Bos KCIC Blak-Blakan Soal Keterlibatan China di Kereta Cepat

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
13 August 2019 06:40
Kereta Cepat Jakarta-Bandung ditargetkan operasi Juni 2021, bila teralisasi Indonesia yang pertama di kawasan.
Foto: Chandra Dwiputra/ Direktur Utama Kereta Cepat Indonesia-China
Jakarta, CNBC Indonesia - Konstruksi mega proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ditargetkan selesai pada Juni 2021. Dirut PT Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC), Chandra Dwiputra, buka-bukaan mengenai progres pembangunan proyek ini.

Dia juga berbicara mengenai keterlibatan China dan ketergantungan Indonesia terhadap disiplin teknologi kereta cepat yang dikembangkan China. Dari mulai pendanaan, sumber daya manusia, hingga pengoperasian nanti.


Berikut petikan wawancara eksklusif Chandra Dwiputra dengan CNBC Indonesia pada Jumat (9/8/2019).

Perkembangan proyek per awal Agustus ini sudah sejauh apa sih?

Kalau kita lihat perkembangannya, sekarang masyarakat pengguna Jakarta-Bandung sangat menunggu ya. Sangat menantikan, jadi memang sudah berjalan setahun. Kita punya waktu kontrak dengan kontraktor 3 tahun, targetnya di Juni 2021. Kita mulai dari Juni, kalau kita lihat sudah berjalan setahun. Ini kita sekarang perkembangan sudah banyak sekali.

Kalau kita lihat jalan Jakarta ke Bandung kan lewat jalan tol. Lokasi kita kan ada di sebelah jalan tol ya kalau dari Jakarta ke arah Bandung, kan kita bisa lihat tiang-tiangnya sudah banyak. Selain itu ada yang baru kita bebaskan lahannya.

Kalau kita hitung sebetulnya secara progres sudah 28%. Jadi setahun sudah hampir sepertiganya kita capai dengan waktu 3 tahun, kalau kita lihat ini masih berjalan normal dengan baik sekali sesuai dengan rencana kita. Ya memang kalau pekerjaan pasti ada kendala kendala yang harus kita selesaikan.

Untuk rencana operasional bagaimana?

Kemudian juga kita tahu untuk operasi, ini kereta cepat itu di Indonesia belum ada yang punya pengalaman mengoperasikan. Jadi sekarang kita sedang menyiapkan tim operasi, tim persiapan operasi, nanti kita harus ada tim operasi, paling gampang harus ada masinisnya.

Masinisnya belajar di mana, KAI kan pasti enggak bisa, kita harus training, dan training itu makan waktu banyak juga, kira-kira harus setahun. Kemudian nanti sebelum beroperasi kan kita harus sertifikatkan juga, sertifikasi oleh Kementerian Perhubungan. Nah kita juga harus mengedukasi teman-teman di (Kementerian) Perhubungan.

Jadi nanti kita sedang men trigger Dirjen Perkeretaapian di Indonesia bekerjasama dengan regulator kereta api di China supaya bisa melakukan sertifikasi. Ujung-ujungnya kita nanti pada saatnya nanti akan operasi, semua sudah siap. Jadi persiapan tidak hanya di sisi kami sebagai investor, kami di-support oleh kontraktor, tapi kami juga di-support oleh regulator yaitu Kementerian Perhubungan yang harus mendukung kita.

Benar enggak sih proyek ini molor?

Doakan saja supaya kita lancar. Hambatan yang kita hadapi sekarang segera tuntas. Namanya juga pekerjaan besar seperti ini. Anda bisa bayangkan enggak, LRT di Palembang panjangnya berapa km sih, itu sekitar 23 km, mereka mengerjakan berapa lama, 2015-2018. Sampai ASIAN Games.

Itu 23 Km, kami
trase kami 142,3 Km, kalau dikomparasikan seperti itu, maka luar biasa sekali effort kita. Sehingga kami di sini harus di-support kontraktornya yang sudah berpengalaman di negara asalnya mengerjakan hal yang sama. Kita tidak mungkin juga di sini tiba-tiba langsung belajar, orang bisa langsung lari.

Sehingga kita mendatangkan kontraktornya, yang pekerjaan sipil yang paling mudah, paling gampang di semua sistem itu dikerjakan 3 kontraktor. Satu kontraktor Indonesia yang besar yaitu Wijaya Karya, dua lagi kontraktor dari China yaitu China Railway Group Limited dan Sinohydro Corporation Limited.

Ini sudah pengalaman di China. Jadi dengan kombinasi China dengan Indonesia, kita tahu pakai standarnya adalah standar dari China. Mereka sudah pengalaman yang dua, yang satu ini bisa menyesuaikan, memang kita tidak bisa tidak, harus ikut menyesuaikan dengan standar China karena ujung- ujungnya kalau kereta kan masalah keamanan, kalau sekali tidak aman maka tidak ada yang mau naik. Dan prinsip kita adalah keamanan nomor satu. Jadi standar keamanan kita ini tinggi.

Anda bayangkan kalau naik mobil kecepatan 100 Km/jam saja sudah ngeri. Ini kita kecepatan 350 Km/jam. Kebayang kan bagaimana kita menjaga keamanan yang seperti itu. Maka kita pakai standar yang benar-benar sudah kejadian di China. Di sana dengan standar sekian, kecepatan sekian, kita harus bisa jaga di sini. Untuk

Penggunaan dana proyek bagaimana?



Investasi kita untuk kereta cepat ini sekitar US$ 6 miliar, yang 25% dari equity. Dari 25% equity itu kita sudah cair 55%. Kemudian yang pinjaman kan 75% itu dari CDB dari total US$ 4,5 miliar sudah cair US$ 1,1 miliar.

Jadi kemudian kontraktor kita, porsi dari semua biaya kita yang paling besar, kira-kira dua 2 per 3 sendiri untuk bayar kontraktor. Sisanya untuk pengadaan lahan. Waktu kita dulu mulai di awal sampai sekarang yang dibayar terakhir 2019, kan otomatis harganya secara inflasi naik.


Jadi budget kita juga cukup besar di situ. Dan sekarang kalau kita lihat kan pembebasan lahan sudah kita anggap selesailah. Kita sekarang yang dominan adalah menyiapkan dana supaya kontraktor bisa lari kencang. Nah, rencana kita tahun ini memang perlu mencairkan pinjaman sekitar US$ 2,2 miliar. Jadi jangan sampai kekurangan uang untuk belanja di sini.


(hoi)

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular