Erick Thohir Bicara PMN Rp106 Triliun Hingga Rencana IPO BUMN

Monica Wareza, CNBC Indonesia
31 July 2021 07:00
Erick Tohir dalam acara CNBC Indonesia Eksklusif. (Tangkapan layar CNBC IndonesiaTV)
Foto: Erick Thohir (Tangkapan layar CNBC IndonesiaTV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 tak ayal turut berdampak kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal itu tergambar dalam berbagai sisi, salah satunya adalah kinerja keuangan perseroan.

Kendati demikian, BUMN juga memiliki peranan besar dalam penanganan pandemi Covid-19. Jutaan vaksin yang dibuat PT Bio Farma (Persero) hanya satu dari sekian banyak bukti konkret dari peran perusahaan pelat merah.

Dalam program Power Lunch CNBC Indonesia pada, Jumat (30/7/2021), Menteri BUMN Erick Thohir memaparkan dampak pandemi Covid-19 terhadap BUMN. Tidak hanya itu, Erick juga bicara perihal penyertaan modal negara (PMN), transformasi BUMN hingga rencana IPO ke depan.

Simak petikan wawancara Erick selengkapnya:

Bisa diceritakan kinerja BUMN tahun ini dan rencana PMN untuk BUMN tahun ini dan tahun depan?
Jadi kalau kita lihat dari data-data kan persepsinya kadang-kadang PMN itu tidak baik. Tapi kalau kita lihat data-data 10 tahun terakhir, BUMN berkontribusi kepada negara itu Rp 3.295 triliun. Di mana Rp 1.800 triliun lebih itu berupa pajak, PNBP Rp 1.000 triliun lebih, ditambah dividen Rp 388 triliun. Jadi kalau kita lihat kuenya dibandingkan PMN itu sangat kecil, hanya 4% dibandingkan kontribusinya.

Kita saat ini memang dengan kondisi Covid-19, sama seperti perusahaan-perusahaan swasta, 90% terdampak ya. Kalau kita lihat dari data saya ini hanya empat perusahaan BUMN yang stabil daripada tadi, stabil bahkan menuju baik, yaitu telekomunikasi, healthcare, plantation, food and agriculture. Mayoritas ya pasti terkena juga.

Tapi tentu dengan efisiensi yang kita lakukan kalau dilihat laporan keuangan sekarang PT PLN (Persero), PT Pertamina (Persero), Himbara, Telkom, itu sangat bagus hasilnya. Bayangkan saja seperti PLN yang namanya capex-nya [capital expenditure/belanja modal] itu kita akan sampai 24%, yaitu penghematan ada Rp 24 triliun, ya buku PLN lebih baik sekarang. Pertamina dengan efisiensi subholding yang kita lakukan, sekarang Pertamina kilang juga sudah mulai profit juga yang tadinya itu cost center.

Efisiensi pada saat Covid-19 ini menjadi kunci karena itu kita mentransformasi, menggabungkan, merestrukturisasi. Ini saat yang tepat tetapi tentu dengan apa, hold tetap pengembangan akan terjadi, pembukaan lapangan kerja akan tetap terjadi.

Apa saja kontribusi BUMN dalam penanganan Covid-19?
Kita harus lihat kalau PLN itu kemarin kan membagi yang support kepada listrik gratis, ada juga sekarang sudah perbaikan diskon listrik. Belum lagi di PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) kita memberikan yang tadi yang namanya pulsa gratis dan mendukung pada program dari pada Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Pendidikan Tinggi.

Dan juga tidak kalah pentingnya bagaimana kita kemarin merestrukturisasi secara besar-besaran yang namanya korporasi dan UMKM yang nilainya hampir Rp 470 triliun. Karena kita tahu ya terlepas dari pemerintah, terlepas dari BUMN, ingat roda perputaran ekonomi kita kan ada dua yang terpenting selain yang namanya UMKM yang menjadi tulang punggung dan basisnya besar tetapi juga swasta. Nah, kita lakukan itu.

Belum lagi penugasan di KUR [Kredit Usaha Rakyat]. KUR ini sekarang tahun ini Rp 253 triliun, kalau tidak salah angkanya 92% ya itu dari bank-bank Himbara.

Nah, hal-hal ini yang kita lihat kenapa tadi bagaimana kita memastikan tadi secara bisnis dunia usaha sebagai ekosistem tetap bisa kita dukung secara dengan baik dan kita coba menekan tadi pengurangan pegawai. Nah memang tidak mudah tapi ya kembali kita kan sebagai backbone, lokomotif daripada ekonomi dan juga tadi public service obligation kita support ini.

Seperti apa tantangan dalam mendorong peran BUMN menghadapi pandemi?
Kembali kan selalu dikaitkan dengan CSR [Corporate Social Responsibility]. Nah, CSR kita yang tadinya berbagai macam, sekarang fokus di tiga hal, yaitu kesehatan, pendidikan, kehijauan. Jadi membantu lingkungan, karena ini yang menjadi pokok terpenting juga kita harus refocusing di sini.

Nah program-program yang kita sudah lakukan ya kita kemarin di awal-awal membantu pembangunan Wisma Atlet bersama Menteri PUPR. Kemarin ketika jumlah [permintaan] tempat tidur juga meningkat sangat tinggi ya kita coba membangun rumah sakit modular. Dan kemarin asrama haji yang ada di Jakarta, nanti juga di Lampung dan beberapa tempat lain yang kita coba support.

Selain tentu yang tidak kalah pentingnya bagaimana kita juga mendukung program pemerintah membagi yang namanya obat gratis dia melalui TNI dan juga Puskesmas.

Nah, memang kita terus berupaya juga memastikan bahwa tadi keberadaan obat tetap ada di apotek-apotek. Nah karena itu kita tingkatkan kapasitas produksi kami. Tapi sebagai catatan juga kita sangat penting peran swasta untuk mendukung ini, karena yang namanya membuat obat seperti oseltamivir, favipiravir itu tidak kita saja, swasta juga lakukan.

Dan tentu sebagai hal yang penting juga catatan, ya janganlah pada saat rakyat susah ini ya penimbun-penimbun obat ini yang tidak punya akhlak. Saya harapkan juga mereka harus menjadi bagi kesatuan ya karena ini benar-benar rakyat sedang susah, kita harus juga support mereka supaya kembali ekonomi kita bisa bergerak, tentu kesehatan kita kita jaga.



Bagaimana meningkatkan peran BUMN dalam penanganan Covid-19?
Tentu tidak bisa sendiri, kita harus harus kerja sama juga. Dukungan swasta, dari masyarakat ,dari rakyat Indonesia, bergotong-royong dalam situasi seperti ini. Dan kita punya kekuatan yang baik. Indonesia punya market, punya sumber daya alam yang kuat, ini menjadi fundamental untuk pemulihan ke depan.

Tentu dari kami sekarang yang sedang kami coba prioritaskan sesuai dengan arahan dari BPOM [Badan Pengawas Obat dan Makanan], Kemenkes [Kementerian Kesehatan], BRIN [Badan Riset dan Inovasi Nasional] juga ya bagaimana kita mencoba membuka peluang membuat vaksin Merah Putih, yang selama ini impor yang kita harapkan tahun depan kita sudah buat vaksin sendiri.

Kebetulan PT Bio Farma (Persero) ini memang perusahaan dari zaman Belanda yang umurnya sudah ratusan tahun, salah satu expert-nya produksi vaksin ke seluruh dunia, tidak hanya di Indonesia. Seperti vaksin polio, meningitis, dan lain-lainnya. Memang untuk vaksin daripada Covid-19 ini kita harus kembali belajar lagi dan tingkatkan. Nah ini yang kita sedang fokuskan Vaksin Merah Putih yang memang kerja sama daripada BUMN dengan universitas-universitas di dalam negeri dan juga lembaga tentu penelitian.

Tetapi tidak di situ aja, kami coba juga membuka kerja sama dengan pihak lain salah satunya dengan tadi Baylor University. Ya kita coba melihat kemarin ini sudah didaftarkan di WHO ya, yang kita namakan vaksin BUMN. Kerja sama Bio Farma dengan Baylor University.

Vaksin Merah Putih kita kerja sama dengan UI [Universitas Indonesia], Unpad [Universitas Padjadjaran] dan lain-lain. Tetapi yang dengan Baylor University juga kita akan sinergikan dengan universitas yang ada di Indonesia untuk uji klinisnya. Supaya ini sama-sama kita upgrading daripada knowledge kita di sini R&D [research and development] dan produksi vaksin ke depan.

Kapan kedua vaksin ini bisa diluncurkan?
Kita usaha ya, mudah-mudahan di pertengahan tahun depan, bulan Mei-Juni ya mudah-mudahan kita bisa mulai. Karena Bio Farma sendiri kan sudah juga mempunyai line of production yang baru yang tadinya hanya satu miliar sekarang kita punya tambahan tadi 500 juta produksi yang baru, 250 juta sudah produksi sekarang. Salah satunya kita meng-convert yang tadinya bahan baku Sinovac itu menjadi vaksin, yang 250 juta masih tentu proses perizinan dari BPOM. Nah, yang ini fasilitas ini yang kita bisa untuk Vaksin Merah Putih ke depan.

Apa tujuan transformasi BUMN yang sudah dilakukan selama ini?
Kalau kita lihat kan yang namanya kita supply chain yang menjadi salah satu kelemahan kita. Bagaimana tadi disampaikan ya bahwa produksi obat kita sudah mulai bisa, tetapi bahan-bahannya masih impor.

Ini bahan baku obat yang salah satu ke depan kita sedang pelajari bisa nggak, yang tadi 90%, paling tidak 50% buatan Indonesia kita coba lakukan itu tentu dengan salah satunya Pertamina membangun petrochemical yang turunannya nanti jadi bahan baku pada Paracetamol. Nah ini salah satunya kita. Paracetamol itu sudah produksi sendiri tetapi bahan bakunya belum. Ini kita coba link and match kita lakukan.

Lalu juga bagaimana kita membuat tadi terobosan sesuai dengan program daripada Presiden waktu itu hilirisasi industri ya. Nah, di situ salah satunya bagaimana nikel yang kemarin banyak dikirim ke luar negeri secara raw material, sekarang kita BUMN membentuk IBC [Indonesia Battery Corporation], konsorsium yaitu PLN, Pertamina, MIND ID [Mining Industry Indonesia] ya bersama-sama dengan LG dan CATL untuk produksi baterai daripada listrik sendiri di sini.

Tidak hanya di situ ada recycle-nya soalnya ini penting karena jangan sampai hanya produksi tapi tidak ada recycle-nya. Kenapa ya kita penting menjaga tadi ecolife ke depan ya, bahwa penting generasi muda kita atau generasi penerus kita juga tadi bisa hidup lebih baik atau ada peningkatan kehidupan yang sangat bagus di Indonesia ini dengan tadi yang namanya green energy, green electricity, dan lain-lainnya.

Seberapa urgen penyaluran PMN untuk BUMN di tahun depan?
Memang, tadi saya sudah sampaikan, Rp 3.295 triliun kontribusi BUMN kepada negara. Nah, sekarang memang pada saat ini tetapi ini PMN diperlukan, tetapi ini dalam bukan proyek-proyek baru tetapi proyek-proyek ini untuk pascacovid sangat penting. Kenapa? Catatan saja, biaya logistik di Indonesia itu 24%, rata-rata dunia 13%. Jadi kita masih lebih mahal 11%. Salah satunya di mana, ya tadi pembangunan infrastruktur. Infrastruktur apa yang diperlukan, ya tadi yang disampaikan apakah yang namanya pembangunan daripada tol supaya ini bisa transportasi barang bisa dipercepat, itu salah satunya.

Tetapi juga PMN ini juga banyak program-program yang sangat penting. Contoh PLN, kenapa ada PMN? Kalau kita-kita yang di kota mendapatkan listrik, masa yang di desa tidak boleh. Di situ juga Perum Perumnas, perumahan rakyat di mana sekarang generasi muda membeli rumah itu sangat mahal. Nah, perumahan rakyat ini perlu dilakukan terus-menerus karena kenapa, kemauan, minat atau demand sangat tinggi tetapi supply sangat kecil.

Karena itu kemarin yang namanya BTN [PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) pun kita kuatkan menjadi mortgage bank. Bersama juga penguatan BTN agar tadi program 1 juta rumah murah, rumah rakyat ini tetap bisa terlaksana. Kembali ini buat tadi masyarakat kita yang memerlukan. Jadi PMN ke situ.

Ada juga PMN yang restrukturisasi, seperti Jiwasraya [PT Asuransi Jiwasraya (Persero)]. Tentu ini sudah situasi yang tahun 2006, tahun-tahun sebelumnya nggak bisa diselesaikan ya kita selesaikan. Kenapa? Penting sekali industri asuransi ke depan ini menjadi sangat penting sebagai fundamental yang menjadi bagian penting juga tadi penyeimbangan ekonomi. Restrukturisasi kita harus jalankan. Jadi PMN Ini kebanyakan di situ memang. Lalu kalau dikaitkan tidak ada hubungan dengan Covid-19, ya saya melihat ini kan pascacovid harus disiapkan juga.


Terkait Covid-19 sendiri kita berupaya melakukan terobosan-terobosan, seperti tadi membangun line of production vaksin. Kita juga menggabungkan rumah sakit BUMN, yang tadinya tercecer-cecer, dimiliki oleh banyak BUMN, sekarang dikonsolidasikan menjadi satu grup besar, sehingga apa service excellent-nya tercapai. Bahkan kemarin kita mendapat penghargaan RS terbaik dalam pelayanan Covid-19. Nah hal-hal ini yang saya rasa kita melakukan semua terpadu, tidak bisa melihat sendiri-sendiri, yang ini PMN karena titik-titik, nggak tapi kita melihat secara keseluruhan tadi bagian service kepada masyarakatnya.


Banyak kritik mengenai penyaluran PMN, bagaimana tanggapan Anda?
Saya rasa ini era demokrasi, ketika ada kritik, ada saran ya kita buka data-datanya secara transparan, kita tidak ada yang kita sembunyikan. Tadi saya sampaikan, misalnya, ada yang pascacovid, ada yang saat Covid-19. Kita tidak bisa terbelenggu semua saat Covid-19, pascacovid itu sangat penting. Tadi yang saya sampaikan contoh logistic cost. Bagaimana yang namanya logistik itu berpengaruh juga untuk Covid-19. Kalau kita distribusinya mahal obat-obatan, makanan akhirnya apa ada efisiensi yang terjadi dan itu cukup tinggi.


Tadi yang saya sampaikan cost logistic di Indonesia itu 24%, dunia 13%, ada 11% komponen yang tidak efisien. Itulah kenapa kita harus membangun infrastruktur.

Sama juga kalau kita bicara tadi mengenai obat-obatan ataupun produksi. Tadi kita sudah bisa memproduksi obat generik, bahan bakunya belum, karena itu tadi saya highlight Pertamina membuat petrochemical yang turunannya salah satunya bahan obat yang namanya Paracetamol. Nah kebetulan di situ kita bisa melakukan dengan cash flow yang ada. Tetapi kalau yang infrastruktur memang harus PMN. Apalagi kalau yang tadi restrukturisasi.

Jadi jangan takut juga seakan-akan kita tidak mendukung daripada situasi Covid-19. Tadi sudah dijelaskan bagaimana PLN memberikan tadi bantuan ya dalam arti listrik gratis atau diskon listrik. Tetapi ketika bicara listrik masuk desa ya ini memang perlu PMN dan ini rakyat-rakyat kita yang di desa ya harus punya kesempatan yang sama dengan yang di kota nggak boleh pilih kasih.

Nah, hal-hal ini kita bedakan, kita lakukan secara transparan dan data-datanya terbuka kok, tidak ada ada yang diubah. Ini eranya sudah demokrasi, era digital, ya data menjadi kunci utama, transparansi juga menjadi kunci utama.

Bagaimana strategi mendorong kinerja BUMN ke depan?
Kita sudah mau punya roadmap bahwa di tahun 2021-2022 ini masa pemulihan. Tetapi yang kita harapkan di 2023-2024 kita kembali dalam keadaan yang stabil atau bahkan lebih baik daripada sebelum Covid-19. Kenapa? Tadi terjadi efisiensi besar-besaran, terjadi transformasi besar-besaran, digitalisasi juga besar-besaran. Nah ini yang kita akan push. Kenapa? Tadi saya sampaikan juga terus saat ini Covid-19 ini adalah saat yang terbaik kita me-reform dan mentransformasi.


Nah, di situlah kenapa saya confidence, banyak perusahaan BUMN yang tadinya di comfort zone atau tenang-tenang, kita bongkar sekarang. Dan saya sangat keras kepada pimpinan BUMN. Sekarang bukan eranya lagi perusahaan BUMN ini seperti ya wilayah kekuasaan mereka. Kita tidak mau yang namanya tadi disampaikan PMN gara-gara tadi manajemennya salah, kita nggak mau kita nggak akan toleransi itu. Tapi kalau PMN ini untuk pascacovid dan pembangunan dan keliatan nanti seperti bagaimana kita menekan biaya jalur logistik Itu adalah sebuah hal yang saya sangat terbuka. Jadi saya drive daripada tadi pimpinan BUMN tidak boleh di comfort zone dan ini kita harus pastikan ada transformasi.

Mengenai rencana IPO BUMN, apakah akan ada aksi korporasi di 2021?
Ya saya tidak bisa spesifik 2021, 2022, 2024. Karena kembali, kan yang namanya tadi perlindungan daripada insider trading itu tidak boleh apalagi saya sebagai menteri.

Tetapi kita lihat, kita sudah sampai saat paparan Telkom. Telkom itu sekarang valuasinya saya anggap masih baik, tetapi harus lebih baik. Apalagi dengan perbaikan bisnis model yang ada di Telkom bahwa Telkom itu Jangan terpaku menjadi komunikasi saja. Karena kenapa, yang namanya data, voice Itu kan hilang sekarang, tidak ada income. Tetapi bagaimana Telkom bertransformasi untuk service company.

Nah karena itu kita juga mendorong perusahaan-perusahaan Telkom ya, anak perusahaannya seperti data center, Mitratel [PT Dayamitra Telekomunikasi] yang tower-tower itu ke depannya bisa go public.

Sama seperti konsolidasi yang ada di Pertamina. Pertamina harus makin transparan ya, kita tidak bisa melihat yang sebelumnya, kita harus melihat ke depan. Nah karena itu kita mendorong sekarang perusahaan-perusahaan, perusahaan Pertamina, itu bisa mulai pasar bebas, go public.


Seperti contoh kita sekarang meng-integrated daripada marine transportation, tidak hanya kapal, pelabuhan, energy storage menjadi sebuah grup. Nah ini juga bisa ke depannya untuk kita lakukan go public.


Atau kemarin bagaimana kita me-merger-kan PLN, Pertamina untuk geothermal. Apalagi disambut baik oleh Ibu Menkeu [Menteri Keuangan Sri Mulyani] karena Bu Menkeu juga punya aset Geo Dipa [PT Geo Dipa Energi [Persero)] yang bisa ikutan dalam grouping ini dan ini bagian tadi renewable energy ke depan, eco lifestyle.

Kita nggak boleh terus terjebak di fosil, dunia sudah berubah. Geothermal ini kalau kita gabungkan ya dan kita tadi exercises secara terbuka dengan income yang kita dapatkan kita buka lagi, ini pembukaan lapangan kerja. Kadang-kadang kita terjebak seakan-akan melakukan corporate action ini kita ingin melepas daripada beban daripada secara BUMN. Tidak, BUMN tetap bahwa sebagai lokomotif pembangunan, jadi public service juga. Dengan geothermalnya sendiri ini menjadi renewable energy, ini kita bisa menservis masyarakat juga lebih sehat ke depan yang namanya tadi polusi dan lain-lainnya.

Hal-hal yang lainnya juga tidak kalah penting kita lakukan juga di tempat-tempat lain, seperti di kesehatan. Grup holding rumah sakit kita ini potensi ke depan untuk kita lakukan tadi corporate action secara terbuka. Kenapa? Jumlahnya sekarang 70, ya tapi kan kita mau dong jadi 150. Toh tadi kita sudah dapat penghargaan juga rumah sakit yang baik dalam penanganan Covid. Jadi selain kita memberikan public service, tetapi struktur keuangan yang kita lakukan.

Dan terobosan ini tidak nanti di situ. Contohnya, alhamdulillah kita mendapat kepercayaan dari Mayo Clinic yang terbuka menjadi konsultan kita untuk membuka rumah sakit internasional di Bali. Yang selama ini 600 ribu warga Indonesia ke luar negeri untuk melakukan check up atau mendapatkan bantuan kesehatan. Yang menghamburkan duit hampir Rp 1.600 triliun kalau tidak salah, itu sekarang bisa kita di Bali saja. Karena kita sedang meng-apply kawasan ekonomi khusus untuk kesehatan. Hal-hal ini transformasi yang dilakukan, tapi secara market juga menarik.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular