
Newsletter
Koreksi Harga Komoditas dan Profit Taking Jadi Risiko
Anthony Kevin & Raditya Hanung, CNBC Indonesia
13 March 2018 06:04

Untuk perdagangan hari ini, terdapat sejumlah faktor yang bisa membuat IHSG melanjutkan penguatan. Pertama adalah perkembangan di AS, di mana kekhawatiran The Fed akan agresif dalam menaikkan suku bunga sudah berkurang.
Investor sepertinya akan dalam posisi berani mengambil risiko (risk-on) karena kecemasan mereka menurun. Ini akan menguntungkan IHSG karena ada harapan investor asing kembali masuk dan mendorong penguatan Indeks.
Kedua adalah kebijakan pemerintah menentukan harga jual batu bara domestik, yang sempat menjadi sentimen negatif, sepertinya sudah dikalkulasi oleh pasar (priced in). Kemarin, saham-saham pertambangan sudah menguat, seperti ADRO (+2,3%), PTBA (+3,81%), HRUM (+3,65%), dan BUMI (+0,68%).
Perkembangan dolar AS juga bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Greenback masih melanjutkan tren depresiasi yang terjadi sejak akhir pekan lalu, seiring rilis data ketenagakerjaan yang mungkin membuat The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali.
Minat investor untuk memburu aset berisiko juga semakin memperlemah dolar AS. Kini dolar AS kembali dalam posisi defensif sambil menantikan rilis data inflasi hari ini dan keputusan suku bunga acuan yang berlangsung pada 21 Maret waktu setempat.
Namun, tetap ada risiko yang bisa menyeret IHSG ke zona merah. Pertama adalah harga minyak, yang penurunannya semakin dalam. Tidak hanya minyak, harga batu bara, tembaga, dan timah pun ikut merosot.
Koreksi harga minyak disebabkan oleh tingginya produksi minyak AS, bahkan mengalahkan Arab Saudi. Selain itu, penurunan harga si emas hitam juga disebabkan oleh tertundanya rencana penawaran saham perdana (IPO) Saudi Aramco sampai 2019.
Penurunan harga komoditas akan berdampak pada kinerja emiten migas dan pertambangan. Sektor ini kerap kali menjadi penyokong IHSG.
Risiko ambil untung atau profit taking juga masih ada. Sejak awal tahun, IHSG masih menyimpan penguatan 2,28%. Masih ada sisa keuntungan yang bisa direalisasikan kapan saja. (aji/aji)
Investor sepertinya akan dalam posisi berani mengambil risiko (risk-on) karena kecemasan mereka menurun. Ini akan menguntungkan IHSG karena ada harapan investor asing kembali masuk dan mendorong penguatan Indeks.
Kedua adalah kebijakan pemerintah menentukan harga jual batu bara domestik, yang sempat menjadi sentimen negatif, sepertinya sudah dikalkulasi oleh pasar (priced in). Kemarin, saham-saham pertambangan sudah menguat, seperti ADRO (+2,3%), PTBA (+3,81%), HRUM (+3,65%), dan BUMI (+0,68%).
Perkembangan dolar AS juga bisa menjadi sentimen positif bagi IHSG. Greenback masih melanjutkan tren depresiasi yang terjadi sejak akhir pekan lalu, seiring rilis data ketenagakerjaan yang mungkin membuat The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan sampai empat kali.
Minat investor untuk memburu aset berisiko juga semakin memperlemah dolar AS. Kini dolar AS kembali dalam posisi defensif sambil menantikan rilis data inflasi hari ini dan keputusan suku bunga acuan yang berlangsung pada 21 Maret waktu setempat.
Namun, tetap ada risiko yang bisa menyeret IHSG ke zona merah. Pertama adalah harga minyak, yang penurunannya semakin dalam. Tidak hanya minyak, harga batu bara, tembaga, dan timah pun ikut merosot.
Koreksi harga minyak disebabkan oleh tingginya produksi minyak AS, bahkan mengalahkan Arab Saudi. Selain itu, penurunan harga si emas hitam juga disebabkan oleh tertundanya rencana penawaran saham perdana (IPO) Saudi Aramco sampai 2019.
Penurunan harga komoditas akan berdampak pada kinerja emiten migas dan pertambangan. Sektor ini kerap kali menjadi penyokong IHSG.
Risiko ambil untung atau profit taking juga masih ada. Sejak awal tahun, IHSG masih menyimpan penguatan 2,28%. Masih ada sisa keuntungan yang bisa direalisasikan kapan saja. (aji/aji)
Next Page
Cermati Peristiwa dan Data Berikut
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular