RI Bakal Punya Pabrik Baterai Raksasa Rp131 T di 2027, Ini Pemiliknya

Firda Dwi Muliawati, CNBC Indonesia
06 August 2025 14:05
Pabrik nikel terbesar di dunia yang dimaksud yaitu pabrik nikel sulfat yang merupakan bahan utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik. Pabrik nikel sulfat ini berada di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. (Dok. Harita Group Pulau Obi)
Foto: Pabrik nikel terbesar di dunia yang dimaksud yaitu pabrik nikel sulfat yang merupakan bahan utama penyusun prekursor katoda baterai kendaraan listrik. Pabrik nikel sulfat ini berada di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara. (Dok. Harita Group Pulau Obi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membeberkan pabrik baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dengan nilai investasi US$ 8 miliar setara Rp 131,07 triliun (asumsi kurs Rp 16.379 per US$) ditargetkan rampung pada tahun 2027 mendatang. Proyek itu milik Zhejiang Huayou Cobalt Co (Huayou) dan Indonesia Battery Corporation (IBC).

Bahlil mengatakan pemerintah akan memberikan insentif menarik untuk proyek ekosistem baterai EV di Indonesia, termasuk untuk proyek ekosistem baterai EV yang didorong tuntas pada akhir tahun 2027 tersebut.

"Huayou sebentar lagi akan jalan dengan Antam dan IBC. Total investasinya sekitar US$ 8 miliar. Nah, kalau ini semua jadi, kita targetkan 2027, akhir, ini semua sudah jadi," kata Bahlil di Hotel Mulia Jakarta, dikutip Rabu (6/8/2025).

Sejatinya, Huayou menggantikan posisi yang sebelumnya ditempati oleh perusahaan baterai EV asal Korea Selatan yakni LG Energy Solution (LGES). Namun, LGES mundur dari konsorsium dengan IBC sebagai perusahaan induk PT Aneka Tambang (Antam), PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).

Keluarnya LGES dalam proyek rantai pasok baterai tersebut merupakan keputusan yang diambil oleh pemerintah. Hal ini terjadi lantaran LGES tidak memenuhi komitmen awal yang sudah disepakati.

Tidak hanya mundur pada proyek dengan IBC, LGES mundur dalam rencana investasi pada ketiga joint venture (JV). Sedangkan, satu JV lainnya, yakni JV keempat, sudah beroperasi saat ini dan masih terus berprogres.

Investasi Huayou di RI

Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyebutkan Huayou akan menambah investasi di Indonesia, termasuk pada proyek ekosistem baterai EV.

Tidak main-main, potensi tambahan investasi Huayou di dalam negeri mencapai US$ 20 miliar setara Rp 335,56 triliun (asumsi kurs Rp 16.759 per US$).

"Nah, mereka menyampaikan potensi untuk investasi dari grup Huayou ini, ke depannya menurut perhitungan mereka bisa akan mencapai US$ 20 miliar, tambahan," jelas Rosan saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Selasa (29/4/2025).

Dalam catatan Rosan, Huayou sudah berinvestasi di Indonesia hingga saat ini senilai US$ 8,8 miliar. Tak cuma itu, Huayou dikabarkan juga akan mengembangkan proyeknya di dalam negeri tepatnya di kawasan industri Weda Bay dan Morowali.

"Nah, mereka sekarang ingin mengembangkan juga sendiri untuk lahan industrial park seperti yang di Morowali, di Weda Bay. Kita kan ingin mengembangkan di tempat-tempat lain juga. Nah, rencana ini lokasinya di Pomalaa," tandasnya.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Proyek Baterai EV Jalan, RI Bisa Ketiban Durian Runtuh Rp481,55 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular