Newsletter

Perang Dagang dan Harga Minyak Hantui IHSG

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
03 April 2018 05:58
Cermati Sentimen Penggerak Pasar Berikut Ini
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Untuk perdagangan hari ini, koreksi di Wall Street akan menjadi risiko bagi IHSG. Biasanya virus koreksi dari Wall Street akan menulari bursa saham Asia, termasuk Indonesia. 

Sentimen negatif lainnya yang bisa memicu IHSG bergerak ke zona merah adalah isu perang dagang. Ketika perang dagang terjadi, apalagi melibatkan dua kekuatan ekonomi terbesar di muka bumi, maka rantai pasok global (global supply chain) akan rusak.  

Permintaan bahan baku dan barang modal di AS maupun China akan berkurang karena penjualan industri turun akibat saling hambat perdagangan. Seluruh dunia akan menjadi korban. 

Sentimen perang dagang ini bisa membawa investor asing semakin meninggalkan bursa saham Indonesia. Sampai kemarin, nilai jual bersih investor asing sejak awal tahun sudah mencapai Rp 23,74 triliun. 

Apalagi investor asing tengah menantikan rilis data ketenagakerjaan AS yang akan keluar akhir pekan ini. Sambil mengamankan posisi, investor memilih aset-aset minim risiko seperti obligasi pemerintah AS, emas, atau yen Jepang.   

Harga komoditas juga bisa menjadi pemberat IHSG. Harga minyak anjlok lumayan dalam karena peningkatan produksi di Rusia.

Pada Maret, produksi minyak Negeri Beruang Merah tercatat 10,97 barel/hari. Naik 0,18% dibandingkan bulan sebelumnya. 

Kenaikan harga minyak yang terjadi sebelumnya memang kurang stabil, karena masih ada produksi yang melimpah di beberapa negara. Selain Rusia, produksi emas hitam di AS juga terus meningkat. Pekan lalu, stok minyak Negeri Paman Sam bertambah 1,6 juta barel dan produksinya menembus rekor baru yaitu mencapai 10,43 barel/hari.

Koreksi harga minyak yang cukup dalam bisa berimbas ke saham-saham emiten migas dan pertambangan. Apalagi sejak awal tahun sektor ini masih mencatatkan penguatan 16,7%. Dikhawatirkan penurunan harga minyak akan menjadi alasan investor untuk mencairkan keuntungannya sekarang. 

Sementara sentimen yang bisa mendorong penguatan IHSG lebih lanjut adalah perkembangan nilai tukar dolar AS. Greenback sepertinya masih melanjutkan depresiasi, merespons penerapan bea masuk kepada 128 produk AS oleh China. Ekspor AS ke China tentu akan terganggu, sementara Negeri Tirai Bambu adalah pasar ketiga terbesar untuk Negeri Adidaya. 

Pelemahan dolar AS bisa dimanfaatkan rupiah untuk mencetak apresiasi. Penguatan rupiah bisa menjadi angin segar buat IHSG. 

Sejumlah emiten juga dijadwalkan merilis pelaporan seperti MPPA dan NISP. Kabar baik dari laporan tersebut bisa menjadi pendorong penguatan IHSG. 

Kemudian, sejak awal tahun IHSG mencatat penurunan 1,81%. Ini membuat harga aset menjadi lebih terjangkau dan siap diborong. Aksi borong tentu menjadi suntikan tenaga untuk IHSG. 

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular