Investasi Riset & Inovasi: Kunci SDM Berkualitas Demi Indonesia Cerdas

M Pradana Indraputra, CNBC Indonesia
22 February 2024 13:20
M Pradana Indraputra
M Pradana Indraputra
Muhammad Pradana Indraputra atau biasa dikenal dengan sapaan Mas Dana merupakan Staf Khusus Bidang Percepatan Penyelesaian Isu Strategis Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian ESDM. Ia juga merupakan Ketua Millenial Business Center Ikatan Alumni.. Selengkapnya
Anggaran Pendidikan Meroket Terus, Lari Kemana Saja?
Foto: Ilustrasi pendidikan (Aristya Rahadian/CNBC Indonesia).

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Indonesia saat ini sedang mengalami bonus demografi di mana angka penduduk usia produktif atau angkatan kerja (usia 15-64 tahun) mencapai 70,72%, lebih besar dibandingkan usia nonproduktif (di bawah 5 tahun dan di atas 64 tahun), berdasarkan data yang dilaporkan Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2020.

Momen ini adalah kesempatan emas bagi Indonesia untuk bersaing dan mempercepat kemajuan bangsa yang hanya dapat diraih apabila didukung dengan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas dan berkualitas. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk terus mendorong minat dan realisasi investasi yang tidak hanya fokus pada sektor riil, tetapi juga di sektor pendidikan dan riset.



Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) adalah sebuah lembaga yang dicetuskan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati pada tahun 2011. Program fasilitas pendidikan dan riset yang diberikan oleh LPDP menyalurkan beragam beasiswa bagi ribuan mahasiswa untuk menimba ilmu di perguruan tinggi dalam dan luar negeri.

Hingga Agustus 2023, LPDP telah menyalurkan dana sebesar Rp 15 triliun dari total dana abadi atau endowment fund yang dikelola LPDP hingga akhir tahun 2023 sebanyak Rp 139,11 triliun. Dana bantuan tersebut telah digunakan untuk mendanai 10.159 putra-putri bangsa untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi dengan pembagian 6.633 mahasiswa menempuh pendidikan di dalam negeri dan 3.526 mahasiswa di luar negeri.

Selama beberapa tahun dijalankan, program-program LPDP telah menciptakan banyak alumni yang mengukir prestasi. Salah satu alumni LPDP yang sukses dalam kariernya adalah Benazir Syahri yang kini bekerja di Sekretariat ASEAN.

Selain itu, terdapat juga Billy Mambrasar yang pernah menjabat sebagai Staf Khusus Presiden RI. Pencapaian Benazir dan Billy adalah bukti anak muda Indonesia mampu bersaing di tingkat global dan peran pemerintah sangat strategis guna meraih kemajuan SDM bangsa.

Selain 10.159 mahasiswa penerima beasiswa tersebut, dana LPDP juga dialokasikan kepada penerima beasiswa dari Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi dengan jumlah 75.902 penerima dan dari Kementerian Agama dengan jumlah 27.575 penerima.

Guna menyokong kepentingan riset, pemerintah juga mengalokasikan dana LPDP dengan jumlah lebih dari Rp 1,89 triliun untuk 2.463 proyek riset, Rp 1,18 triliun untuk 1.622 riset on-going, Rp 710 miliar untuk 841 riset selesai, dan Rp 110 miliar untuk pendanaan skema Riset dan Inovasi Indonesia Maju (RIIM) dengan Badan Riset dan Inovasi Negara (BRIN) hingga Agustus 2023. Angka itu akan terus meningkat seiring bertambahnya proyek riset yang didanai.

Namun, upaya tersebut ternyata masih belum cukup memadai mengingat Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara maju dalam hal investasi riset dan pengembangan. Menurut Data Research and Development World (2023), Indonesia berada di peringkat ke-34 dari 40 negara dengan anggaran riset hanya sebesar US$ 8,2 miliar atau dengan rasio penganggaran riset terhadap PDB paling rendah, yakni hanya sebesar 0,24 %.

Walaupun demikian, pada 15 November 2022, pemerintah RI melalui Otoritas Ibu Kota Nusantara (OIKN) menandatangani nota kesepahaman dengan Stanford Doerr School of Sustainability, Stanford University, California, Amerika Serikat untuk membangun pusat riset di IKN. Beberapa bidang riset yang akan dibangun antara lain pengelolaan air, pembangunan perkotaan yang berkelanjutan (sustainable urban development), dan robotik.

Stanford Doerr School of Sustainability adalah sebuah sekolah di Stanford University yang berfokus pada perubahan iklim dan keberlanjutan. Sekolah ini juga meneliti berbagai bidang ekstraksi dan pengembangan bahan bakar fosil.

Lebih luas lagi, Stanford University merupakan salah satu perguruan tinggi paling bergengsi di dunia yang telah menghasilkan banyak alumni penting. Semisal, Reed Hastings yang merupakan Co-Founder Netflix dan alumni program master Stanford. Demikian pula dengan Presiden ke-35 Amerika Serikat, John F. Kennedy, yang meraih gelar MBA di Stanford University.

Dengan reputasi dan kapabilitas yang dimiliki Stanford, kerja sama itu tentu akan sangat bermanfaat bagi pengembangan riset dan inovasi di Indonesia. Hasil riset yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan IKN sebagai Smart Sustainable City yang pada akhirnya juga dapat diterapkan di kota-kota lain di Indonesia.

Hal tersebut sangat memungkinkan mengingat Stanford Doerr School of Sustainability menduduki peringkat ke-3 sebagai program earth science terbaik setelah Massachusetts Institute of Technology (MIT) menurut U.S. News & World Report pada tahun 2014.

Selain itu, pemerintah juga sedang menjajaki kerja sama serupa dengan University of Leiden, Erasmus University, dan Delft University of Technology yang tergabung dalam LDE Alliance dari Belanda. Ke depannya, pusat-pusat riset cemerlang dan bergengsi diharapkan dapat terbangun di IKN berkat kerja sama ini.

Oleh sebab itu, pemerintah RI harus terus mendorong partisipasi perguruan tinggi baik dalam dan luar negeri dalam pengembangan riset dan inovasi di Indonesia. Dengan mengembangkan iklim investasi pendidikan melalui skema tax holiday ataupun tax allowance bagi institusi riset dan inovasi di Indonesia.

Skema tersebut ditujukan agar perguruan tinggi papan atas tersebut tidak hanya mengembangkan pusat kajian di Indonesia tetapi juga membangun kampus di Indonesia. Dengan investasi besar di bidang pendidikan tinggi dan riset yang melibatkan kolaborasi global, saya yakin Indonesia bisa mewujudkan SDM unggul yang mampu bersaing dan berinovasi.

Inilah kunci utama untuk mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2045 dengan menjadi kekuatan ekonomi dunia yang besar dan berpengaruh.


(miq/miq)

Tags

Related Opinion
Recommendation