Dari Wall Street, tiga indeks utama berakhir di teritori positif. Dow Jones Industrial Average naik 0,47%, S&P 500 menguat 0,15%, dan Nasdaq bertambah 0,27%.
Naiknya harga minyak dunia memberikan energi positif bagi Wall Street. Harga minyak jenis light sweet dan brent naik lebih dari 2%.
Penguatan harga minyak disokong oleh naiknya tensi di Timur Tengah. Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah bertemu untuk membahas pemberian sanksi kepada Iran terkait proyek nuklir. Perkembangan ini bisa meningkatkan tensi di Timur Tengah.
Selain itu, kekhawatiran kejatuhan produksi minyak mentah di Venezuela juga membuat harga si emas hitam terkerek ke atas. Pekan lalu, International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa Venezuela jelas sangat rentan terhadap penurunan produksi minyak yang drastis, dan berpotensi mengakibatkan defisit pasar minyak global. Krisis ekonomi yang terjadi di Venezuela menyebabkan pemotongan produksi minyak hingga hampir separuh menjadi 2 juta barel/hari sejak awal 2005.
Namun, laju penguatan Wall Street tertahan oleh saham-saham teknologi yang masih mengalami tekanan jual. Penyebabnya adalah kebocoran data Facebook yang digunakan oleh tim kampanye pemenangan Donald Trump pada pemilihan presiden AS 2016 silam.
Selain itu, sikap waspada investor jelang pertemuan The Fed juga membuat penguatan Wall Street relatif terbatas. Investor cenderung mengamankan posisi dengan memburu dolar AS, sehingga mata uang ini bergerak menguat.
Pasar memperkirakan akan ada tiga kali kenaikan suku bunga acuan di AS selama 2018. Namun sebagian analis masih memasukkan empat kali kenaikan sebagai salah satu kemungkinan.
Bila sampai ada petunjuk akan ada lebih dari tiga kali kenaikan The Federal Funds Rate, maka akan menjadi kabar yang kurang sedap bagi pasar saham. Namun menjadi kabar gembira bagi dolar AS. Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah hal yang bisa membuat IHSG berbalik arah ke zona hijau. Pertama adalah perkembangan di Wall Street. Hijaunya Wall Street bisa menjadi bensin yang mendorong penguatan bursa Asia, termasuk Indonesia.
Kedua, IHSG yang sudah terkoreksi enam hari beruntun juga membuat harga aset menjadi lebih rendah. Kini IHSG sudah minus 1,76% sejak awal tahun, yang bisa dimanfaatkan investor untuk melakukan aksi borong.
Ketiga, harga komoditas juga bisa menjadi sentimen positif buat IHSG. Kenaikan harga minyak diharapkan masih berlanjut pada sesi perdagangan bursa domestik, sehingga menjadi pendorong kenaikan saham-saham emiten migas dan pertambangan.
Keempat, masih ada emiten yang akan melaporkan kinerjanya. Bila laporan keuangan emiten cukup soid, maka akan menjadi energi penguatan untuk IHSG.
Namun, ada pula beberapa risiko yang bisa membuat IHSG masih terjebak di zona merah. Pertama adalah sikap investor, terutama asing, yang masih
wait and see menantikan pertemuan The Fed.
Investor sedang tidak ingin bermain dengan aset-aset berisiko, sehingga kontribusinya sulit diharapkan untuk memperkuat IHSG. Semua mata dan telinga tengah terfokus ke The Fed.
Tidak hanya The Fed, beberapa bank sentral lain juga akan melakukan pertemuan pada pekan ini yaitu Bank of England (BoE) dan Bank Indonesia (BI). Pelaku pasar sepertinya semakin konservatif, karena ingin melihat arah kebijakan para bank sentral ini sebelum mengambil langkah selanjutnya.
Kedua, investor (utamanya asing) sedang memburu dolar AS untuk mengamankan posisi jelang pertemuan The Fed. Ini akan membuat
greenback terapresiasi dan mata uang lainnya, termasuk rupiah, berpotensi melemah. Pelemahan rupiah bukan kabar baik untuk IHSG.
Ketiga, meski IHSG telah terkoreksi selama enam hari, tetapi masih tetap ada risiko ambil untung. Valuasi IHSG masih relatif mahal dibandingkan bursa kawasan.
