MARKET DATA
Big Stories 2025

Prabowo Resmikan Pabrik Baterai EV Rp 96 Triliun RI, Terbesar di Asia!

Firda Dwi Muliawati,  CNBC Indonesia
28 December 2025 11:00
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan Grounbreaking Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik pada Minggu, (29/06), di Kawasan Artha Industrial Hill, Karawang, Jawa Barat.
Foto: CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden RI Prabowo Subianto pada akhir Juni 2025 lalu meresmikan peletakan batu pertama atau groundbreaking proyek ekosistem baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) terbesar di Asia, di Karawang, Jawa Barat. Total investasi keseluruhan proyek hulu-hilir tersebut mencapai US$ 5,9 miliar setara Rp 96,04 triliun (asumsi kurs Rp 16.278 per US$).

Proyek tersebut dioperasikan oleh PT Aneka Tambang (Antam), PT Indonesia Battery Corporation (IBC), dan perusahaan asal China yakni Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) yang merupakan perusahaan patungan dari CATL, Brunp dan Lygend.

Peletakan batu pertama proyek investasi jumbo itu masuk dalam runtutan "Big Stories 2025" CNBC Indonesia. Dimulainya pembangunan proyek tersebut menjadi salah satu topik yang paling banyak dibaca pada tahun 2025 ini. Simak penjabaran lengkapnya berikut ini.

Berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC), Karawang, Jawa Barat, Prabowo secara simbolis meresmikan groundbreaking pembangunan proyek hulu-hilir baterai tersebut.

Pada peresmiannya, Prabowo juga didampingi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, COO Danantara Dony Oskaria, CIO Danantara Pandu Patria Sjahrir, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Pemilik Grup Artha Graha Tomy Winata, hingga pihak lainnya.

Pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik terintegrasi merupakan langkah nyata dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia.

"Cita-cita hilirisasi sudah sangat lama dari sebenarnya Presiden Republik Indonesia yang pertama dari Bung Karno sudah bercita-cita hilirisasi. Dan Presiden-Presiden kita selanjutnya juga bercita-cita dan melaksanakan hilirisasi," ucap Prabowo, Minggu (29/6/2025).

RI Bisa Ketiban Durian Runtuh Rp 481,55 Triliun

Prabowo memperhitungkan, tambah ekonomi dari proyek ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia bisa meningkat delapan kali lipat. Nilainya bahkan sampai US$ 48 miliar setara Rp 481,55 triliun.

"Jadi memang tadi saya katakan proyek ini adalah proyek terobosan dan sebagaimana tadi dilaporkan dengan investasi US$ 5,9-6 miliar akan menghasilkan nilai diperkirakan US$ 48 miliar, jadi 8 kali nilai tambahnya," ujarnya.

Dia menegaskan, nilai tambah tersebut bisa dinikmati pula oleh daerah khususnya Maluku Utara, lokasi sebagian besar ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi yang diklaim terbesar di Asia tersebut.

"Dengan nilai tambah yang sekian tidak hanya Maluku Utara yang akan kita percepat pembangunannya tapi provinsi-provinsi lain akan menikmatinya. Seluruh bangsa akan menikmatinya," tegasnya.

RI Bisa Hemat Impor BBM 300 Ribu KL

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa Indonesia bisa menghemat impor 300 ribu kilo liter bahan bakar minyak (BBM). Hal ini jika pabrik tersebut mulai beroperasi dengan kapasitas maksimal yakni 15 GWh/tahun.

"Ini bisa menghemat impor BBM sekitar 300.000 kiloliter per tahun kalau hanya 15 GWh," jelasnya dalam acara peresmian Groundbreaking Ekosistem Baterai Terbesar di Asia, di Karawang Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).

Jepang-AS Minat Beli

Direktur Utama PT Indonesia Battery Corporation (IBC) yang menjabat saat itu yakni Toto Nugroho mengatakan produk sel baterai yang dihasilkan melalui pabrik tersebut sebagiannya akan diekspor ke beberapa negara seperti Jepang, India, China, bahkan Amerika Serikat (AS).

"Ada. Jadi sudah ada beberapa off-taker langsung. Banyak yang ada di Indonesia. Ada juga yang pasar untuk ekspor," ujarnya di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025). "Negaranya ada Jepang, ada India. Ada juga US," tambahnya.

Meski akan mengirimkan produk sel baterai ke beberapa negara, Toto belum bisa memastikan perusahaan mana yang akan dipasok oleh pihaknya.

Namun, pihaknya memperhitungkan porsi ekspor yang akan dilakukan oleh pihaknya mencapai 30% dari total produksi sel baterai perusahaan. Sisanya, kata Toto, akan dipasok untuk kebutuhan domestik.

"Nanti kita lihat. Kalau kita lihat dengan kondisi yang sekarang, diekspor sekitar 30-an%. Tapi nanti pasti berubah-ubah tahun ke tahun," bebernya.

"Jadi kita tidak hanya ke satu negara saja, tapi ke berbagai negara juga. Bagusnya untuk baterai EV ini, perkembangan utama itu di Cina, Amerika, sama Eropa. Timur Tengah juga mulai berkembang. Yang ada nikel ya Alhamdulillah Indonesia. Jadi itu yang tugas negara kita untuk bisa meningkatkan," tandasnya.

Lithiumnya Impor

Untuk mengembangkan ekosistem itu, dibutuhkan pelengkap komponen-komponen bahan baku. Indonesia sendiri, menjadi salah satu negara penghasil nikel terbesar di Dunia. Namun satu komoditas itu tak cukup untuk membentuk ekosistem baterai EV, dibutuhkan produksi pertambangan strategis seperti lithium.

Toto mengungkapkan Indonesia sendiri sejatinya sudah memiliki keseluruhan bahan pembuat sel baterai, namun hanya lithium yang belum tersedia. Meski begitu, pihaknya akan memenuhi kebutuhan tersebut melalui pasokan dari negara tetangga Indonesia seperti Australia.

Walaupun memang, lanjut Toto, jumlah lithium yang dibutuhkan tidak terlalu besar, hanya 7% dari keseluruhan komponen sel baterai. "Jadi kalau lithium itu, sekarang kan yang ada itu banyak dari Australia, sama dari Amerika Selatan. Tapi lithium itu cuma 7% dari si baterainya secara benar-benar," katanya.

Indonesia sendiri, lanjut Toto, sebenarnya memiliki peluang untuk bisa memproduksi lithium dalam negeri yakni berasal dari air dari sumber panas bumi (brine geothermal). Namun belum tereksplorasi lebih lanjut.

"Tapi itu satu hal yang menurut saya untuk sementara kan tidak semua negara memiliki mineral yang cukup untuk baterai. Jadi Allah itu maha adil. Seluruh mineral itu disebar di seluruh dunia. Jadi kita saling melengkapi sebenarnya," tambahnya.

Proyek Ekosistem Baterai Terintegrasi

Proyek tersebut terdiri dari total enam usaha patungan (Joint Venture/JV) mulai dari proyek hulu hingga hilir. Detailnya, JV satu hingga tiga merupakan ekosistem baterai di sisi hulu. Sedangkan, JV empat hingga enam merupakan ekosistem baterai di sisi hilir.

Hulu:

JV 1: Proyek pertambangan nikel PT Sumberdaya Arindo (SDA) kapasitas produksi nikel saprolite 7,8 juta wet metric ton (wmt) dan limonite 6 juta wmt, total 13,8 juta wmt dengan porsi kepemilikan saham PT Antam sebesar 51% dan CBL sebesar 49%. Proyek ini sudah mulai berproduksi sejak tahun 2023 lalu.

JV 2: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) PT Feni Haltim (FHT) kapasitas 88 ribu ton refined nickel alloy per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT Antam sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2027 mendatang.

JV 3: Proyek fasilitas pemurnian dan pemrosesan (smelter nikel) jenis High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Nickel Cobalt Halmahera (HPAL JVCO) kapasitas 55 ribu ton MHP per tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT Antam sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

Hilir:

JV 4: Proyek material baterai yang akan memproduksi bahan katoda, kobalt sulfat, dan prekursor terner kapasitas 30 ribu ton Li-hydroxide berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dengan porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan berproduksi pada tahun 2028 mendatang.

JV 5: Proyek sel baterai PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB) berlokasi di Artha Industrial Hill (AIH) & Karawang New Industry City (KNIC). Proyek ini terbagi menjadi fase 1 dengan kapasitas 6,9 GWh/tahun dan fase 2 kapasitas 8,1 GWh/tahun, total kapasitas 15 GWh/tahun. Adapun, porsi kepemilikan saham CBL 70% dan PT IBC sebesar 30%. Proyek ini ditargetkan mulai berproduksi pada tahun 2026 mendatang untuk fase 1, dan pada tahun 2028 mendatang untuk fase 2.

JV 6: Proyek daur ulang baterai berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara kapasitas 20 ribu ton logam/tahun dengan porsi kepemilikan saham CBL 60% dan PT IBC sebesar 40%. Proyek ini ditargetkan tahun 2031 mendatang.

Disclaimer: Big Stories merupakan kumpulan berita lama dari CNBC Indonesia yang telah dipublikasikan sebelumnya dan disajikan kembali karena menjadi berita terpopuler dan paling banyak diminati sepanjang tahun 2025. Informasi yang dimuat tidak selalu mencerminkan kondisi atau perkembangan terbaru. Pembaca disarankan untuk meninjau tanggal publikasi dan mencari referensi tambahan untuk mendapatkan informasi terkini
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Bisa Jadi Kiblat Eksositem Baterai EV di Dunia, Ini Buktinya


Most Popular
Features