
'Perang' Lawan Resesi, Bos BTN Buka-bukaan Likuiditas Bank RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan nasional memiliki peran yang cukup krusial di masa-masa seperti sekarang ini. Stimulus yang digelontorkan pemerintah pun disalurkan ke sektor riil melalui perbankan untuk menggerakkan perekonomian.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), Pahala Nugraha Mansury menilai, pascadilonggarkannya kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), geliat perekonomian, khususnya di sektor properti sudah mulai bergairah lagi. Hal ini, seperti diakuinya, permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terutama yang bersubsidi masih memiliki demand yang cukup tinggi.
"Kita cukup optimistis, melihat kondisi di bulan Juli sudah jauh lebih baik dibanding Juni, khususnya terhadap permintaan perumahan dan lebih khusus lagi permintaan rumah bersubsidi," terang Pahala, saat wawancara dengan CNBC Indonesia, Kamis (13/8/2020).
Bank BTN, kata Pahala, saat ini juga sudah mendapat penempatan dana dari pemerintah melalui dana program pemulihan ekonomi nasional (PEN) kepada Bank Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) sebesar Rp 5 triliun dan ditargetkan akan tersalur Rp 15 triliun pada akhir September 2020.
Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ini pun berharap, semua stimulus yang dimulai dari pemerintah ini akan segera tersalurkan, sehingga ekonomi nasional bisa segera bangkit lagi.
"Setelah government spending yang meng-kick start ekonomi nasional ini, mudah-mudahan di triwulan ketiga akhir atau triwulan keempat household consumption [konsumsi rumah tangga] itu juga mulai bergulir, sehingga memungkinkan, harapannya kan di 2020 ini untuk memiliki tingkat pertumbuhan yang masih positif meskipun mungkin tidak terlalu tinggi," kata Pahala, mantan Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero).
Simak petikan wawancara CNBC Indonesia bersama Direktur Utama BTN, Pahala N. Mansury.
Sudah berapa persen total penyaluran dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Bank BTN?
Sampai dengan hari ini sudah lebih dari Rp 5 triliun, kita mendapat penempatan dana dari pemerintah 5 triliun jadi sudah lebih dari 100% kita salurkan sesuai dengan apa yang menjadi komitmen kami di Bank Himbara dengan pemerintah.
Dengan dana PEN tersebut, kita akan bisa menyalurkan tiga kalinya. Jadi kalau BTN mendapat penempatan dana Rp 5 triliun, harapannya dalam tiga bulan Bank BTN akan menyalurkan sampai dengan Rp 15 triliun. Kalau dengan melihat saat ini sudah 100% lebih dana yang sudah disalurkan. Kita masih punya 1,5 bulan lagi untuk menyalurkan tambahan 10 triliun sampai akhir September.
Kita cukup optimistis, melihat kondisi di bulan Juli sudah jauh lebih baik dibanding Juni, khususnya terhadap permintaan kredit perumahan dan lebih khusus lagi permintaan rumah bersubsidi dan kita berharap di bulan Agustus, kredit KPR non subsidi dan subsidi bisa tersalur Rp 3 triliun. Penyalurannya, 60% ke end user, 40% ke developer.
Bentuk penyaluran dana seperti apa?
Untuk Rp 3 triliun kami sampaikan langsung kepada pembeli rumah atau end user dalam bentuk KPR, 65% kredit KPR subsidi. 35% dalam KPR non subsidi. Sisanya Rp 2 triliun akan kami salurkan dalam kredit konstruksi, kredit komersial lainnya.
Sudah berapa ribu unit rumah yang sudah disalurkan dana oleh BTN?
Unitnya untuk KPR subsidi dengan harga rumah sekitar Rp 150-160 juta per unit, kami sudah salurkan kurang lebih sekitar 10 ribuan unit. Kita berharap dapat melakukan penyaluran dalam jumlah sama setiap bulan.
Sektor mana yang paling terdampak pandemi?
Kita di BTN cukup beruntung karena mengkhususkan rumah yang affordable housing, kepada perumahan di bawah 500 juta, umumnya rumah yang ditinggali, betul betul rumah pertama. Demand masih cukup baik, misalnya di Juli dibanding Juni masih meningkat di atas 25%. Juni dibanding Mei ada peningkatan 75%.
Bagaimanapun untuk semua sektor pastinya terpengaruh dengan adanya PSBB, tapi begitu PSBB dilonggarkan, kita lihat sektor yang responsnya paling positif adalah dari sektor KPR bersubsidi, sedangkan untuk KPR non subsidi, sedikit di belakang. Tapi, Juli pemulihannya sudah cukup baik. Untuk permintaan rumah di atas Rp 500 juta sampai Rp 750 juta, perkembangannya masih belum sebaik yang di bawah Rp 500 juta tadi.
Developer mengeluhkan seretnya kredit rumah tipe 70 yang artinya ini di bawah Rp 500 juta?
Dari sisi kendala, kami menyampaikan komunikasi dengan Kementerian PUPR untuk bisa memungkinkan adanya pelonggaran terkait peraturan, khususnya pelaksanaan akad untuk rumah bersubsidi yang membutuhkan adanya fasilitas listrik dan jalan yang harus jadi.
Kita di BTN mengambil beberapa kebijakan sambil memitigasi para developer akan melakukan pembangunan lebih lanjut dengan memastikan mereka memiliki dana yang ditahan di kami untuk memastikan penyelesaian daripada jalan di kompleks perumahan tersebut, itu yang kami lakukan.
Memang tambahan KPR subsidi ini sesuai RAPBNP paket stimulus kedua, ditambah kuota dengan skema SSB [subsidi selisih bunga] sebanyak 172 ribu, BTN mendapat tambahan kuota KPR subsidi jumlahnya 146 ribu.
Artinya developer yang seret untuk tipe rumah subsidi ini tidak memiliki kecukupan dana tahanan?
Dalam kondisi Juni-Juli, pencairan KPR subsidi ini kenaikannya luar biasa sekali, saya tidak melihat ada masalah, tapi mungkin di periode bulan Maret-Mei mungkin itu terjadi ada beberapa hal, pelaksanaan akad itu susah pada saat PSBB dan juga periode Mei cairnya dana SSB tadi juga memang ada keterlambatan. Untuk saat ini harusnya sudah tidak ada lagi kendala.
BTN apakah akan merevisi terkait pertumbuhan kredit?
Kami di BTN dalam RBB [rencana bisnis bank] awal kami memperkirakan, kredit akan tumbuh sebesar 9%, tentunya dengan kondisi ekonomi yang menurun di triwulan kedua, ini berpengaruh terhadap keseluruhan penyaluran kredit kita. Di dalam RBB revisi, kami menyampaikan kredit akan tumbuh berkisar di 5%.
Revisi ini sudah dipertimbangkan kemungkinan yang akan terjadi seperti perkembangan vaksin Covid-19?
Tentunya, kita memproyeksikan bahwa pertumbuhan kredit tadi bahwa di triwulan kedua memang pertumbuhan kredit secara yoy tidak ada, atau di kami di 1%, tapi akan ada akselerasi di triwulan ketiga dan keempat.
Kondisi likuiditas BTN seperti apa?
LDR [loan to deposit ration] BTN di Juni lalu mengalami penurunan dibanding Maret dan Desember 2019. Secara umum, LDR 111% Juni dibanding Maret 114%, kondisi tersebut dana dan ekses likuiditas BTN membaik.
Pemerintah sudah menempatkan dana Rp 30 triliun di Bank Himbara, sekarang juga ke bank umum, ini meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan ekses likuiditas BTN mengalami perbaikan. Likuiditas di perbankan saya yakini akan tetap baik, tentunya juga dengan adanya kebijakan penurunan suku bunga acuan dari BI dan bunga penjaminan LPS.
Prioritas dana segar dari penerbitan obligasi berkelanjutan IV 2020 untuk apa?
Tentunya disalurkan dalam bentuk kredit. BTN sudah mendapat dana PEN Rp 5 triliun, untuk menyalurkan sampai Rp 15 triliun kami juga perlu mencari dana masyarakat lainnya, salah satunya adalah obligasi. Ini sebetulnya refinancing dari obligasi jatuh tempo di tahun 2020 ini.
Sekuritisasi aset, bagaimana prospeknya ke depan?
Kita memiliki rencana di tahun 2020 ini melakukan sekuritisasi, bisa EBA SP, KIK EBA, tapi umumnya yang cukup cepat dalam bentuk EBA SP yang kerja sama dengan PT SMF. Jumlahnya dalam waktu dekat ini sebulan ke depan akan mengeksekusi dan menyelesaikan.
Target yang diharapkan BTN berapa?
Di kisaran Rp 1 triliun. Ini akan cukup untuk menyalurkan kredit Rp 15 triliun sampai September ditambah dana PEN. Kalau di perbankan ini namanya wholesale funding, sekuritisasi, penerbitan obligasi, di luar itu kita meningkatkan inisiatif untuk meningkatkan Dana Pihak Ketiga.
Tren suku bunga rendah, tanggapan anda?
Saya lihat, kita optimis cost of fund akan menurun, sampai Juni secara year on year [yoy] biaya DPK kita sudah menurun lebih dari 80 bps [basis poin], jadi kita cukup optimis, di tengah kondisi ini, LPS sudah menurunkan bunga, kita dengar pemerintah akan menyalurkan penyaluran dana bansos, dana talangan korporasi dan BUMN besar, biasanya akan ditempatkan dalam bentuk DPK perbankan, bisa mencapai Rp 70 triliun dan mendapat akses dana talangan akses ini kan bank-bank Himbara juga. Tentunya akan meningkatkan likuiditas perbankan, Himbara pada umumnya.
Apakah masih ada stimulus lain agar perbankan bisa menghadapi resesi?
Penyaluran bansos, program keluarga harapan, paket stimulus masyarakat yang membeli produk buatan dalam negeri, dana talangan, itu sudah banyak sekali. Kita pun setiap saat melakukan review jumlah dana yang sudah kita salurkan.
Sektor perbankan berupaya mendukung pelaksanaan daripada program pemulihan ekonomi nasional. Setelah government spending yang meng-kick start ekonomi nasional ini mudah-mudahan di triwulan ketiga akhir atau triwulan keempat household consumption itu juga mulai bergulir, sehingga memungkinkan, harapannya kan di 2020 ini untuk memiliki tingkat pertumbuhan yang masih positif meskipun mungkin tidak terlalu tinggi.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