Price to earnings (P/E) saat ini mencapai 17,65 kali sementara Straits Times hanya 11,59 kali, KLCI 16,76 kali, SETi 17,02 kali, Nikkei 225 15,43 kali, Hang Seng 13,34%, dan Kospi 12,1 kali.
Selain itu, meski IHSG secara umum sudah minus 1,76% sejak awal tahun tetapi masih ada beberapa indeks sektoral yang positif. Misalnya pertambangan (+14,41%), keuangan (+2,29%), properti (+1,75%), agrikultur (+0,58%), dan industri dasar (+6,53%). Koreksi terhadap saham-saham di sektor ini masih mungkin terjadi. Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BRPT (10.00 WIB).
- RUPS Tahunan BMRI (14.00 WIB).
- RUPS Tahunan SULI (14.00 WIB).
- Rapat Dewan Gubernur BI hari pertama.
- Menko Perekonomian Darmin Nasution dan sejumlah menteri Kabinet Kerja mengadakan rapat koordinasi membahas pangan (16.00 WIB).
- Rilis data indeks pendapatan Inggris untuk rata-rata tiga bulan terakhir (16.30).
- Rilis data neraca berjalan AS kuartal-IV 2017 (19.30).
- Rilis data cadangan minyak AS dalam sepekan hingga 16 Maret 2018 (21.30).
Berikut perkembangan sejumlah bursa saham utama:
Indeks | Close | % Change | % YTD |
IHSG | 6,243.58 | (0.73) | (1.76) |
LQ45 | 1,027.22 | (0.86) | (4.83) |
DJIA | 24,727.27 | 0.47 | 0.03 |
CSI300 | 4,077.41 | 0.08 | 1.16 |
Hang Seng | 31,549.93 | 0.11 | 5.45 |
NIKKEI | 21,380.97 | (0.47) | (6.08) |
Strait Times | 3,513.31 | 0.43 | 3.24 |
Berikut perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang:
Mata Uang | Close | % Change | % YoY |
USD/IDR | 13,761.00 | (0.03) | 3.21 |
EUR/USD | 1.22 | (0.71) | 13.30 |
GBP/USD | 1.40 | (0.15) | 12.23 |
USD/CHF | 0.95 | 0.54 | (3.78) |
USD/CAD | 1.31 | (0.01) | (2.06) |
USD/JPY | 106.52 | 0.41 | (4.65) |
AUD/USD | 0.77 | (0.41) | (0.03) |
Berikut perkembangan harga sejumlah komoditas:
Komoditas | Close | % Change | % YoY |
Minyak WTI (USD/barel) | 63.85 | 2.69 | 34.89 |
Minyak Brent (USD/barel) | 67.62 | 2.35 | 32.70 |
Emas (USD/troy ons) | 1,313.60 | (0.38) | 5.57 |
CPO (MYR/ton) | 2,450.00 | 0.70 | (17.45) |
Batu bara (USD/ton) | 91.48 | 1.12 | 13.57 |
Tembaga (USD/pound) | 3.03 | (1.47) | 15.94 |
Nikel (USD/ton) | 13,569.00 | 0.00 | 34.39 |
Timah (USD/ton) | 20,775.00 | (1.07) | 1.84 |
Karet (JPY/kg) | 188.70 | 4.31 | (34.25) |
Kakao (USD/ton) | 2,460.00 | (2.46) | 15.13 |
Berikut perkembangan imbal hasil (
yield) Surat Berharga Negara:
Tenor | Yield (%) |
5Y | 6.00 |
10Y | 6.72 |
15Y | 6.96 |
20Y | 7.32 |
30Y | 7.47 |
Berikut sejumah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Kurs (20 Maret 2018) | Rp 13.761/US$ |
Pertumbuhan ekonomi (2017 YoY) | 5,07% |
Inflasi (Februari 2018 YoY) | 3,18% |
Defisit anggaran (APBN 2018) | -2,19% PDB |
Transaksi berjalan (2017) | -1,7% PDB |
Neraca pembayaran (2017) | US$ 11,6 miliar |
Cadangan devisa (Februari 2017) | US$ 128,06 miliar |