Konferensi Iklim: Kesempatan, Jika Kita Bersungguh-Sungguh

Annalena Baerbock, CNBC Indonesia
29 November 2023 16:30
Annalena Baerbock
Annalena Baerbock
Annalena Baerbock adalah Menteri Luar Negeri Jerman yang menjabat sejak tahun 2021. Dari 2013 hingga sekarang, Baerbock adalah anggota parlemen Jerman (Bundestag) mewakili Partai Hijau (Bundnis 90/Die Grunen) Jerman dan sempat menjabat sebagai ketua umum .. Selengkapnya
Annalena Baerbock (Buendnis 90/Die Gruenen). (Dok: Thomas Imo/photothek.net)
Foto: Menlu Jerman Annalena Baerbock(Dok: Thomas Imo/photothek.net)

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Seorang petani di Nigeria mengalami kekeringan lahan akibat kemarau.

Seorang ayah di Palau tidak mengetahui, apakah rumahnya masih akan tetap berdiri saat anaknya sudah dewasa- atau kenaikan permukaan air laut akan menenggelamkan
kampungnya.

Para walikota di Spanyol, Jerman, Lituania, yang harus menemukan cara untuk melindungi kotanya dari kekurangan air sekaligus banjir bandang yang semakin berbahaya.

Di segala penjuru dunia yang terlihat, kita semua berhadapan dengan sebuah krisis yang sama: krisis iklim.

Krisis ini merupakan tantangan keamanan terbesar di zaman ini. Kita semua terdampak oleh krisis ini-dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda, tetapi dengan kegetiran yang sama.

Yang memberikan saya harapan adalah bahwa kita mempunyai pengetahuan, teknologi, maupun instrumen yang dapat membendung krisis iklim ini bersama-sama. Yang kita butuhkan adalah kemauan secara politis.

Di tahun 2015, komunitas dunia telah menunjukkan kemauan ini dan, melalui Perjanjian Paris, telah meletakkan batu pondasi untuk dunia baru yang netral iklim. Selain itu, hampir 170 negara menetapkan tujuan iklim yang berambisi. Pengembangan energi terbarukan telah digalakkan secara pesat.

Namun, saat kita berkumpul di Konferensi Perubahan Iklim (COP) di Dubai dalam hitungan hari, kita juga akan mengetahui: Kita sedang berlomba melawan waktu- dan hingga saat ini kita bergerak terlalu lambat.

COP yang akan berlangsung merupakan sebuah kesempatan besar untuk meningkatkan tempo, yang harus dimanfaatkan bersama-sama dengan aliansi yang membuka jalan. Di Dubai, untuk pertama kalinya kita akan melaksanakan "Globak Stocktake" yang telah disepakati di Paris. Melalui ini, kita akan meninjau kemajuan kita dalam mencapai sasaran Perjanjian Paris dan bagian mana saja kita masih perlu menajamkan upaya.

Dari sudut pandang Jerman, terdapat tiga poin utama.

Pertama: Kita harus mempercepat transisi energi global secara masif hingga tahun 2030, karena setiap ton emisi CO2 dari suatu negara berdampak buruk bagi kita semua. Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), kita harus menurunkan emisi global sekurangnya 43% dalam sepuluh tahun ke depan. Setiap persen pengurangan gas rumah kaca, setiap persen berarti lebih sedikit kekeringan, lebih sedikit banjir, lebih sedikit korban bencana alam.

Pada tataran Uni Eropa, melalui Green Deal kami telah menetapkan peta jalan untuk netralitas iklim hingga tahun 2050. Jerman telah menetapkan kewajiban secara undang-undang untuk menjadi netral iklim pada tahun 2045.

Namun demikian, transisi energi adalah sebuah tugas global.

Maka dari itu, dalam COP kali ini, kami berkomitmen untuk bersama-sama menyelaraskan tujuan untuk meningkatkan energi terbarukan sebanyak tiga kali lipat dan efisiensi energi sebanyak dua kali lipat, serta secara bertahap meninggalkan pemakaian energi fosil.

Kedua: alat terbaik kita untuk melawan krisis iklim adalah solidaritas. Oleh karena itu, kita harus berdiri secara bahu-membahu dengan rakyat yang memberikan kontribusi paling sedikit terhadap penyebab krisis iklim, namun saat ini telah terdampak paling berat dari semuanya.

Jerman telah meningkatkan pendanaan iklim tahuannnya menjadi lebih dari 6 miliar euro dari anggaran negara, tiga tahun lebih dini dari yang diumumkan sebelumnya. Dengan demikian, kami berkontribusi terhadap janji para negara industri untuk menyediakan pendanaan iklim sebesar 100 miliar euro - dan kami yakin bahwa janji ini sudah bisa terpenuhi pada tahun ini.

Kita mengetahui bahwa krisis iklim telah menimbulkan berbagai dampak yang tidak bisa dipulihkan kembali. Karena inilah kami juga terus bergerak maju dengan adaptasi perubahan iklim dan memberikan dukungan khusus untuk negara berkembang. Selambat-lambatnya,
kontribusi dari semua donor untuk adaptasi perubahan iklim harus meningkat dua kali lipat pada tahun 2025. Jerman akan berkontribusi bagiannya untuk mencapai tujuan ini.

Pada COP sebelumnya, kita telah sepakat untuk mendirikan dana untuk kerugian dan kerusakan, dan memberikan elaborasi lebih lanjut baru-baru ini di Abu Dhabi. Sekarang, kita perlu mengukuhkan kesepakatan ini di COP28 dan mengumpulkan uang untuk mengisinya. Untuk itu, perlu dipastikan bahwa dana ini utamanya digunakan untuk manfaat negara-negara yang paling rentang dan bahwa semua negara yang sanggup turut berkontribusi pada dana tersebut, tentunya termasuk negara-negara industri. Namun tidak terkecuali juga negara-negara yang telah meraup banyak keuntungan dari bahan bakar fosil atau sanggup mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Kita semua mempunyai kewajiban bersama.

Ketiga, karena inilah kami ingin berinvestasi pada kemitraan-kemitraan kami dalam COP.
Kami meyakini bahwa prasyarat untuk transisi energi dan perlindungan iklim yang sukses di tiap negara berbeda. Juga bahwa perombakan besar-besaran dari transformasi hijau hanya berfungsi apabila dirancang dengan wawasan keadilan sosial. Kami akan mendukung mitra-
mitra kami dalam hal ini.

Kita semua akan diuntungkan, karena setiap investasi dalam panel surya, hidrogen hijau, atau teknologi insulasi termal merupakan kesempatan untuk pertumbuhan, lapangan kerja baru, dan persediaan energi yang terjamin. Maka dari itu, kami memperluas kemitraan iklim, energi, dan pembangunan yang memungkinkan kedua belah pihak belajar dari satu sama lain dan meraup manfaat.

Karena setiap negara tidak perlu dipaksa memilih antara pembangunan dan perlindungan iklim. Setiap masyarakat mempunyai jalannya masing-masing.

Yang penting adalah kita semua mempunyai tujuan yang sama: sebuah masa depan yang netral dan tangguh iklim, yang menjamin bahwa anak-anak kita dapat hidup dengan aman dan sejahtera. Dalam beberapa hari mendatang di Dubai, kita memiliki kesempatan untuk menyusun peta jalan ini bersama.

Kesempatan inilah yang harus kita ambil.


(sef/sef)

Tags

Related Opinion
Recommendation