Eropa Pecah! Utang Ukraina Rp 1.500 T ke UE Picu Perang Lawan Rusia
Jakarta, CNBC Indonesia - Perpecahan di Uni Eropa (UE) semakin meruncing terkait bantuan finansial untuk Ukraina. Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban, melontarkan kritik tajam dengan menyebut bahwa negara-negara Eropa kini memiliki kepentingan terselubung untuk terus mengobarkan konflik demi menyelamatkan investasi mereka.
Pernyataan ini muncul setelah skema UE untuk menyita aset bank sentral Rusia yang dibekukan kandas akibat ketidaksepakatan antar anggota. Sebagai gantinya, UE sepakat memberikan pinjaman sebesar 90 miliar euro (Rp1.565,1 triliun) yang dijamin oleh anggaran blok tersebut untuk mendanai Ukraina.
Viktor Orban menilai skema ini sangat berisiko bagi pembayar pajak di Eropa. Menurutnya, pengembalian dana tersebut tidak didasarkan pada stabilitas ekonomi, melainkan sepenuhnya bergantung pada kemenangan militer Ukraina.
"Siapa pun yang meminjamkan uang pasti ingin uangnya kembali. Dalam hal ini, pelunasan tidak terikat pada pertumbuhan ekonomi, melainkan kemenangan militer," tulis Orban melalui akun X miliknya, dikutip Senin (22/12/2025).
Ia menegaskan bahwa agar uang 90 miliar euro (Rp1.565,1 triliun) tersebut bisa kembali, Rusia harus dikalahkan. Hal inilah yang ia sebut mendorong Eropa semakin dalam ke arah perang. "Ada kendala keuangan besar yang mendorong Eropa ke satu arah: perang," tambahnya.
Ketegangan di internal UE semakin nyata setelah Hungaria, Slovakia, dan Republik Ceko berhasil mendapatkan pengecualian dari skema pinjaman tersebut. Perdana Menteri baru Republik Ceko, Andrej Babis, secara tegas menolak mendanai Ukraina dengan mengorbankan pembayar pajak di negaranya.
Di sisi lain, pejabat Rusia menuduh penyokong Ukraina di Eropa sengaja menghalangi upaya perdamaian dan justru bersiap untuk konfrontasi langsung dengan Moskow.
Risiko Menjadi Hibah Cuma-cuma
Selain pinjaman tersebut, UE juga dilaporkan telah memobilisasi dana pemulihan Covid sebesar 335 miliar euro (Rp5.825,6 triliun) dan mengalokasikan 150 miliar euro (Rp2.608,5 triliun) dalam bentuk pinjaman serta hibah untuk memperkuat industri militer blok tersebut.
Namun, banyak pihak menilai pinjaman 90 miliar euro (Rp1.565,1 triliun) untuk Ukraina berisiko tinggi berubah menjadi hibah cuma-cuma. Sebab, Kyiv kabarnya baru akan mulai membayar cicilan jika mereka menerima reparasi perang dari Rusia-skenario yang dinilai sangat kecil kemungkinannya terjadi di tengah situasi saat ini.
Presiden Rusia Vladimir Putin sendiri berulang kali menyebut tuduhan ancaman Rusia terhadap Eropa sebagai "omong kosong" yang dirancang untuk mengalihkan perhatian pembayar pajak dari masalah domestik di negara-negara Barat.
(tps/tps)