brent (US$/barel)

77.25

1.19

63.33

Emas (US$/troy ons)

1,253.41

(0.54)

0.37

CPO (MYR/ton)

2,304.00

1.05

(10.87)

Batu bara (US$/ton)

110.77

1.41

41.87

Tembaga (US$/pound)

2.97

(0.72)

12.01

Nikel (US$/ton)

14,704.50

0.40

59.39

Timah (US$/ton)

20,100.00

(0.12)

3.37

Karet (JPY/kg)

165.50

0.67

(16.46)

Kakao (US$/ton)

2,316.00

(4.73)

20.54



Berikut perkembangan imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara: 

 

Tenor

 Yield (%)

 5Y

7.44

10Y

7.61

15Y

8.07

20Y

8.11

30Y

7.93

 

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional: 

 

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan ekonomi (Q I-2018 YoY)

5.06%

Inflasi (Mei 2018 YoY)

3.23

Defisit anggaran (APBN 2018)

-2.19% PDB

Transaksi berjalan (Q I-2018)

-2.15% PDB

Neraca pembayaran (Q I-2018)

-US$ 3.85 miliar

Cadangan devisa (Mei 2018)

US$ 122.9


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular