Newsletter

Menanti Reaksi Buat Perry

Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 March 2018 06:16
Simak Sentimen Penggerak Pasar Berikut Ini
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Untuk perdagangan hari ini, hal-hal yang bisa menjadi faktor risiko bagi IHSG adalah koreksi di Wall Street. Biasanya ketika Wall Street membukukan koreksi, bursa saham Asia merespons negatif dan bisa menular sampai ke Indonesia.

Kedua, ada pembacaan negatif terhadap terpilihnya Perry Warjiyo sebagai Gubernur BI pengganti Agus DW Martowardojo. Sepertinya pasar cemas sikap (stance) Perry yang dovish dan cenderung pro growth membuat laba perbankan tergerus.

"Suku bunga kebijakan kami sudah 4,25%. (Bunga) Kredit masih di atas 10%, masih 11,2%, jadi ada margin 5-6%. Ini terlalu tinggi untuk Indonesia dan kawasan.

"Kita bedah masing-masing komponennya dan koordinasikan dengan OJK menurunkan spread ini bisa single digit. Bagaimana mendorong efisiensi karena overhead cost, fee based income, bisa ditekan agar suku bunga kredit bisa turun cepat," papar Perry saat menjalani uji kepatutan dan kelayakan di Komisi XI DPR.

Meski demikian, sepertinya langkah Perry untuk menurunkan suku bunga kredit tetap harus dilakukan secara bertahap. Jika ada kebijakan yang bersifat besar dan cepat, maka dikhawatirkan bisa menimbulkan guncangan (shock) di industri perbankan. Ini tentu justru kontraproduktif.

Layak disimak bagaimana reaksi pasar hari ini terhadap terpilihnya Perry. Apakah hukuman atau imbalan, kita tunggu.

Ketiga, jelang libur panjang Jumat Agung dikhawatirkan perdagangan berjalan kurang semarak. Terkadang investor justru memilih mencairkan keuntungan jelang long weekend. Ini pun bisa menjadi risiko bagi IHSG.

Keempat, meski sering terkoreksi tetapi valuasi IHSG masih relatif mahal dibandingkan bursa saham kawasan. Price to Earnings Ratio (P/E) IHSG saat ini adalah 17,31 kali.

Sementara Straits Times punya P/E 11,42 kali,KLCI 16,77 kali, SETi 16,89 kali, Nikkei 225 15,17 kali, Hang Seng 12,27 kali, SSEC 13,97 kali, dan Kospi 12,1 kali. Tingginya valuasi IHSG membuka peluang koreksi lebih lanjut.

Kelima adalah perkembangan nilai tukar dolar AS. Greenback mendapat momentum penguatan jelang akhir kuartal, seiring tingginya kebutuhan korporasi terhadap mata uang ini. Penguatan dolar bisa berimbas ke pelemahan rupiah dan itu bukan kabar baik bagi IHSG.

Sementara hal-hal yang bisa menjadi sentimen positif dan membuat IHSG berbalik ke zona hijau, pertama adalah harga komoditas. Harga minyak berpotensi mengalami kenaikan seiring kabar pembatasan produksi yang terus dipertahankan oleh Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC).

Mengutip Reuters, lima orang sumber di lingkaran dalam OPEC menyebutkan bahwa mereka tidak akan menghentikan program pembatasan produksi meski harga si emas hitam sempat naik ke kisaran US$ 71/barel. Program ini kemungkinan besar terus berlanjut sampai akhir 2018.

Kabar ini bisa menjadi sentimen pendorong harga minyak. Ketika harga minyak naik, ada harapan emiten migas dan pertambangan mendapat apresiasi.

Kedua, IHSG yang melemah cukup signifikan pada perdagangan kemarin membuka ruang untuk aksi borong hari ini. Harga aset yang sudah terkoreksi bisa menjadi pemanis (sweetener) bagi investor untuk 'berbelanja' saham.

Ketiga, sejumlah emiten juga menggelar agenda korporasi hari ini seperti NIKL, BTPN, SILO, SDRA, sampai ISAT. Bila ada kabar baik dari sana, maka bisa menjadi energi positif bagi IHSG. (aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular