Newsletter

Suku Bunga Acuan vs Kisruh Italia, Mana yang Lebih Kuat?

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
30 May 2018 06:16
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
Foto: REUTERS
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen yang bisa mempengaruhi laju IHSG. Dari dalam negeri, sentimen utama adalah RDG tambahan yang diperkirakan menghasilkan kenaikan suku bunga acuan. 

"Kami memperkirakan BI akan memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke 4,75% dalam RDG tambahan ini. Langkah ini ditempuh demi stabilisasi nilai tukar rupiah," sebut Josua Pardede, Ekonom Bank Permata. 

Euben Paracuelles, Ekonom Nomura, juga memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Kenaikan suku bunga memang biasanya terjadi saat RDG tambahan. 

"Kali terakhir BI melakukan RDG tambahan adalah Agustus 2013, dan saat itu ada kenaikan 50 bps. Padahal dalam RDG sebelumnya sangat minim sinyal yang mengarah ke sana," kata Paracuelles. 

Pernyataan senada dikeluarkan oleh Katrina Ell, Ekonom Moody's Analytics. Menurut Ell, BI jangan sampai 'ketinggalan kereta' seperti kenaikan suku bunga sebelumnya. 

"Gubernur yang baru tentunya ingin membuktikan bahwa BI tidak terpinggirkan dalam hal kenaikan kedua pada bulan ini," ujar Ell. 

Pada 17 Mei, sejatinya BI telah menaikkan suku bungana acuan sebesar 25 bps menjadi 4,5%. Namun kenaikan tersebut minim memberikan dampak karena tertelan sentimen negatif eksternal. Oleh karena itu, Perry pun berulang kali menyebutkan BI ingin ahead the curve

Apabila kenaikan suku bunga acuan edisi kedua pada tahun ini menjadi kenyataan, maka tentu akan menjadi energi positif bagi nilai tukar rupiah dan IHSG. Ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga acuan bahkan sudah menjadi katalis penguatan mata uang garuda dan IHSG pada perdagangan awal pekan dan bisa saja berlanjut hari ini. 

Dari luar negeri, kabar baik juga datang dari rencana perundingan AS-Korea Utara. Pejabat senior Pyongyang dikabarkan akan bertandang ke AS untuk mempersiapkan pertemuan Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. Sang pejabat akan bertemu dengan Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS, di New York. 

"Kita telah menempatkan tim terbaik untuk berdialog. Saat ini sedang ada pertemuan untuk membahas persiapan (pembicaraan Trump dan Kim Jong Un di Singapura pada 12 Juni) dan sebagainya. Kim Young Chol (Wakil Ketua Partai Buruh Korea Utara) sedang menuju ke New York. Terima kasih!" seru Trump dalam cuitannya di Twitter. 

Perkembangan ini tentu positif, karena selangkah ke depan membawa perdamaian di Semenanjung Korea. Aura perdamaian ini bisa menjadi salah satu faktor yang bisa menjaga bursa Asia dari koreksi. 

Namun, ada pula sentimen negatif yang patut diwaspadai. Rontoknya Wall Street bisa menimbulkan gelombang kecemasan di Asia. Biasanya dinamika Wall Street akan memberi warna di bursa saham Benua Kuning. 

Situasi di Italia juga patut diwaspadai. Mengutip Reuters, Italia kemungkinan akan mengadakan pemilu ulang paling cepat Juli mendatang. Pasalnya, Pejabat Perdana Menteri Italia Carlo Cottarelli gagal membentuk koalisi pemerintahan.  

Jika kekuatan populis semakin solid dan kemungkinan Italia bercerai dengan Uni Eropa kian besar, maka dampaknya adalah guncangan terhadap pasar keuangan global. Investor akan cenderung menghindari aset-aset berisiko dan mengamankan dananya di safe haven. Terbukti beberapa instrumen safe haven seperti emas, mata uang yen Jepang, atau franc Swiss nilanya terapresiasi karena tingginya minat incestor. 

Saat Brexit terjadi pada 2016, indeks MSCI Asia Pacifik (kecuali Jepang) anjlok cukup dalam. Indeks ini melaju cukup kencang pada awal tahun, sebelum terjun begitu memasuki Agustus. Sebagai informasi, jajak pendapat untuk Brexit digelar pada 23 Juni. 

Oleh karena itu, tidak heran Wall Street merepons negatif dinamika di Italia. Sebenarnya tidak hanya Wall Street, bursa Asia yang kemarin buka pun cenderung melemah akibat sentimen negatif dari Roma. Nikkei 225 turun 0,55%, Hang Seng anjlok 1%, Shanghai Composite melemah 0,47%, dan Kospi terkoreksi 0,84%. Pelaku pasar perlu waspada dan terus mencermati perkembangan situasi di Italia. 

Sentimen negatif juga bisa datang dari perkembangan friksi dagang AS vs China. Beijing mengaku terkejut dengan pernyataan keras dari Gedung Putih. 

"China mendesak AS agar bertindak sesuai kesepakatan bersama. China punya keyakinan, kemampuan, dan pengalaman untuk menjaga kepentingan nasional," sebut pernyataan Kementerian Perdagangan China. 

Pernyataan bersama yang dimaksud adalah komunike yang dibuat kala delegasi AS yang dipimpin Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin datang ke China pada Mei lalu. Sudah ada kesepakatan dari kedua pihak bahwa China akan meningkatkan impor dari AS untuk mengurangi surplus perdagangannya. Kedua negara juga setuju untuk melindungi hak kekayaan intelektual dan mendorong investasi atas dasar kesetaraan (level playing field). 

Sepertinya China sudah mulai gerah dengan tingkah AS yang agak provokatif. Bila China mulai panas, 'balas pantun' bea masuk akan kembali terjadi. Ini akan mengancam perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global. Oleh karena itu, perkembangan negosiasi dagang AS-China perlu terus dipantau. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular