
Badan Geologi AS Buktikan RI 'Raja Nikel' Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan bahwa sebanyak 43% cadangan nikel dunia tersimpan di Indonesia. Hal itu dikatakannya mengutip data Badan Geologi Amerika Serikat (AS).
"Bapak-Ibu semua, cadangan nikel di dunia oleh data Badan Geologi Amerika mengatakan yang 43% itu adalah Indonesia," jelas Bahlil di Hotel Mulia, Jakarta, dikutip Selasa (6/8/2025).
Mengutip data Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batu Bara Indonesia Tahun 2025 yang dirilis Badan Geologi Kementerian ESDM, dengan data termutakhirkan Desember 2024, cadangan bijih nikel per tahun 2024 tercatat sebesar 5,913 miliar ton. Terdiri dari cadangan terkira sebesar 3,818 miliar ton dan cadangan terbukti sebesar 2,095 miliar ton.
Artinya, apabila produksi bijih nikel per tahun diestimasikan sebesar 173 juta ton seperti data tahun 2024, maka sisa umur cadangan bijih nikel RI diperkirakan masih sampai 34 tahun.
Atas melimpahnya sumber daya nikel itu, Indonesia mendorong proyek hilirisasi nikel dengan menyetop ekspor bijih nikel sejak tahun 2020. Tidak main-main, nilai ekspor proyek hilirisasi nikel tahun 2024 mencapai US$ 33,9 miliar setara Rp 555,51 triliun (asumsi kurs Rp 16.387 per US$) atau meningkat tajam dibanding nilai ekspor nikel pada tahun 2017 sebesar US$ 3,3 miliar setara Rp 54,07 triliun.
Hilirisasi nikel di Indonesia juga dinilai berdampak pada pandangan dunia terhadap Indonesia. Bahkan, kesuksesan proyek hilirisasi nikel Indonesia mendorong persaingan bisnis global.
"Sekalipun saya tahu sekarang persaingannya luar biasa, ada negara lain yang melakukan kampanye hitam terhadap pengelolaan sumber daya alam Indonesia, seolah-olah itu tidak ramah lingkungan," ungkap Bahlil, dikutip Rabu (6/8/2025).
Tak sampai di hilirisasi, Indonesia juga mendorong pemanfaatan nikel menjadi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Salah satu jenis nikel yang dimanfaatkan adalah nikel kadar rendah (limonit).
"Dan untuk nikel, yang efisien untuk baterai itu adalah limonit. Saprolit bisa, tapi itu butuh turunan teknologi lagi. Dan itu biayanya dianggap cukup agak sedikit lebih mahal," tandasnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penampakan Penambangan Nikel di Wilayah Raja Ampat
