Pesan Ki Hajar Dewantara dan Urgensi Pendidikan Nasional untuk Semua

Kuntjoro Pinardi, CNBC Indonesia
01 August 2024 12:25
Kuntjoro Pinardi
Kuntjoro Pinardi
Kuntjoro Pinardi merupakan pengajar di Institut Sains Teknologi Nasional. Ia adalah Ahli Manajerial dan Tata Kelola Sistem Kebijakan Energi dan Sumber Daya Mineral serta Kebijakan Pembelajaran Individu untuk Generasi Emas Indonesia. Alumni Program Habibi.. Selengkapnya
Jumlah Pelajar dari Berbagai Jenjang Pendidikan
Foto: Ilustrasi pelajar sekolah dasar. (Edward Ricardo/CNBC Indonesia)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Ki Hajar Dewantara, tokoh bangsa dan Bapak Pendidikan Indonesia, selalu menekankan bahwa pendidikan dan pengajaran adalah proses memanusiakan manusia, menjadikan manusia sesuai dengan harkat dan martabat yang ditentukan oleh sang pencipta. 

Proses ini tentu tidak bisa terjadi jika semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, seperti guru dan murid sebagai aktor utama, serta pemerintah dan orang tua sebagai aktor pendukung, tidak bersatu dalam mencapai tujuan pengajaran.

Ketidakharmonisan antara pemangku kepentingan bisa mengakibatkan kesenjangan hasil pendidikan di berbagai wilayah Indonesia. Sering terdengar semakin jauh dari kota besar, semakin besar kesenjangannya.

Mengapa terjadi? Kecukupan ilmu (fathonah) tidak tercapai karena guru tidak memahami materi pengajaran ataukah siswa tidak memiliki keinginan untuk menggali ilmu lebih dalam. Pengajar dan penerima pengajaran harus bisa disatukan dalam pendidikan yang holistik, pola mengajar dan pola menerima bahan ajar harus selalu dilandasi sisi pedagogis (metode pengajaran yang baik) dan sisi sosiologis (pemahaman atas kondisi sosial semua pihak).

Apakah ada solusi untuk ini? Penyediaan sumber daya belajar menjadi kunci agar pihak pendidik dan siswa dapat mengakses sumber ilmu. Di era sistem terbuka bebas saat ini, kita tidak perlu membuat semua bahan ajar, bahan ajar dapat dibuat oleh guru-guru besar di universitas terdekat.

Tentunya setiap kegiatan belajar tetaplah harus didukung pendidik di setiap lembaga pendidikan, sistem belajar mandiri tidak akan bisa berhasil tanpa ada peran pendidik.

Tersedianya bahan ajar dan tenaga pendidik tentunya hanya tahap awal untuk memastikan ketersediaan pendidikan nasional bagi semua. Kendala lainnya di era terbuka teknologi ada potensi terjadinya kondisi bahwa masyarakat punya keinginan untuk berprestasi tanpa usaha. Potensi terjadinya ini dapat disebabkan oleh kurangnya karakter sidik (kejujuran) dalam insan pendidikan Indonesia.

Tidak adanya karakter sidik (berkata benar dan jujur dan tidak bohong) dapat terjadi pada semua pemangku kepentingan sektor pendidikan. Kurikulum yang tidak sesuai dengan karakter daerah juga menyebabkan pola penilaian mengabaikan nilai sidik.

Ketidaksesuaian kurikulum tanpa pemahaman kognitif masyarakat, menjadi andil besar dalam proses erosi nilai. Karakter instan insan pendidikan, karakter tanpa aspek sidik, bisa jadi awal terjadinya keruntuhan pendidikan Nasional. Kurangnya penerapan landasan etis dan moral dalam pendidikan yang menekankan pentingnya kejujuran dan integritas.

Nilai-nilai seperti kejujuran dan usaha ini sangat penting untuk ditekankan, karena keduanya membentuk dasar etika dan komitmen yang diperlukan untuk mencapai hasil yang berkualitas dan harus dikedepankan dalam Pendidikan Nasional kita menuju Indonesia Emas.

Penilaian formatif dan sumatif berbasis kejujuran dan kerja keras selama proses belajar atau kerja dapat membantu dalam menciptakan generasi emas Indonesia yang siap bekerja lebih terstruktur dan terencana.

Semua pemangku kepentingan tentunya menginginkan agar kegagalan dalam pendidikan tidak terjadi. Ketidakpahaman atas landasan pendidikan dapat terjadi di level kelas maupun pada level pemegang kebijakan. Ketidakpekaan terhadap efek atau dampak dari ketidaktahuan sebagai pendidik menyebabkan apa yang diajarkan tidak sesuai dengan hakikat keilmuan.

Keinginan untuk tercapainya transfer ilmu tidak akan terwujud jika pendidik hanya menarasikan sesuai keinginan mereka tanpa mencari tahu apakah keilmuan mereka sudah memadai.

Kepekaan pendidik harus selalu menjaga karakter fathonah, menjaga keilmuan agar sesuai dengan kaidah-kaidah umum yang berlaku, dan tentunya tidak melupakan karakter sidik. Kejujuran dalam interaksi dengan semua stake holder sangat penting.

Dengan memperbaiki ekosistem pendidikan, termasuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal, serta meningkatkan metode pengajaran, kita dapat mengatasi fenomena kebelumberhasilan pendidikan dan mencapai tujuan pendidikan nasional untuk semua yang diinginkan sesuai dengan visi Ki Hajar Dewantara.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation