Special Interview

Ambisi BRI Jadi Bank dengan 'End to End Financial Solution'

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
17 December 2018 09:19
Kutipan wawancara CNBC Indonesia dengan Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo.
Foto: Haru Koesmahargyo dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-123. Di usia yang panjang itu, bank pelat merah ini telah bertransformasi dari bank yang fokus di kredit mikro menjadi institusi yang berambisi untuk menyediakan seluruh layanan keuangan dalam satu platform.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan perseroan tengah berupaya memperluas bisnisnya ke bidang asuransi jiwa melalui proses akuisisi. Selain itu, bank dengan perolehan laba tertinggi di Indonesia ini juga berencana meningkatkan layanan pembayarannya demi memenuhi kebutuhan nasabah sekaligus menarik dana murah dengan mudah.

Di tengah ketidakpastian global dan ramalan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, Bank BRI telah menyiapkan beberapa strategi agar tetap dapat mengembangkan bisnisnya tahun depan, kata Haru.

Berikut adalah petikan wawancara Haru dengan Prima Wirayani dari CNBC Indonesia mengenai rencana bisnis dan aksi korporasi yang akan diambil perusahaan dalam beberapa waktu ke depan.

Bisa Bapak ceritakan mengenai kinerja BRI hingga kuartal ketiga kemarin?
Kita laporan terakhir September 2018 dan alhamdullilah banyak capaian kinerja yang sudah dihasilkan, terutama pertumbuhan kredit. Kita capai 16%, ini jauh di atas rata-rata nasional yang kurang lebih sekitar 12%. Dana pihak ketiga juga tumbuh 12%, jauh di atas rata-rata nasional 6%.

Demikian juga laba, kita sudah double digit, sampai September itu 13%. Ini saya kira merupakan capaian yang kita optimis selesaikan 2018 dengan baik.

Apa saja yang menjadi pendorong pendorong kinerja BRI?
Saya kira banyak ya. Pertama, kita harus tahu core competence bahwa kita punya mikro, kita kembangkan terus mikro. Nanti kita akan tumbuhkan kira-kira sampai 2022 menjadi 40% dari total kredit. Di konsumer kita naikkan terus supaya menjadi 1 dari 3 top di Indonesia.

Ambisi BRI Jadi Bank dengan 'End to End Financial Solution'Foto: Haru Koesmahargyo dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia


Apa saja tantangan untuk BRI tahun ini?
2018 kita kenal dengan beberapa turbulensi, yaitu makro terutama dari eksternal. Kita tahu Fed sangat agresif menaikkan suku bunga. Kemudian nilai tukar. Nah, ini harus kita kelola dengan bagus.

Kita ikuti juga untuk suku bunga, kita sesuaikan di simpanan dulu kemudian di kredit. Alhamdulillah sekarang sudah sedikit pelan, melambat, dan sudah mulai normal. Saya rasa kita sudah antisipasi semua itu.

Bagaimana target BRI sampai akhir tahun?
Target kita di awal tahun kemarin bahwa tahun ini kita akan tumbuh 12%-14% untuk kredit dan saya kira dari track sampai September kita positif, confident, bisa mencapai 12%-14%. Biasanya di Q4 itu ada peningkatan. Cyclical-nya Q1 agak pelan kemudian normal, Q3 sampai Q4 baru meningkat.


Bagaimana target bisnis BRI tahun depan?
Kalau kita lihat sisi makro, yaitu dari APBN, pertumbuhan rencananya 5.2%, itu positif sekali. Kita bisa dukung pertumbuhan ini dengan pemberian kredit. Kemudian kita lihat Fed juga sudah normalisasi. Saya kira perekonomian Indonesia akan cukup terbantu. BI juga sudah cukup antisipatif dan kita lihat sekarang sudah normal. Jadi, kita positif tahun depan tumbuh 12%-14% untuk kredit.

Apa saja tantangan untuk tahun depan?
Kunci pertumbuhan perbankan adalah pertumbuhan ekonomi sendiri, kedua adalah kestabilan nilai tukar dan juga likuiditas yang ada. Kita juga jaga bahwa likuiditas bisa kita peroleh bukan hanya dengan cara konservatif, seperti perolehan simpanan, tabungan, deposito, tapi bagaimana menciptakan transaction payment yang bisa menarik para pengguna menggunakan BRI payment-nya sehingga akan menambah jumlah transaksi dan mereka akan maintain rekeningnya di BRI. Kira-kira ini akan menambah CASA.
Bisa Anda jelaskan lebih lanjut mengenai transaction payment?
Kalau kita lihat bahwa penabung atau depositor itu menaruh uangnya dengan berbagai motivasi. Ada yang untuk mendapatkan yield, seperti deposito, ada juga yang untuk transkasi atau untuk simpanan yang berjaga-jaga, misalnya tabungan. Tapi di luar itu ada yang pakai BRI untuk transaksi, misalnya pembayaran, transfer, beli pulsa, dan lain-lain. Mereka akan sangat aktif. Kalau BRI bisa sediakan layanan itu dengan cepat dan reliable, mereka akan banyak lagi yang menggunakan BRI dan juga bisa menjadi sumber dana murah bagi BRI.


Berarti strategi tahun depan lebih mengembangkan transaction payment?
Saya kira begitu. Tren ke depan kan kita tahu bahwa kebutuhan masyarakat itu sudah lebih luas dan akan banyak membutuhkan transaction payment yang lebih reliable. Orang tidak hanya sekarang ke bank untuk melakukan pembayaran, menabung. Mereka sekarang bisa melakukannya di rumah, di jalan, pakai mobile phone. Kita juga harus punya sistem pembayaran yang reliable. Ini tantangan bagaimana supaya cepat, mudah digunakan, dan murah. Dan ini adalah kunci ke depan karena kita tidak bisa lagi bergantung pada perbankan yang konvensional.

Gubernur The Fed Jerome Powell kemarin sudah memberi pernyataan lebih dovish terkait stance-nya ke depan. Bagaimana BRI melihat kenaikan suku bunga The Fed tahun depan?
Kalau saya bilang, kekhawatiran terkait The Fed itu bahwa AS lakukan tax cut dan ini mendorong pertumbuhan sampai 4% dan ini mendorong inflasi dan kekhawatiran inflasi ini ditekan dengan menaikkan suku bunga.

Nampaknya pertumbuhan ekonomi AS pada pertengahan 2018 nampaknya sudah mulai normal, yang tadinya sempat 4% turun jadi 3% dan inflasinya saya kira normal, agak sedikit ter-manage dengan baik.

Jadi kalau saya bilang, possibility untuk menaikkan seperti yang sudah dibilang tiga kali nampak lebih kecil. Jadi, dari tiga jadi dua atau bahkan mungkin satu kali.

Ambisi BRI Jadi Bank dengan 'End to End Financial Solution'Foto: Foto/Wawancara Eksklusif


Bagaimana dengan respons BI?
BI pertama sudah sangat responsif, proaktif dengan menaikkan lebih dulu. Ini terbukti dengan kestabilan nilai tukar kita. Tapi dengan kemungkinan Fed lebih sedikit menaikkan suku bunga, BI tentu ikuti hal yang sama. Jadi, bisa diproyeksikan 2019 itu lebih stabil dibandingkan 2018.

2019 lebih stabil, untuk rencana aksi korporasi BRI apakah akan jadi lebih terencana tahun depan?
Kalau aksi korporasi kita punya beberapa poin yang kita lakukan di 2019. Pertama yang sifatnya non-M&A, yaitu akan terbitkan obligasi, rencananya Rp 20 triliun pagu untuk tiga tahun. Jadi, kita bisa pakai Rp 7 triliun di 2019, Rp 7 triliun lagi di 2020, dan mungkin sisanya Rp 6 triliun di 2021. Tapi kombinasi itu fleksibel, kita lihat kondisinya.

Kita juga sedang explore kemungkinan penerbitan global bond, green bond tepatnya. Ini adalah hal baru karena kita sudah didorong. Biasanya para investor asing ingin melihat emiten-emiten Indonesia lebih kepada sustainable finance. Satu di antaranya itu adalah global bond tadi.

Untuk M&A, kita juga ada rencana untuk meningkatkan jumlah layanan, variabilitas layanan. Kita sudah punya bank, kita ada layanan syariah, finance, kemudian asuransi. Nah, mudah-mudahan tahun ini kalau sesuai rencana, kita akan punya satu perusahaan sekuritas dan aset manajemen dan bisa juga tahun depan kita rencanakan asuransi. Kita sudah punya life insurance, mudah-mudahan tahun depan kita bisa tambah general insurance. Jadi dengan demikian maka variabilitas layanan jadi lebih lengkap. Nah, kami ingin menjadi... visi menjadi financial institution yang memberikan wide range atau end to end financial solution, bukan cuma banking product tapi juga financial product.

BRI baru saja mengakuisisi anak usaha Bahana Ventura dan Danareksa Sekuritas. Rencananya mau diapakan kedua perusahaan ini?
Kalau ventura kita memang punya rencana untuk beli venture capital, Bahana Ventura, anaknya barangkali ya. Jadi, ini akan kita kembangkan untuk CVC, yaitu corporate venture capital. Jadi, perusahaan-perusahaan yang mungkin tidak terkait langsung dengan keuangan tapi kita punya perusahaan yang mendukung transaksi perbankan misalnya ada startup-startup yang memiliki aktivitas credit scoring kemudian peer-to-peer lending, payment, dan sebagainya, kita akan masuk ke sana juga.

Kemudian mengenai sekuritas dan investment management, kita tahu bahwa kebutuhan hari ini bahwa program-program seperti Yuk Nabung Saham itu kita harus dukung juga. BRI punya jutaan, puluhan juta customer dan mereka adalah sebuah pasar yang efektif buat penetrasi pasar modal. Kita sudah penetrasi perbankan, kita juga akan penetrasi pasar modal. Jadi, keikutsertaan masyarakat, publik, terutama mereka yang nasabah BRI, kita juga dorong mereka punya program untuk nabung saham. Jadi, dengan adanya sekuritas, kita harapkan program ini bisa terlaksana.

Investment management juga demikian. Kita punya dana-dana di internal kita, yaitu pension fund, DPLK, YKP, dan ini semua memiliki kumpulan dana yang harus diinvestasikan. Dengan adanya Investment management ini akan bisa menyalurkannya ke investasi yang produktif.

Mengenai general insurance, apa akan akuisisi juga atau bentuk perusahaan baru?
Saya kira kita akan akuisisi yang ada. Kita memang belum punya target tertentu tapi saya kira yang jelas general insurance diperlukan untuk melengkapi ini. Kita tahu bahwa asuransi kerugian sudah sangat erat dengan aktivitas perbankan juga, dengan nasabah kita juga. Jadi, mereka bisa datang ke BRI atau BRI Group dengan puas dan bisa menikmati berbagai layanan keuangan yang ada. Jadi, kita ingin menyediakan semua produk keuangan ini secara lengkap dalam BRI Group. Mudah-mudahan kelar 2019. Kan prosesnya panjang, biasanya enam bulan.

Berapa banyak capital expenditure (capex) yang dipersiapkan BRI tahun depan?
Kita selalu menyediakan yang cukup fleksibel, mungkin sekitar Rp 7 triliun. Itu kita akan pakai, satu, injeksi modal perusahaan anak yang ada supaya memperkuat permodalan. Kalau asuransi, kita tingkatkan juga namanya risk-based capital. Kalau finance juga demikian dan nanti ada perusahaan baru general insurace, dan lain-lain. Ini yang akan tentu akan tingkatkan kapabilitas mereka untuk ekspansi walaupun kita lihat bahwa pada praktiknya nanti kita lihat betul-betul efektif penggunaan capex ini bermanfaat bagi perusahaan itu sendiri maupun beri kontribusi ke BRI.

Ambisi BRI Jadi Bank dengan 'End to End Financial Solution'Foto: Haru Koesmahargyo dalam wawancara eksklusif dengan CNBC Indonesia


Sumber dananya?
Kas perusahaan.

Rencana penerbitan obligasi BRI untuk apa?
Obligasi sifatnya senior. Kita akan gunakan untuk ekspansi pinjaman kita. Kita tahu bahwa jumlah kredit kita ada sebagian yang tenornya panjang sedangkan deposito, liabilitas BRI dari DPK umumnya pendek, 3-6 bulan. Ini sebenarnya satu untuk me-replace obligasi yang beberapa tahun lalu sudah kita terbitkan dan akan jatuh tempo dan untuk perkuat pendanaan jangka panjang. Itu kita lakukan supaya bisa cukup manage yang namanya mismatch, jadi long term vs long term.

Kedua, kita ingin produk bond BRI ada di dalam pasar modal, ingin jadi benchmark juga bahwa ini produk pilihan bagi investor. Kita ingin ketika investor yang pegang dan jatuh tempo, ada lagi produk serupa yang kita terbitkan.
Untuk kinerja saham BRI sepanjang tahun ini masih negatif tapi lebih baik bila dibandingkan dengan IHSG atau saham-saham perbankan lainnya. Bagaimana pandangan direksi?
BRI ini cukup banyak investor retailnya. Mereka punya investment horizon yang mungkin agak sedikit berbeda. Ada yang long, ada yang short term. Kadang yang short term ini sering menggerakkan harga. Tapi kami yakin fundamental kinerja BRI akan bisa tumbuhkan harga saham BRI itu sendiri. Barangkali short term ada naik atau turun, itu biasa tapi secara long term kalau kita lihat pertumbuhannya luar biasa. Dari awal kita IPO 2003 itu Rp 875. Kalau sekarang, kita stock split dua kali harganya sudah Rp 35.000, hampir 40 kali dalam tempo 15 tahun.

Jadi, kalau lihat dari short term hanya dalam 1 bulan atau 1 minggu, kita lihat ada fluktuasi sedikit. Tapi long term tumbuh terus hampir 40 kali lipat dalam tempo 15 tahun.

BRI baru saja mendapatkan penghargaan untuk penambahan investor karyawan terbanyak. Bisa diceritakan mengenai hal ini?
Jadi, dua hal. Pertama, tentu kita ingin menggalang para pemodal-pemodal, terutama ritel. Jadi, program untuk pasar modal Indonesia juga tercapai penambahan jumlah investor ritel. Kedua, kita ingin beri remunerasi, benefit tambahan kepada pekerja tapi sifatnya long term bukan sekadar cash supaya mereka ikut merasakan memiliki perusahaan ini. Mereka bekerja di BRI, mereka juga memiliki, mereka juga punya dorongan bagaimana memajukan perusahaan ini. Kemarin kita sudah berikan kurang lebih 30.000 akun tambahan. Tahun depan insya Allah kita tambahkan lagi. Kita targetkan mudah-mudahan akhir tahun depan menyentuh jumlah 100.000.

Apa yang akan perusahaan lakukan supaya para investor yang memegang saham BRI semakin banyak membeli saham ini?
Tentu fundamental yang penting, sustainability yang penting. Menghasilkan profit tapi short term kurang bagus. Yang dilihat investor itu biasanya long term. Apakah perusahaan ini mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan? Itu yang harus kita terus jaga. Bagaimana BRI bisa terus tumbuh? Nah, ini strateginya ke depan bagaimana kita memperkuat core competency kita di mikro. Kita terus tumbuhkan mikro, kita tambah personel kemudian juga kita punya yang namanya agen bank namanya BriLink. Ini menjadi salah satu pemasar juga karena nasabah-nasabah yang sebelumnya belum terjangkau menjadi terjangkau. Mereka akan gunakan agen-agen ini untuk transaksi perbankan yang basic. Kemudian mereka akan terdorong untuk buka rekening, ini akan terus menambah jumlah rekening di BRI.

Kemudian juga di segmen-segmen lain kita terus juga punya strategi masing-masing. Di konsumer kita akan juga bagaimana bisa meningkatkan penetrasi di konsumer terutama yang di payroll. Kita naikkan CASA-nya, bagaimana bisa menggalang dana-dana murah dari para middle class yang sangat banyak di level menengah. Kita akan tingkatkan kualitas profitabilitasnya dan ini harapannya adalah bahwa ke depan kita tetap core competency di mikro dan UMK dan secara keseluruhan peningkatan profitabilitas.

Ada rencana kembangkan fintech?
Sebelum ke fintech, kita tahu bahwa fintech ini sangat marak sekarang dan kita tahu bahwa mereka sudah bersentuhan dengan produk-produk perbankan, contohnya peer-to-peer lending, payment, dan sebagainya. Dua hal sebenarnya. Ke dalam, kita akan melakukan inovasi untuk bagaimana mempercepat proses operasional.
Contohnya pemberian kredit terutama yang kecil-kecil di mikro. Biasanya perlu waktu yang cukup lama karena kita tahu bahwa kredit yang kecil kadang-kadang tempatnya jauh. Itu sebuah tantangan, memakan waktu berhari-hari dari kita approach sampai kemudian kita putus, kita beri disbursement, itu butuh waktu berhari-hari mungkin juga minggu.

Nah, dengan teknologi kita kembangkan yang namanya proses digitasi pemberian kredit mikro namanya BriSpot. Dengan BriSpot, kita bisa memotong turnaround time. Jadi bisa 24 jam. Ini bagaimana membuat layanan jadi cepat. Jadi, kita berbenah, berinovasi. Itu ke dalam. Ke luar, kita juga bagaimana menciptakan customer experience sehingga mereka bisa mengakses, melakukan aplikasi, buka rekening, apply pinjaman dengan menggunakan aplikasi juga. Ini lebih cepat, lebih mudah, tidak harus datang ke kantor. Boleh mereka datang tapi mereka bisa akses itu dari rumah, di kantor, di jalan.

Di luar kita tahu banyak fintech dan kita merasakan bahwa kita tidak bisa fight, kita lawan. Mereka itu adalah sebenarnya sama dengan kita dan mereka gunakan teknologi. Dan terhadap fintech-fintech ini kita kerja sama. Kita juga sudah kerja sama dengan fintech lending. Mereka punya akses customers, users mereka dan kita bisa ambil itu dan kita melakukan screening dan kita beri kredit dengan dana BRI.

Jadi, kalau umumnya kita gunakan outlet kita, nah kita gunakan input dari mereka, diproses di kita, kita berikan. Ini juga merupakan kerja sama. Mereka juga merasakan bahwa BRI bisa berikan dukungan bagi fintech-fintech ini. Demikian juga untuk fintech-fintech lain. Kita juga melalui venture capital kita bisa ikut partisipasi misalnya credit scoring kemudian remittance. Sekarang kita juga tahu jumlah migrant worker Indonesia di luar cukup banyak, jutaan ya. Dengan aplikasi ini diharapkan mereka bisa kirimkan uangnya dengan murah dan cepat.

Ini sangat terkait, memang bukan produk bank langsung karena ini lebih kepada logistik. Tetapi, dengan ikut memiliki itu, maka kita juga punya akses ke sana, kita mendapatkan jumlah nasabah baru di luar negeri untuk bisa menggunakan ini. Dan begitu uang dikirimkan, BRI ini punya kantor yang paling banyak sehingga fintech-fintech ini merasakan bahwa kapasitas BRI, infrastruktur BRI itu sangat valuable buat mereka.



(prm) Next Article Bos BRI Bicara Soal Aksi Korporasi & Rencana Bisnis ke Depan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular