Newsletter

Duka Bom Surabaya Bisa Bayangi Pasar

Hidayat Setiaji & Raditya Hanung & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
14 May 2018 05:54
Harga Minyak dan Inflasi Jadi Pendorong Wall Street
Foto: REUTERS/Brendan McDermid
Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir variatif pada perdagangan akhir pekan lalu. Dow Jones Industrial Average (DJIA) menguat 0,37%, S&P 500 naik 0,17%, tetapi Nasdaq terkoreksi tipis 0,03%. Sepanjang pekan lalu, DJIA menguat 2,3%, S&P 500 melonjak 2,4%, dan Nasdaq melambung 2,7%. 

Bahan bakar bagi penguatan Wall Street adalah perkasanya harga minyak mentah dunia, seiring keputusan AS untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran dan memulihkan sanksi bagi Negeri Persia. Sepanjang pekan lalu, harga minyak jenis light sweet naik 1,41%, sementara brent meroket sekitar 3%. 

Sebagai informasi, Iran mengekspor minyak sebanyak 450.000 barel/hari ke Eropa dan 1,8 juta barel/hari ke Asia. Dengan sanksi ekonomi, dunia akan kehilangan potensi tersebut dan berujung pada kenaikan harga sang emas hitam. 

Tidak hanya sampai situ, mundurnya Negeri Paman Sam dari kesepakatan nuklir yang dibuat pada 2015 tersebut ternyata berbuntut panjang. Tensi geopolitik di Timur Tengah kini mulai mengarah ke konflik bersenjata. Setelah pengumuman Trump, Israel (yang merupakan sekutu utama AS) menyerang pasukan Iran yang membantu pemerintah Suriah memerangi pemberontak dan ISIS. Negeri Zionis berdalih bahwa serangan tersebut diluncurkan sebagai balasan serangan misil kubu Suriah ke Dataran Tinggi Golan.   

Jika skala perang semakin meluas, maka harga minyak masih berpotensi semakin melambung. Pasalnya, produksi dan distribusi minyak dari Timur Tengah dipastikan akan semakin terganggu. 

Selain harga minyak, bursa saham New York pada pekan lalu juga terimbas sentimen positif dari meredanya kekhawatiran terhadap percepatan laju inflasi AS. Inflasi AS yang masih 'jinak' membuat pelaku pasar berekspektasi The Fed belum perlu menaikkan suku bunga acuan secara agresif.

Kenaikan tiga kali sepanjang 2018, seperti yang sudah diperhitungkan, sepertinya masih cukup relevan dan belum ada kebutuhan untuk menambah dosisnya menjadi empat kali. Persepsi ini membuat bursa saham melaju.  

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular