Ramalan Jayabaya Terbukti? Kereta Cepat Nyambung ke Surabaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia tengah menyiapkan proyek kereta cepat yang diberi nama Merah Putih. Kereta Cepat Merah Putih menurut rencana akan menghubungkan Jakarta-Surabaya via lintas utara melintasi Cirebon dan Semarang. Proyek ini direncanakan bakal selesai pada 2025 dan bisa diujicoba pada 2026.
Sebenarnya, pembangunan kereta cepat Jakarta-Surabaya membuktikan bahwa ramalan Jawa Kuno benar-benar terbukti di masa kini. Jauh sebelum kereta cepat diwacanakan dan kereta api pertama di Indonesia hadir, penguasa Kediri sudah memprediksi kebenarannya.
Pada abad ke-12, di Jawa terdapat penguasa populer dari Kerajaan Kediri. Dia bernama Jayabaya yang terkenal bukan cuma dari hegemoni, tetapi ramalannya. Salah satu ramalannya adalah soal "Tanah Jawa kalungan wesi" yang berarti "Pulau Jawa berkalung besi".
Kala itu, penduduk tak paham maksud perkataannya. Namun, ramalan itu tetap hidup di tengah masyarakat Jawa. Hingga akhirnya, ramalan itu terwujud. Tepat pada 17 Juni 1864, di tanah jawa mulai tertanam besi panjang sejauh puluhan kilometer.
Besi-besi itulah yang kemudian disebut rel sebagai jalur kereta api. Ya, tepat di tanggal itu, kereta api pertama di Indonesia hadir. Kereta api itu menghubungkan Semarang-Solo-Jogja.
![]() Kereta Cepat Jakarta Surabaya Buatan Anak Bangsa. (Tangkapan Layar Youtube LPDP RI) |
Menurut paparan Sejarah Perkeretaapian Indonesia (1997), tujuan hadirnya "kalung besi" itu untuk mempermudah mobilitas logistik hasil bumi. Sebelumnya, hasil-hasil pertanian di Jawa diangkut mengandalkan tenaga manusia atau hewan.
Cara ini sangat tidak efisien dan efektif mengingat jarak lokasi perkebunan, perkotaan dan pelabuhan terlampau jauh. Tiap ada pengangkutan pasti hasil perkebunan akan menurun kualitasnya. Perusahaan dan pemerintah pun merugi. Apalagi, ekspor pertanian di Jawa sedang berada di titik tertinggi usai penerapan cultuur stelsel sejak 1830.
Atas dasar inilah, pembangunan kereta api di Jawa tak bisa dibantah lagi. Gubernur Jenderal segera memerintahkan proyek kereta api pada 1862 dan terwujud dua tahun kemudian. Nederlansch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) menjadi perusahaan swasta yang diberi hak oleh kompeni Belanda untuk mengurusi kereta api.
Kala itu, jenis kereta apinya masih menggunakan uap yang dihasilkan dari pembakaran kayu di tungku lokomotif. Kendati sederhana, keberadaan kereta api mampu mengubah perjalanan sejarah pulau Jawa.
Perubahan itu bukan cuma soal percepatan mobilitas pihak koloni mengeruk kekayaan Indonesia, tetapi soal pertumbuhan wilayah lokal.
"Wilayah di sekitar jalur rel banyak didatangi orang. Praktis mereka mampu memantik bangkitnya perdagangan lokal," tulis Ambar Wulan dalam Peranan dan Perkembangan Kereta Api di Jalur Semarang-Solo pada Tahun 1864-1870 (1985).
Dari situlah, mulai tumbuh kota-kota baru berpenduduk ribuan orang. Bahkan, keberadaan jalur kereta pertama itu memantik dibangunnya proyek jaringan kereta api lebih luas di Jawa. Di tahun yang sama, pemerintah sudah berniat membangun jaringan kereta Batavia-Buitenzorg.
Pada akhirnya, sejak abad ke-20, hampir setiap sudut pulau Jawa terhubung oleh rel kereta api. Jenisnya pun beragam, bukan cuma kereta uap tapi juga kereta listrik. Jalur kereta api listrik pertama adalah rute Batavia-Buitenzorg pada 1918.
Perlahan, seiring perkembangan teknologi, kereta listrik mendominasi dan semakin membuktikan bahwa ini adalah transportasi paling efisien dan murah sampai sekarang.
Kini, antar kota-kota besar di Jawa sudah "berkalung besi". Dengan hadirnya kereta cepat Jakarta-Bandung yang bakal dilanjutkan ke Surabaya, ramalan kuno Jayabaya abad ke-12 itu kian terbukti: "Kalung besi" sudah melilit Jawa.
(mfa/wur)
