MARKET DATA
Big Stories 2025

Timeline Panas AS vs Venezuela 2025: Sanksi, Militer, hingga Blokade

tfa,  CNBC Indonesia
31 December 2025 06:05
Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi bahwa ia telah berbicara dengan Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Foto: CNBC Indonesia TV

Akar ketegangan AS-Venezuela telah terbentuk sejak era Hugo Chavez dengan kebijakan nasionalisasi minyak, yang kemudian berlanjut di bawah pemerintahan Nicolas Maduro di tengah sanksi dan krisis ekonomi.

Padahal, sebelum 1999, kedua negara relatif mesra. Perusahaan-perusahaan AS lama berinvestasi di sektor minyak Venezuela, bahkan sejak 1920-an Negeri Paman Sam menjadi pasar terbesar ekspor minyak Caracas. Titik balik terjadi saat Chavez naik ke tampuk kekuasaan dan menantang dominasi perusahaan asing.

Berikut timeline AS vs Venezuela selama 25 tahun terakhir, seperti dikutip dari Al Jazeera:

1999: Chavez Menjabat

Hugo Chavez terpilih sebagai presiden dengan agenda anti-kemapanan dan anti-AS. Ia meluncurkan "Revolusi Bolivarian", menulis ulang konstitusi, dan mulai menasionalisasi sektor minyak, sehingga mendorong benturan langsung dengan Washington.

2000-an: Eskalasi Permusuhan

Chavez mempererat hubungan dengan Rusia, China, dan Iran. Caracas mengusir LSM serta diplomat yang didukung AS dan menuding Washington melakukan destabilisasi. AS, sebaliknya, mengkritik Venezuela atas "otoritarianisme" dan pembatasan media. Program sosial diperluas saat harga minyak tinggi, namun salah urus dan korupsi mulai menggerus ekonomi.

2002: Upaya Kudeta

Kudeta singkat menggulingkan Chavez selama 48 jam. Pemerintah Venezuela menuduh AS terlibat, yang kemudian dibantah Washington. Peristiwa ini menanamkan ketidakpercayaan yang bertahan puluhan tahun.

2007: Nasionalisasi Minyak

Chavez menyingkirkan ExxonMobil dan ConocoPhillips untuk memastikan perusahaan minyak negara memegang saham mayoritas proyek baru. Chevron tetap beroperasi, menandai relasi yang selektif namun dingin dengan perusahaan AS.

2013: Kebangkitan Maduro

Usai wafatnya Chavez, Nicolas Maduro memenangkan pemilu dengan selisih tipis. Pemerintahannya segera dihadapkan pada penurunan ekonomi, skandal korupsi, dan hubungan yang kian memburuk dengan AS.

2014-2015: Sanksi Besar Pertama AS

Di tengah protes dan tuduhan pelanggaran HAM, AS memberlakukan sanksi dan pembatasan visa terhadap pejabat Venezuela. Ini menjadi titik balik krisis: kekurangan pangan dan obat menganga, inflasi melonjak, dan migrasi meningkat tajam.

2017-2019: Krisis Ekonomi & Sanksi Minyak

AS memblokir akses Venezuela ke pasar keuangan dan melarang pembelian utang. Sanksi impor minyak diperketat saat ekonomi terperosok ke hiperinflasi. Pada 2019, inflasi melonjak hingga 345%. Sebagai perbandingan, pada April 2025 inflasi masih tinggi di 172%.

2018: Pemilihan Ulang Maduro Disengketakan

Pemilu 2018 memicu krisis politik. Oposisi utama diboikot setelah kandidat kunci dilarang. Juan Guaido mendeklarasikan diri sebagai presiden sementara dan diakui AS serta puluhan sekutu. Washington memperluas sanksi ke sektor minyak, emas, pertambangan, dan perbankan.

2024: Sengketa Pemilu Kembali

Enam tahun kemudian, Maduro kembali dinyatakan menang atas kandidat independen Edmundo Gonzalez. Oposisi mempublikasikan penghitungan suara dari sejumlah TPS yang mengklaim kemenangan Gonzalez. PBB mengkritik penyelenggaraan pemilu tersebut.

Menteri Luar Negeri AS saat itu, Antony Blinken, menyatakan terdapat "bukti yang sangat kuat" bahwa Gonzalez menang. Sejumlah pemerintah Amerika Latin, yakni Brasil, Meksiko, Chili, dan Kolombia, ikut mempertanyakan hasil resmi dan menyerukan penghitungan ulang.

Rangkaian peristiwa ini menunjukkan bagaimana relasi AS-Venezuela bergeser dari kerja sama energi menjadi konflik berlapis sanksi dan krisis politik. Dalam 25 tahun, pergantian kepemimpinan di Caracas dan Washington tak banyak meredakan ketegangan, justru mengukuhkannya sebagai salah satu rivalitas paling berlarut di Belahan Barat, yang pada 2025 mencapai titik eskalasi paling berbahaya.

Disclaimer:

Big Stories merupakan kumpulan berita lama dari CNBC Indonesia yang telah dipublikasikan sebelumnya dan disajikan kembali karena menjadi berita terpopuler dan paling banyak diminati sepanjang tahun 2025. Informasi yang dimuat tidak selalu mencerminkan kondisi atau perkembangan terbaru. Pembaca disarankan untuk meninjau tanggal publikasi dan mencari referensi tambahan untuk mendapatkan informasi terkini.

(tfa/tfa)
[Gambas:Video CNBC]




Most Popular
Features