Update Polling CNBC Indonesia

Konsensus: Suku Bunga Acuan Diramal Naik ke 4,75% pada 30 Mei

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
28 May 2018 16:05
Konsensus: Suku Bunga Acuan Diramal Naik ke 4,75% pada 30 Mei
Foto: REUTERS/Iqro Rinaldi
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) tambahan pada 30 Mei 2018. Pelaku pasar memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%.

Akhir pekan lalu, BI mengumumkan akan ada RDG tambahan. RDG ini tidak mengubah atau mengurangi yang sudah terjadwal sebelumnya. 


Dari 14 ekonom dan analis yang terlibat, 13 di antaranya memperkirakan ada kenaikan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate sebesar 25 bps menjadi 4,75%. Hanya satu yang memperkirakan BI masih menahan suku bunga acuan di 4,5%. Median survei ini adalah 4,75%. 

InstitusiBI 7 Day Reverse Repo Rate (%)
ING4.75
Danareksa4.75
Bank Danamon4.75
Maybank4.75
Nomura4.75
Moody's Analytics4.75
Bank Permata4.75
Mirae Asset4.5
Bank Mega4.75
CIMB-GK Securities4.75
HSBC4.75
DBS4.75
UOB4.75
Barclays4.75
MEDIAN4.75


"Kami memperkirakan BI akan memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke 4,75% dalam RDG tambahan ini. Langkah ini ditempuh demi stabilisasi nilai tukar rupiah," sebut Josua Pardede, Ekonom Bank Permata. 

Hari ini rupiah memang bergerak menguat, bahkan apresiasinya mendekati 1%. Namun sepanjang 2018, rupiah masih melemah 3,9% terhadap dolar Amerika Serikat. 

BI sudah menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps ke 4,5% pada RDG 17 Mei lalu. Meski begitu, kenaikan tersebut sepertinya kurang terasa karena rupiah masih melemah cukup dalam. 

Salah satunya karena ada anggapan BI telah ketinggalan (behind the curve), sebab bank sentral negara lain telah terlebih dulu menaikkan suku bunga. Kala sentimen negatif eksternal sudah menumpuk, keputusan BI menaikkan suku bunga dinilai sudah terlambat. 

"Langkah ini (kenaikan suku bunga) juga merupakan antisipasi terhadap rapat The Fed (The Federal Reserve, Bank Sentral AS) pada pertengahan Juni," ujar Josua. 

The Fed akan menggelar rapat pada 13 Juni. Berdasarkan CME Fedwatch, probabilitas The Fed menaikkan suku bunga acuan 25 bps menjadi 1,75-2% mencapai 92,5%. Artinya, hampir pasti The Fed akan menaikkan suku bunga. 

Saat The Fed menaikkan suku bunga, ada kemungkinan aliran modal akan kembali ke Negeri Paman Sam untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu, Indonesia dinilai butuh kenaikan suku bunga untuk menjaga arus modal sehingga tidak mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah. 

"Menjaga stabilitas rupiah menjadi penting, terutama saat AS sedang dalam siklus pengetatan moneter. Sebagai tambahan, BI juga sepertinya masih akan melakukan langkah-langkah stabilisasi rupiah," kata Josua. 

Euben Paracuelles, Ekonom Nomura, juga memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps. Kenaikan suku bunga memang biasanya terjadi saat RDG tambahan di luar jadwal. 

"Kali terakhir BI melakukan RDG tambahan adalah Agustus 2013, dan saat itu ada kenaikan 50 bps. Padahal dalam RDG sebelumnya sangat minim sinyal yang mengarah ke sana," kata Paracuelles. 

Jika BI harus menunggu sampai RDG terjadwal yang baru diadakan pada 28 Juni, tambah Paracuelles, maka lagi-lagi semua akan terlambat. The Fed sudah terlebih dulu menggelar rapat sekitar dua minggu sebelumnya. 

Menurut Paracuelles, kenaikan suku bunga acuan akan sejalan dengan prioritas BI di bawah pimpinan Gubernur Perry Warjiyo, yaitu mengedepankan stabilitas. Inilah yang melatarbelakangi keputusan untuk mengadakan RDG tambahan. 

Pernyataan senada dikeluarkan oleh Katrina Ell, Ekonom Moody's Analytics. Menurut Ell, BI jangan sampai 'ketinggalan kereta' seperti kenaikan suku bunga sebelumnya. 

"Gubernur yang baru tentunya ingin membuktikan bahwa BI tidak terpinggirkan dalam hal kenaikan kedua pada bulan ini," ujar Ell.

Perry Warjiyo, Gubernur BI, memang menyebutkan bahwa prioritas BI dalam jangka pendek adalah stabilitas nilai tukar. Selain itu, dia juga menekankan BI jangan sampai tertinggal menyikapi hasil rapat The Fed.

"Fokus kami dalam jangka pendek adalah stabilitas nilai tukar rupiah. Ini langkah untuk FOMC (Federal Open Market Committee) meeting. We want to be ahead the curve,"tegas Perry dalam konferensi pers hari ini. 


Juniman, Ekonom Maybank Indonesia, menambahkan bahwa BI akan tetap merilis kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Jadi meski ada kenaikan suku bunga, tetapi kebijakan lainnya tetap akan akomodatif. 

"Kami memperkirakan BI akan merelaksasi kebijakan makroprudensial, misalnya di sektor perumahan dengan menaikkan uang muka. Kebijakan ini untuk menekan dampak negatif dari kenaikan suku bunga terhadap pertumbuhan ekonomi domestik," sebut Juniman. 

Joseph Incalcaterra, Ekonom HSBC, dalam risetnya menyebutkan kenaikan suku bunga acuan 50 bps tahun ini (bila terjadi) sebenarnya masih konsisten dengan sikap atau stance kebijakan moneter netral. Dia menilai BI belum menaikkan kadar stance kebijakan moneter ke bias ketat.  

Sebab, lanjut Incalcaterra, kenaikan 50 bps hanya menghilangkan dampak penurunan suku bunga pada semester II-2017 dengan besaran yang sama. Lagipula, penurunan suku bunga tahun lalu dampaknya tidak terlalu signifikan mengingat perekonomian secara keseluruhan bergerak lambat. 

"Kenaikan 25 bps pada 17 Mei lalu mungkin saja tidak terlalu berdampak. Namun dengan kenaikan lagi menjadi 50 bps, maka bisa membuat suku bunga kredit naik. Dampaknya adalah pertumbuhan kredit tahun ini mungkin hanya di kisaran 8%, sulit mencapai target BI yang 10-12%," sebut Incalcaterra. 

TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/wed) Next Article Konsensus Pasar: Suku Bunga Acuan Diramal Bertahan 4,25%

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular