Dari Pasir Silika ke Langit Digital
Dari visi Soeharto hingga BJ. Habibie hingga kepemimpinan Prabowo Subianto, bangsa ini meneguhkan kedaulatan teknologi dan ekonomi digital.
Penulis termasuk anak-anak bangsa penerima beasiswa negara, generasi yang dibentuk oleh visi Soeharto-Habibie: belajar bukan untuk pergi, tetapi untuk pulang dan membangun. Kini, di bawah kepemimpinan Prabowo, cita-cita itu menemukan wujud barunya: kemandirian teknologi sebagai kekuatan nasional.
Indonesia memiliki semua unsur untuk menjadi kekuatan industri baru. Dari pasir silika di Bangka dan Belitung, energi panas bumi di Sumatra dan Sulawesi, hingga ratusan ribu talenta muda teknik dan informatika.
Selama ini, bahan mentah dikirim keluar negeri dan nilai tambahnya kita beli kembali dalam bentuk chip, panel surya, atau router impor. Kini, siklus itu bisa diakhiri, bukan dengan wacana, melainkan karya nyata.
Langkah pertama dimulai dari bumi. Program Green Wafer 10 GWp sedang disiapkan untuk memurnikan pasir silika menjadi silikon hijau berstandar global. Dengan energi terbarukan, Indonesia dapat memproduksi bahan utama panel surya dan semikonduktor beremisi karbon rendah. Industri ini bukan hanya pengganti impor, tetapi fondasi baru ekonomi bersih yang menciptakan lapangan kerja berkeahlian tinggi dan menurunkan emisi nasional.
Di bidang energi cerdas, Smart Meter Nasional akan menjadi jantung efisiensi listrik Indonesia. Jutaan rumah tangga, pabrik, dan kawasan industri akan terhubung dalam satu sistem pemantauan real-time, memungkinkan penghematan energi, integrasi kendaraan listrik, dan transparansi konsumsi daya. Dari jaringan ini lahir ekosistem Energy IoT Indonesia yang mengubah cara bangsa ini memproduksi dan memakai energi.
Transformasi digital juga memasuki ruang udara. Perangkat Wi-Fi 7 lokal mulai diproduksi di Bandung dan Batam dengan kandungan lokal di atas 70 %. Router generasi baru ini bukan sekadar alat koneksi, tetapi simbol kemandirian manufaktur digital Indonesia.
Jika digandeng dengan jaringan satelit LEO nasional, akses internet berkecepatan tinggi dapat menjangkau sekolah, kampung nelayan, hingga pos perbatasan, menjadikan konektivitas sebagai hak dasar seluruh warga.
Seluruh infrastruktur itu akan berpijak pada Cloud Berdaulat Indonesia, sebuah sistem penyimpanan dan komputasi awan yang sepenuhnya berada di wilayah hukum nasional.
Dengan dukungan hyperscaler TKDN 90 % dan sertifikasi keamanan BSSN, Indonesia memastikan data publik, finansial, dan industri strategis tidak bergantung pada pusat data asing. Inilah lompatan menuju ekonomi data berdaulat yang memperkuat kedaulatan digital bangsa
"Bangsa ini lahir dari semangat mencipta, bukan membeli. Kemandirian tidak diimpor - ia ditempa dari pikiran dan tangan anak negerinya sendiri."
Jika seluruh rantai nilai ini bergerak serempak, dari pasir silika hingga server, dari chip hingga satelit, efek ekonominya luar biasa. PDB nasional tumbuh signifikan, devisa berhemat triliunan rupiah per tahun, dan ratusan ribu pekerjaan teknik baru tercipta. Lebih dari itu, Indonesia memperoleh posisi baru di dunia: bukan sekadar pasar, melainkan pencipta nilai teknologi.
Dari Habibie ke Prabowo: Menyambung Janji Sejarah
Empat dekade lalu, Soeharto dan Habibie menyalakan keyakinan bahwa bangsa besar tidak diukur dari tambangnya, tetapi dari kemampuannya menciptakan teknologi. Hari ini, Prabowo menghidupkan kembali bara itu dengan keberanian politik untuk menjadikan teknologi sebagai alat kedaulatan nasional.
Dari Green Wafer hingga LEO Satellite, dari Smart Meter hingga Cloud Berdaulat, semuanya berpadu dalam satu tujuan: menjadikan Indonesia berdiri di atas kakinya sendiri di era digital. Jika generasi Habibie menanamkan semangat "Indonesia bisa membuat," maka generasi Prabowo akan membuktikannya.
Kedaulatan bukan warisan, ia perjuangan yang diperbarui di setiap zaman. Dan dalam perjuangan itu, kami siap berdiri di garis depan, bukan untuk penghargaan, tetapi untuk menunaikan amanah sejarah: bahwa dari pasir silika pun, bangsa ini mampu menyalakan langit masa depannya.
"Dari Habibie dan Soeharto hingga Prabowo: kemandirian bangsa adalah janji sejarah yang kini sedang ditepati."
"Indonesia tak lagi menunggu masa depan. Kita sedang menciptakannya."
(miq/miq)