
Special Interview
Saka Energi, Anak Usaha PGN yang Incar Pasar Gas Dunia
Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
25 March 2018 15:55

Jakarta, CNBC Indonesia- Lahir di tahun 2011, alias belum genap 10 tahun sejak pertama kali didirikan, nama PT Saka Energi sudah menjadi catatan tersendiri di industri minyak dan gas dalam negeri. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral bahkan menyebut Saka Energi sebagai salah satu kontraktor migas yang kredibel dan besar.
PT Saka Energi merupakan anak usaha PT PGN. Tbk, bedanya jika sang induk bergerak di sektor hilir gas, Saka Energi justru bergeliat di sektor hulu alias kebagian peran mencari gas untuk dipasok ke induk usaha.
Dipimpin oleh Tumbur Parlindungan sebagai Direktur Utama, di tahun awal berjalannya perusahaan sempat menjadi perhatian karena investasi mereka di Blok Fasken, Amerika Serikat. Investasi yang semula dinilai inovatif karena mulai bermain di sektor gas serpih alias shale gas, berujung jadi kritikan karena mitra di AS tersandung kasus keuangan hingga sempat didepak dari lantai bursa.
Tahun berjalan, kinerja Saka Energi justru mulai banyak mencuat prestasi di dalam negeri dan tetap mengincar pasar-pasar gas global untuk memperkuat PGN. Berbincang dengan CNBC Indonesia di kantornya pada awal Maret lalu, Bos Saka Energi Tumbur Parlindungan berbicara blak-blakan soal industri gas dan strategi Saka dalam beberapa tahun ke depan. Berikut adalah cuplikannya.
Saka sekarang sudah diperhitungkan di tingkat nasional dan masuk sebagai perusahaan migas besar..
Bukan besar, tapi kredible. Kalau tidak kredible, pihak asing mana mau, mau ekspansi ke luar negeri juga susah.
Seperti di Amerika kemarin, dengan Blok Fasken. Itukan sempat merugi dan berdampak ke Saka
Begini, yang anjlok dulu itu mitra kami (Swift Energy), mereka kena chapter eleven untuk restruktur utangnya. Sekarang sih sudah beres, bahkan sudah masuk bursa lagi. Dampaknya tidak ke Saka, karena Saka kepemilikannya itu hanya di Blok Faskennya, bukan di perusahaannya. Sekarang malah jadi salah satu aset kami yang profitable.
Jadi tidak trauma? Masih mau ekspansi di sana lagi?
Secara cadangan, saat ini Amerika punya cadangan lebih banyak dibanding Indonesia karena teknologi shale gas atau gas serpihnya. Kami akan ekspansi tergantung kebutuhan gas di Indonesia, bukan karena mau gagah-gagahan saja ke Amerika. Tujuannya lebih ke economic hedging, kalau ingin impor atau ekspor gas kan dari sana posisinya lebih dekat. Indonesia kan masih ekspor, daripada gas yang di sini dikirim ke Jepang, tidak ekonomis, mungkin bisa dari Amerika saja yang posisinya lebih dekat.
Pasar semakin luas, dong. Jadi tidak cuma incar Amerika saja?
Di seluruh dunia lah, kebutuhan Indonesia kan terus tumbuh kalau dengan kondisi saat ini dan untuk memenuhinya bisa jadi dari impor. Kami sebagai anak usaha PGN cari alternatifnya.
Pendekatan ke negara lainnya sudah seperti apa?
Setiap hari kami scouting. Perlu dipahami, Saka Energi itu dibuat untuk support PGN. Tidak sekedar cari uang saja seperti perusahaan migas lain, kami cari gas untuk dipasok ke PGN. Kalau di Indonesia misalnya, mencari gas di mana belum ada infrastruktur PGN. Kalau sudah dapat nanti infrastruktur PGN bisa dibangun di situ.
Rencananya bagaimana?
Kami akan bangun 4 hub di Indonesia. Yakni East Java (Jawa Timur), East Kalimantan (Kalimantan Timur), Sumatra, lalu Papua. Niat bangun 4 hub itu, dapat gas disitu lalu dilanjut PGN bangun infrastruktur.
Sumatra kan sudah ada infrastruktur South Sumatra West Java (SSWJ)..
Iya, tapi pasokan gas sudah berkurang. Itu juga kan cuma untuk sampai Jawa Barat, nah ini mau kami kembangkan ke Jawa Timur. 4 hub itu target kami, jadi gak asal ambil blik. Nah, untuk AS itu economic hedging sekali lagi, kalau ekspor gas gak harus dari Indonesia ke tujuan ganti saja dengan gas dari AS karena lebih murah harganya. Ini ada grand strateginya, tidak asal.
Dari 26 blok yang lagi dilelang pemerintah, Saka ada yang minat untuk masuk ke hub-hub tadi?
Lagi dilihat, pastinya kalaupun dipilih untuk dukung hub ini.
Omong-omong soal gas, industri kan mengeluh harga gas di sini mahal. Dibanding di AS juga
Industri perlu tahu bisnis hulu gas itu kalau tidak ekonomis tidak bisa diproduksi. Kalau dia bilang gas harus murah seperti di luar negeri, kenapa dia ga bikin pabrik di sana aja terus produknya di bawa ke seni. Apa bedanya? Di Amerika kan harga gas pasti di bawah US$ 3, di sini tidak mungkin jadi jangan dipaksa turun.
Memang apa yang bikin harga gas di sini lebih mahal?
Tantangannya beda di Amerika dan di sini. Untuk eksplorasi itu butuh dukungan infrastruktur, bukan cuma sedia jalan tapi juga service company, pusat riset, kita gak ada. Apa-apa harus impor, itu mahal. Kalau mau eksplorasi datanya gak lengkap, perlu beli dulu. Di AS murah kalau ada-apa semua sedia langsung, just in time. Butuh pipa langsung datang. Selain itu juga ada soal permit,
Pemerintah kan sudah potong sampai ratusan aturan untuk permudah
Ya, kami terima kasih izin-izin dipotong. Tapi timelinenya belum diubah. Kalau dari 500 dipotong jadi sisa 2, tanpa timeline kan tetap bisa lama. Kalau ada kepastian timeline ini bisa lebih mudah. Misal seminggu sejak masuk dokumen pemerintah belum jawab artinya iya, atau seperti itu. Eropa itu banyak izinnya tapi ada timeline, jadi jelas.
Kedua ini kalau bisa jangan lagi perizinan tapi diubah jadi compliance. Kalau izin kan dikit-dikit mesti ajukan izin, buang dumping misalnya izinnya ada yang untuk di bawah 50 meter di atas 50 meter. Mending jadi compliance saja diatur bagaimana, nanti diaudit, kalau tidak memenuhi didenda. Jadi ditekankan tanggung jawab kontraktor.
Ini kan sudah pakai gross split, skemanya sebenarnya ingin industri migas berlari, tapi ini perlu dukungan tadi. Kalau dukungan tadi ada, gross split jalannya akan lebih bagus.
Proyeksi untuk harga minyak bagaimana, belakangan kan agak rally nih?
Asumsinya sih sampai beberapa tahun masih di kisaran US$ 60-an per barel, mungkin bisa naik ke level US$ 70. Tapi sulit untuk mencapai US$ 100-an per barel lagi karena dua tahun belakangan eksplorasi juga jarang karena harga minyak jatuh. Setahun dua tahun lah baru sentuh US$ 70 per barel.
Jadi gak mungkin ratusan dolar lagi?
Sekarang itu trennya listrik, di mana-mana berlomba-lomba menyediakan listrik murah, gak peduli sumbernya dari mana. Nah ini harus pintar pintar bauran energinya kalau terlalu mahal nanti yang dilirik sumber energi lain.
Target eksplorasi bagaimana?
Kami target 20-30 sumur di tahun ini dengan belanja modal US$ 200 jutaan. Kontribusi Saka ke PGN juga sampai saat ini kalau dari sisi revenue 11-15%.
(gus/gus) Next Article Istana Dukung Penuh BI Naikkan Bunga Acuan & Jaga Stabilitas
PT Saka Energi merupakan anak usaha PT PGN. Tbk, bedanya jika sang induk bergerak di sektor hilir gas, Saka Energi justru bergeliat di sektor hulu alias kebagian peran mencari gas untuk dipasok ke induk usaha.
Dipimpin oleh Tumbur Parlindungan sebagai Direktur Utama, di tahun awal berjalannya perusahaan sempat menjadi perhatian karena investasi mereka di Blok Fasken, Amerika Serikat. Investasi yang semula dinilai inovatif karena mulai bermain di sektor gas serpih alias shale gas, berujung jadi kritikan karena mitra di AS tersandung kasus keuangan hingga sempat didepak dari lantai bursa.
Saka sekarang sudah diperhitungkan di tingkat nasional dan masuk sebagai perusahaan migas besar..
Bukan besar, tapi kredible. Kalau tidak kredible, pihak asing mana mau, mau ekspansi ke luar negeri juga susah.
Seperti di Amerika kemarin, dengan Blok Fasken. Itukan sempat merugi dan berdampak ke Saka
Begini, yang anjlok dulu itu mitra kami (Swift Energy), mereka kena chapter eleven untuk restruktur utangnya. Sekarang sih sudah beres, bahkan sudah masuk bursa lagi. Dampaknya tidak ke Saka, karena Saka kepemilikannya itu hanya di Blok Faskennya, bukan di perusahaannya. Sekarang malah jadi salah satu aset kami yang profitable.
Jadi tidak trauma? Masih mau ekspansi di sana lagi?
Secara cadangan, saat ini Amerika punya cadangan lebih banyak dibanding Indonesia karena teknologi shale gas atau gas serpihnya. Kami akan ekspansi tergantung kebutuhan gas di Indonesia, bukan karena mau gagah-gagahan saja ke Amerika. Tujuannya lebih ke economic hedging, kalau ingin impor atau ekspor gas kan dari sana posisinya lebih dekat. Indonesia kan masih ekspor, daripada gas yang di sini dikirim ke Jepang, tidak ekonomis, mungkin bisa dari Amerika saja yang posisinya lebih dekat.
Pasar semakin luas, dong. Jadi tidak cuma incar Amerika saja?
Di seluruh dunia lah, kebutuhan Indonesia kan terus tumbuh kalau dengan kondisi saat ini dan untuk memenuhinya bisa jadi dari impor. Kami sebagai anak usaha PGN cari alternatifnya.
Pendekatan ke negara lainnya sudah seperti apa?
Setiap hari kami scouting. Perlu dipahami, Saka Energi itu dibuat untuk support PGN. Tidak sekedar cari uang saja seperti perusahaan migas lain, kami cari gas untuk dipasok ke PGN. Kalau di Indonesia misalnya, mencari gas di mana belum ada infrastruktur PGN. Kalau sudah dapat nanti infrastruktur PGN bisa dibangun di situ.
Rencananya bagaimana?
Kami akan bangun 4 hub di Indonesia. Yakni East Java (Jawa Timur), East Kalimantan (Kalimantan Timur), Sumatra, lalu Papua. Niat bangun 4 hub itu, dapat gas disitu lalu dilanjut PGN bangun infrastruktur.
Sumatra kan sudah ada infrastruktur South Sumatra West Java (SSWJ)..
Iya, tapi pasokan gas sudah berkurang. Itu juga kan cuma untuk sampai Jawa Barat, nah ini mau kami kembangkan ke Jawa Timur. 4 hub itu target kami, jadi gak asal ambil blik. Nah, untuk AS itu economic hedging sekali lagi, kalau ekspor gas gak harus dari Indonesia ke tujuan ganti saja dengan gas dari AS karena lebih murah harganya. Ini ada grand strateginya, tidak asal.
Dari 26 blok yang lagi dilelang pemerintah, Saka ada yang minat untuk masuk ke hub-hub tadi?
Lagi dilihat, pastinya kalaupun dipilih untuk dukung hub ini.
Omong-omong soal gas, industri kan mengeluh harga gas di sini mahal. Dibanding di AS juga
Industri perlu tahu bisnis hulu gas itu kalau tidak ekonomis tidak bisa diproduksi. Kalau dia bilang gas harus murah seperti di luar negeri, kenapa dia ga bikin pabrik di sana aja terus produknya di bawa ke seni. Apa bedanya? Di Amerika kan harga gas pasti di bawah US$ 3, di sini tidak mungkin jadi jangan dipaksa turun.
Memang apa yang bikin harga gas di sini lebih mahal?
Tantangannya beda di Amerika dan di sini. Untuk eksplorasi itu butuh dukungan infrastruktur, bukan cuma sedia jalan tapi juga service company, pusat riset, kita gak ada. Apa-apa harus impor, itu mahal. Kalau mau eksplorasi datanya gak lengkap, perlu beli dulu. Di AS murah kalau ada-apa semua sedia langsung, just in time. Butuh pipa langsung datang. Selain itu juga ada soal permit,
Pemerintah kan sudah potong sampai ratusan aturan untuk permudah
Ya, kami terima kasih izin-izin dipotong. Tapi timelinenya belum diubah. Kalau dari 500 dipotong jadi sisa 2, tanpa timeline kan tetap bisa lama. Kalau ada kepastian timeline ini bisa lebih mudah. Misal seminggu sejak masuk dokumen pemerintah belum jawab artinya iya, atau seperti itu. Eropa itu banyak izinnya tapi ada timeline, jadi jelas.
Kedua ini kalau bisa jangan lagi perizinan tapi diubah jadi compliance. Kalau izin kan dikit-dikit mesti ajukan izin, buang dumping misalnya izinnya ada yang untuk di bawah 50 meter di atas 50 meter. Mending jadi compliance saja diatur bagaimana, nanti diaudit, kalau tidak memenuhi didenda. Jadi ditekankan tanggung jawab kontraktor.
Ini kan sudah pakai gross split, skemanya sebenarnya ingin industri migas berlari, tapi ini perlu dukungan tadi. Kalau dukungan tadi ada, gross split jalannya akan lebih bagus.
Proyeksi untuk harga minyak bagaimana, belakangan kan agak rally nih?
Asumsinya sih sampai beberapa tahun masih di kisaran US$ 60-an per barel, mungkin bisa naik ke level US$ 70. Tapi sulit untuk mencapai US$ 100-an per barel lagi karena dua tahun belakangan eksplorasi juga jarang karena harga minyak jatuh. Setahun dua tahun lah baru sentuh US$ 70 per barel.
Jadi gak mungkin ratusan dolar lagi?
Sekarang itu trennya listrik, di mana-mana berlomba-lomba menyediakan listrik murah, gak peduli sumbernya dari mana. Nah ini harus pintar pintar bauran energinya kalau terlalu mahal nanti yang dilirik sumber energi lain.
Target eksplorasi bagaimana?
Kami target 20-30 sumur di tahun ini dengan belanja modal US$ 200 jutaan. Kontribusi Saka ke PGN juga sampai saat ini kalau dari sisi revenue 11-15%.
(gus/gus) Next Article Istana Dukung Penuh BI Naikkan Bunga Acuan & Jaga Stabilitas
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular