
Newsletter
Hati-hati, Dolar AS Sedang Seksi
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
02 May 2018 06:20

Untuk perdagangan hari ini, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari pelaku pasar. Dari dalam negeri, investor patut mencermati rilis data inflasi oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi secara bulanan (month-to-month/MtM) sebesar 0,14%, tahunan (year-on-year/YoY) 3,49%, dan inflasi inti tahunan 2,72%. Berdasarkan penelusuran tim riset CNBC Indonesia, kenaikan beberapa bahan pangan seperti daging ayam ras, telur ayam, minyak goreng, dan bawang merah dapat menjadi pendorong inflasi April.
Selain itu, risiko tekanan inflasi juga berasal dari nilai tukar. Sepanjang April, rupiah telah melemah 0,91% secara point-to-point. Seperti diketahui, pelemahan rupiah akan berdampak pada imported inflation, di mana harga produk-produk impor akan naik.
Namun sepertinya inflasi sampai dengan April masih jinak, masih berada di rentang sasaran 3,5% plus minus 1. Bila data inflasi sesuai dengan ekspektasi, maka akan menjadi sentimen positif yang menggerakkan IHSG ke zona hijau.
Di sisi lain, investor juga perlu memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah. Pada perdagangan Senin lalu, rupiah yang sempat menguat malah ditutup melemah 0,18%. Bila rupiah melemah, tentu akan menjadi sentimen negatif karena berinvestasi di aset berbasis mata uang ini menjadi kurang menarik.
Investor patut waspada karena dolar AS kini kembali garang. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, menguat sampai 0,67%.
Penguatan greenback terjadi sebagai respons menanti keputusan suku bunga acuan yang diumumkan dalam waktu dekat. Tanpa dukungan domestik seperti data inflasi yang ciamik dan intervensi dari Bank Indonesia, sepertinya rupiah berpotensi kembali melemah. Sebab, dolar AS sedang sangat seksi dan pesonanya sulit untuk tidak dilirik.
Harga minyak dunia juga pantas mendapat atensi, karena seringkali menjadi sentimen katalis pasar. Ketika harga minyak naik maka emiten migas dan pertambangan akan diapresiasi, begitu pula sebaliknya.
Saat ini harga minyak sedang menurun, bahkan sampai lebih dari 1%. Penyebabnya adalah penguatan dolar yang cukup signifikan. Harga minyak punya hubungan yang berbanding terbalik dengan pergerakan dolar AS.
Selain itu, penurunan harga minyak juga dipicu oleh kenaikan cadangan AS. American Petroleum Institute mencatat, stok minyak AS pekan lalu naik 3,4 juta barel menjadi 432,57 juta barel. Melimpahnya pasokan di AS tentu mempengaruhi harga minyak dunia karena posisi Negeri Paman Sam sebagai salah satu produsen dan eksportir emas hitam utama. (aji/aji)
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan inflasi secara bulanan (month-to-month/MtM) sebesar 0,14%, tahunan (year-on-year/YoY) 3,49%, dan inflasi inti tahunan 2,72%. Berdasarkan penelusuran tim riset CNBC Indonesia, kenaikan beberapa bahan pangan seperti daging ayam ras, telur ayam, minyak goreng, dan bawang merah dapat menjadi pendorong inflasi April.
Selain itu, risiko tekanan inflasi juga berasal dari nilai tukar. Sepanjang April, rupiah telah melemah 0,91% secara point-to-point. Seperti diketahui, pelemahan rupiah akan berdampak pada imported inflation, di mana harga produk-produk impor akan naik.
Namun sepertinya inflasi sampai dengan April masih jinak, masih berada di rentang sasaran 3,5% plus minus 1. Bila data inflasi sesuai dengan ekspektasi, maka akan menjadi sentimen positif yang menggerakkan IHSG ke zona hijau.
Di sisi lain, investor juga perlu memperhatikan pergerakan nilai tukar rupiah. Pada perdagangan Senin lalu, rupiah yang sempat menguat malah ditutup melemah 0,18%. Bila rupiah melemah, tentu akan menjadi sentimen negatif karena berinvestasi di aset berbasis mata uang ini menjadi kurang menarik.
Investor patut waspada karena dolar AS kini kembali garang. Dollar Index, yang mencerminkan posisi dolar AS terhadap enam mata uang utama, menguat sampai 0,67%.
Penguatan greenback terjadi sebagai respons menanti keputusan suku bunga acuan yang diumumkan dalam waktu dekat. Tanpa dukungan domestik seperti data inflasi yang ciamik dan intervensi dari Bank Indonesia, sepertinya rupiah berpotensi kembali melemah. Sebab, dolar AS sedang sangat seksi dan pesonanya sulit untuk tidak dilirik.
Harga minyak dunia juga pantas mendapat atensi, karena seringkali menjadi sentimen katalis pasar. Ketika harga minyak naik maka emiten migas dan pertambangan akan diapresiasi, begitu pula sebaliknya.
Saat ini harga minyak sedang menurun, bahkan sampai lebih dari 1%. Penyebabnya adalah penguatan dolar yang cukup signifikan. Harga minyak punya hubungan yang berbanding terbalik dengan pergerakan dolar AS.
Selain itu, penurunan harga minyak juga dipicu oleh kenaikan cadangan AS. American Petroleum Institute mencatat, stok minyak AS pekan lalu naik 3,4 juta barel menjadi 432,57 juta barel. Melimpahnya pasokan di AS tentu mempengaruhi harga minyak dunia karena posisi Negeri Paman Sam sebagai salah satu produsen dan eksportir emas hitam utama. (aji/aji)
Next Page
Simak Agenda dan Data Berikut Ini
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular