Newsletter

Mampukah IHSG Rebound?

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
31 May 2018 05:46
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Untuk perdagangan hari ini, positifnya kinerja Wall Street bisa menjadi modal yang baik. Dinamika di Wall Street biasanya cukup memberi warna pada bursa saham Asia, termasuk Indonesia. 

Kemudian, tensi politik di Italia juga mulai menurun. Selain itu, lelang obligasi pemerintah Italia juga berlangsung lancar, sehingga menghapuskan anggapan bahwa pelaku pasar sedang enggan masuk ke pasar Negeri Menara Pisa. 

Kemarin, Italia melelang dua seri obligasi yaitu tenor 5 tahun dan 10 tahun. Hasilnya cukup memuaskan, di mana Italia berhasil meraup dana 5,57 miliar euro. Angka ini berada dalam kisaran target indikatif pemerintah yaitu 3,75-6 miliar euro. 

"Ini seperti bisnis biasa saja. Pasar tidak menutup pintu bagi Italia," tegas Jan von Gerich, Chief Analyst di Nordea yang berbasis di Helsinki (Finlandia), mengutip Reuters. 

Perkembangan ini membuat sentimen negatif besar yang menghantui pada perdagangan kemarin sudah mulai mereda. Kini pelaku pasar bisa kembali risk off, berani masuk ke instrumen berisiko. Bila ini menular ke Indonesia, maka IHSG berpotensi rebound ke zona hijau. 

Harga minyak juga sepertinya suportif buat IHSG, karena naik sampai 2% lebih. Lonjakan harga minyak terjadi setelah Bank Sentral Rusia menegaskan bahwa harga minyak yang rendah akan mengancam ekonomi Negeri Beruang Merah.  

"Faktor penting dalam perekonomian Rusia adalah risiko penurunan harga minyak. Misalnya karena peningkatan produksi di AS," sebut pernyataan Bank Sentral Rusia, seperti dilansir Reuters. 

Pernyataan ini muncul tidak lama setelah rencana Rusia dan Arab Saudi untuk mengurangi dosis pemangkasan produksi yang dilakukan sejak 2017, untuk mengompensasi penurunan pasokan minyak dari Venezuela dan Iran. Produksi minyak Venezuela memang sedang turun akibat krisis ekonomi-sosial-politik. Sementara Iran di ambang pengenaan sanksi ekonomi setelah AS keluar dari perjanjian nuklir. 

Reliance Industries Ltd, pemilik kilang minyak terbesar dunia yang berbasis di India, sudah berencana untuk tidak membeli minyak dari Iran. Langkah ini ditempuh setelah AS keluar dari kesepakatan nuklir. Reliance sepertinya tidak ingin namanya ikut terseret karena berbisnis dengan Negeri Persia yang mungkin tidak lama lagi akan mendapatkan sanksi ekonomi. 

Harga minyak yang melonjak adalah kabar positif bagi IHSG. Emiten migas dan pertambangan akan lebih mendapat apresiasi kala harga minyak naik. 

Hal lain yang bisa mendukung penguatan IHSG adalah perkembangan nilai tukar dolar AS. Saat ini, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback terhadap enam mata uang utama) turun signifikan sampai 0,81%. 

Dolar AS tertekan akibat meredanya ketegangan politik di Italia. Risk appetite investor kembali setelah kemarin hilang. Investor pun bersiap untuk kembali masuk ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 

Bila rupiah berhasil memanfaatkan posisi dolar AS yang sedang defensif, maka akan menjadi dorongan bagi IHSG. Saat rupiah menguat, memegang aset berbasis mata uang ini menjadi menguntungkan karena nilainya naik. 

Di tengah maraknya sentimen positif, mampukah IHSG rebound? Kita tunggu saja...

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular