
Erick Thohir Bicara PMN Rp106 Triliun Hingga Rencana IPO BUMN

Seberapa urgen penyaluran PMN untuk BUMN di tahun depan?
Memang, tadi saya sudah sampaikan, Rp 3.295 triliun kontribusi BUMN kepada negara. Nah, sekarang memang pada saat ini tetapi ini PMN diperlukan, tetapi ini dalam bukan proyek-proyek baru tetapi proyek-proyek ini untuk pascacovid sangat penting. Kenapa? Catatan saja, biaya logistik di Indonesia itu 24%, rata-rata dunia 13%. Jadi kita masih lebih mahal 11%. Salah satunya di mana, ya tadi pembangunan infrastruktur. Infrastruktur apa yang diperlukan, ya tadi yang disampaikan apakah yang namanya pembangunan daripada tol supaya ini bisa transportasi barang bisa dipercepat, itu salah satunya.
Tetapi juga PMN ini juga banyak program-program yang sangat penting. Contoh PLN, kenapa ada PMN? Kalau kita-kita yang di kota mendapatkan listrik, masa yang di desa tidak boleh. Di situ juga Perum Perumnas, perumahan rakyat di mana sekarang generasi muda membeli rumah itu sangat mahal. Nah, perumahan rakyat ini perlu dilakukan terus-menerus karena kenapa, kemauan, minat atau demand sangat tinggi tetapi supply sangat kecil.
Karena itu kemarin yang namanya BTN [PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) pun kita kuatkan menjadi mortgage bank. Bersama juga penguatan BTN agar tadi program 1 juta rumah murah, rumah rakyat ini tetap bisa terlaksana. Kembali ini buat tadi masyarakat kita yang memerlukan. Jadi PMN ke situ.
Ada juga PMN yang restrukturisasi, seperti Jiwasraya [PT Asuransi Jiwasraya (Persero)]. Tentu ini sudah situasi yang tahun 2006, tahun-tahun sebelumnya nggak bisa diselesaikan ya kita selesaikan. Kenapa? Penting sekali industri asuransi ke depan ini menjadi sangat penting sebagai fundamental yang menjadi bagian penting juga tadi penyeimbangan ekonomi. Restrukturisasi kita harus jalankan. Jadi PMN Ini kebanyakan di situ memang. Lalu kalau dikaitkan tidak ada hubungan dengan Covid-19, ya saya melihat ini kan pascacovid harus disiapkan juga.
Terkait Covid-19 sendiri kita berupaya melakukan terobosan-terobosan, seperti tadi membangun line of production vaksin. Kita juga menggabungkan rumah sakit BUMN, yang tadinya tercecer-cecer, dimiliki oleh banyak BUMN, sekarang dikonsolidasikan menjadi satu grup besar, sehingga apa service excellent-nya tercapai. Bahkan kemarin kita mendapat penghargaan RS terbaik dalam pelayanan Covid-19. Nah hal-hal ini yang saya rasa kita melakukan semua terpadu, tidak bisa melihat sendiri-sendiri, yang ini PMN karena titik-titik, nggak tapi kita melihat secara keseluruhan tadi bagian service kepada masyarakatnya.
Banyak kritik mengenai penyaluran PMN, bagaimana tanggapan Anda?
Saya rasa ini era demokrasi, ketika ada kritik, ada saran ya kita buka data-datanya secara transparan, kita tidak ada yang kita sembunyikan. Tadi saya sampaikan, misalnya, ada yang pascacovid, ada yang saat Covid-19. Kita tidak bisa terbelenggu semua saat Covid-19, pascacovid itu sangat penting. Tadi yang saya sampaikan contoh logistic cost. Bagaimana yang namanya logistik itu berpengaruh juga untuk Covid-19. Kalau kita distribusinya mahal obat-obatan, makanan akhirnya apa ada efisiensi yang terjadi dan itu cukup tinggi.
Tadi yang saya sampaikan cost logistic di Indonesia itu 24%, dunia 13%, ada 11% komponen yang tidak efisien. Itulah kenapa kita harus membangun infrastruktur.
Sama juga kalau kita bicara tadi mengenai obat-obatan ataupun produksi. Tadi kita sudah bisa memproduksi obat generik, bahan bakunya belum, karena itu tadi saya highlight Pertamina membuat petrochemical yang turunannya salah satunya bahan obat yang namanya Paracetamol. Nah kebetulan di situ kita bisa melakukan dengan cash flow yang ada. Tetapi kalau yang infrastruktur memang harus PMN. Apalagi kalau yang tadi restrukturisasi.
Jadi jangan takut juga seakan-akan kita tidak mendukung daripada situasi Covid-19. Tadi sudah dijelaskan bagaimana PLN memberikan tadi bantuan ya dalam arti listrik gratis atau diskon listrik. Tetapi ketika bicara listrik masuk desa ya ini memang perlu PMN dan ini rakyat-rakyat kita yang di desa ya harus punya kesempatan yang sama dengan yang di kota nggak boleh pilih kasih.
Nah, hal-hal ini kita bedakan, kita lakukan secara transparan dan data-datanya terbuka kok, tidak ada ada yang diubah. Ini eranya sudah demokrasi, era digital, ya data menjadi kunci utama, transparansi juga menjadi kunci utama.
Bagaimana strategi mendorong kinerja BUMN ke depan?
Kita sudah mau punya roadmap bahwa di tahun 2021-2022 ini masa pemulihan. Tetapi yang kita harapkan di 2023-2024 kita kembali dalam keadaan yang stabil atau bahkan lebih baik daripada sebelum Covid-19. Kenapa? Tadi terjadi efisiensi besar-besaran, terjadi transformasi besar-besaran, digitalisasi juga besar-besaran. Nah ini yang kita akan push. Kenapa? Tadi saya sampaikan juga terus saat ini Covid-19 ini adalah saat yang terbaik kita me-reform dan mentransformasi.
Nah, di situlah kenapa saya confidence, banyak perusahaan BUMN yang tadinya di comfort zone atau tenang-tenang, kita bongkar sekarang. Dan saya sangat keras kepada pimpinan BUMN. Sekarang bukan eranya lagi perusahaan BUMN ini seperti ya wilayah kekuasaan mereka. Kita tidak mau yang namanya tadi disampaikan PMN gara-gara tadi manajemennya salah, kita nggak mau kita nggak akan toleransi itu. Tapi kalau PMN ini untuk pascacovid dan pembangunan dan keliatan nanti seperti bagaimana kita menekan biaya jalur logistik Itu adalah sebuah hal yang saya sangat terbuka. Jadi saya drive daripada tadi pimpinan BUMN tidak boleh di comfort zone dan ini kita harus pastikan ada transformasi.
Mengenai rencana IPO BUMN, apakah akan ada aksi korporasi di 2021?
Ya saya tidak bisa spesifik 2021, 2022, 2024. Karena kembali, kan yang namanya tadi perlindungan daripada insider trading itu tidak boleh apalagi saya sebagai menteri.
Tetapi kita lihat, kita sudah sampai saat paparan Telkom. Telkom itu sekarang valuasinya saya anggap masih baik, tetapi harus lebih baik. Apalagi dengan perbaikan bisnis model yang ada di Telkom bahwa Telkom itu Jangan terpaku menjadi komunikasi saja. Karena kenapa, yang namanya data, voice Itu kan hilang sekarang, tidak ada income. Tetapi bagaimana Telkom bertransformasi untuk service company.
Nah karena itu kita juga mendorong perusahaan-perusahaan Telkom ya, anak perusahaannya seperti data center, Mitratel [PT Dayamitra Telekomunikasi] yang tower-tower itu ke depannya bisa go public.
Sama seperti konsolidasi yang ada di Pertamina. Pertamina harus makin transparan ya, kita tidak bisa melihat yang sebelumnya, kita harus melihat ke depan. Nah karena itu kita mendorong sekarang perusahaan-perusahaan, perusahaan Pertamina, itu bisa mulai pasar bebas, go public.
Seperti contoh kita sekarang meng-integrated daripada marine transportation, tidak hanya kapal, pelabuhan, energy storage menjadi sebuah grup. Nah ini juga bisa ke depannya untuk kita lakukan go public.
Atau kemarin bagaimana kita me-merger-kan PLN, Pertamina untuk geothermal. Apalagi disambut baik oleh Ibu Menkeu [Menteri Keuangan Sri Mulyani] karena Bu Menkeu juga punya aset Geo Dipa [PT Geo Dipa Energi [Persero)] yang bisa ikutan dalam grouping ini dan ini bagian tadi renewable energy ke depan, eco lifestyle.
Kita nggak boleh terus terjebak di fosil, dunia sudah berubah. Geothermal ini kalau kita gabungkan ya dan kita tadi exercises secara terbuka dengan income yang kita dapatkan kita buka lagi, ini pembukaan lapangan kerja. Kadang-kadang kita terjebak seakan-akan melakukan corporate action ini kita ingin melepas daripada beban daripada secara BUMN. Tidak, BUMN tetap bahwa sebagai lokomotif pembangunan, jadi public service juga. Dengan geothermalnya sendiri ini menjadi renewable energy, ini kita bisa menservis masyarakat juga lebih sehat ke depan yang namanya tadi polusi dan lain-lainnya.
Hal-hal yang lainnya juga tidak kalah penting kita lakukan juga di tempat-tempat lain, seperti di kesehatan. Grup holding rumah sakit kita ini potensi ke depan untuk kita lakukan tadi corporate action secara terbuka. Kenapa? Jumlahnya sekarang 70, ya tapi kan kita mau dong jadi 150. Toh tadi kita sudah dapat penghargaan juga rumah sakit yang baik dalam penanganan Covid. Jadi selain kita memberikan public service, tetapi struktur keuangan yang kita lakukan.
Dan terobosan ini tidak nanti di situ. Contohnya, alhamdulillah kita mendapat kepercayaan dari Mayo Clinic yang terbuka menjadi konsultan kita untuk membuka rumah sakit internasional di Bali. Yang selama ini 600 ribu warga Indonesia ke luar negeri untuk melakukan check up atau mendapatkan bantuan kesehatan. Yang menghamburkan duit hampir Rp 1.600 triliun kalau tidak salah, itu sekarang bisa kita di Bali saja. Karena kita sedang meng-apply kawasan ekonomi khusus untuk kesehatan. Hal-hal ini transformasi yang dilakukan, tapi secara market juga menarik.
[Gambas:Video CNBC]
