
Newsletter
Menanti Reaksi Buat Perry
Hidayat Setiaji & Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
29 March 2018 06:16

Dari Wall Street, tiga indeks utama masih berakhir di zona merah pada perdagangan hari ini meski lebih tipis dibandingkan kemarin. Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,04%, S&P 500 turun 0,29%, dan Nasdaq berkurang 0,85%.
Faktor domestik lagi-lagi menjadi penyebab koreksi di Wall Street. Pertama, pemerintah AS ingin mengurangi dominasi Amazon di bisnis penjualan ritel. Menyusul kabar ini, saham Amazon anjlok 4,38%.
Situs berita Axios melaporkan, Presiden Trump ingin agar seluruh pemain mendapatkan kesempatan yang sama dan tidak ada yang mendominasi. Trump disebut khawatir karena banyak pemain di sektor ritel yang terpaksa gulung tikar akibat Amazon yang terlalu kuat.
"Presiden selalu mengatakan bahwa beliau ingin menciptakan kesetaraan bagi seluruh pelaku usaha. Namun untuk saat ini belum ada kebijakan spesifik," tutur Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih.
Isu kedua adalah penurunan peringkat (rating downgrade) kepada Tesla. Perusahaan otomotif yang digawangi Elon Musk ini juga dikabarkan tengah dalam penyelidikan pihak berwenang terkait sebuah kecelakaan fatal di California.
Saham Tesla rontok dengan koreksi mencapai 7,7%. Ini melanjutkan tren koreksi saham Tesla yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Ketiga, rilis data ekonomi terbaru juga membawa kabar kurang sedap buat pasar saham Negeri Paman Sam. Pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV-2017 (pembacaan terakhir) tercatat sebesar 2,9% year on year (YoY), naik dari pembacaan sebelumnya yaitu 2,5% YoY. Pencapaian tersebut melampaui konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 2,7% YoY.
Faktor domestik lagi-lagi menjadi penyebab koreksi di Wall Street. Pertama, pemerintah AS ingin mengurangi dominasi Amazon di bisnis penjualan ritel. Menyusul kabar ini, saham Amazon anjlok 4,38%.
Situs berita Axios melaporkan, Presiden Trump ingin agar seluruh pemain mendapatkan kesempatan yang sama dan tidak ada yang mendominasi. Trump disebut khawatir karena banyak pemain di sektor ritel yang terpaksa gulung tikar akibat Amazon yang terlalu kuat.
"Presiden selalu mengatakan bahwa beliau ingin menciptakan kesetaraan bagi seluruh pelaku usaha. Namun untuk saat ini belum ada kebijakan spesifik," tutur Sarah Sanders, Juru Bicara Gedung Putih.
Isu kedua adalah penurunan peringkat (rating downgrade) kepada Tesla. Perusahaan otomotif yang digawangi Elon Musk ini juga dikabarkan tengah dalam penyelidikan pihak berwenang terkait sebuah kecelakaan fatal di California.
Saham Tesla rontok dengan koreksi mencapai 7,7%. Ini melanjutkan tren koreksi saham Tesla yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Ketiga, rilis data ekonomi terbaru juga membawa kabar kurang sedap buat pasar saham Negeri Paman Sam. Pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV-2017 (pembacaan terakhir) tercatat sebesar 2,9% year on year (YoY), naik dari pembacaan sebelumnya yaitu 2,5% YoY. Pencapaian tersebut melampaui konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 2,7% YoY.
Secara tahunan, AS membukukan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,3% YoY pada 2017. Lebih cepat dari capaian 2016 sebesar 1,5% YoY.
Pertumbuhan ekonomi AS disokong oleh pertumbuhan konsumsi (berkontribusi lebih 2/3 dari ekonomi AS) yang direvisi menjadi 4% YoY, dari pembacaan sebelumnya sebesar 3,8% YoY. Capaian tersebut merupakan laju tercepat sejak tahun 2014.
Data ini seakan memberi alarm bahwa The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan dengan lebih agresif. Artinya, kartu kenaikan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018 kembali muncul di atas meja.
Sinyal pengetatan moneter ekstra ini masih samar-samar sehingga pelaku pasar belum terlalu memperhatikannya. Namun bila sinyal itu makin kuat, maka kegugupan investor akan meningkat dan bisa berujung pada koreksi yang lebih dalam di Wall Street dan bursa saham dunia.
(aji/aji)
Pertumbuhan ekonomi AS disokong oleh pertumbuhan konsumsi (berkontribusi lebih 2/3 dari ekonomi AS) yang direvisi menjadi 4% YoY, dari pembacaan sebelumnya sebesar 3,8% YoY. Capaian tersebut merupakan laju tercepat sejak tahun 2014.
Data ini seakan memberi alarm bahwa The Federal Reserve/The Fed menaikkan suku bunga acuan dengan lebih agresif. Artinya, kartu kenaikan suku bunga acuan empat kali sepanjang 2018 kembali muncul di atas meja.
Sinyal pengetatan moneter ekstra ini masih samar-samar sehingga pelaku pasar belum terlalu memperhatikannya. Namun bila sinyal itu makin kuat, maka kegugupan investor akan meningkat dan bisa berujung pada koreksi yang lebih dalam di Wall Street dan bursa saham dunia.
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular