Ukraina Menggila, Serang "Armada Bayangan" Rusia di Dekat Pantai Arab
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Ukraina menyatakan telah menyerang sebuah kapal tanker milik "armada bayangan" Rusia menggunakan drone udara. Serangan itu dilakukan sejauh sekitar 1.250 mil atau 2.000 kilometer dari perbatasan Ukraina, dan disebut sebagai serangan pertama Kyiv di kawasan Laut Mediterania sejak invasi besar-besaran Rusia hampir empat tahun lalu.
Melansir The Guardian, serangan tersebut terjadi pada Jumat (19/12/2025) di lepas pantai Libya dan dilaporkan menyebabkan kerusakan parah pada kapal tanker. Waktu serangan itu bertepatan dengan konferensi pers akhir tahun Presiden Rusia Vladimir Putin, di mana ia menyatakan Rusia akan merespons serangan Ukraina terhadap kapal-kapal tanker armada bayangan.
Insiden ini muncul di tengah meningkatnya konflik maritim terkait "armada bayangan", istilah yang digunakan untuk menyebut kapal-kapal yang dipakai Rusia, Iran, dan Venezuela guna menghindari sanksi internasional melalui berbagai praktik penipuan.
Sebelumnya, Kyiv juga telah menargetkan kapal-kapal tanker bayangan Rusia di Laut Hitam sebagai bagian dari upaya memutus sumber pendapatan penting Moskow yang digunakan untuk membiayai invasi ke Ukraina.
Armada bayangan tersebut diperkirakan terdiri dari lebih dari 1.000 kapal, yang sering berganti bendera dan memiliki kepemilikan tidak jelas. Keberadaan armada ini memungkinkan Rusia tetap mengekspor minyak mentah dan memperoleh pendapatan besar meskipun berada di bawah pembatasan dan sanksi Barat.
Sejumlah pakar dan beberapa pemimpin Eropa meyakini sebagian kapal dalam armada ini juga digunakan Rusia untuk melakukan perang hibrida di berbagai wilayah Eropa.
Menanggapi serangan terbaru, Putin mengatakan Rusia akan "pasti membalas" serangan Ukraina terhadap apa yang disebut armada bayangannya.
"Pada akhirnya, ini tidak akan menghasilkan hasil yang diharapkan. Ini tidak akan mengganggu pasokan apapun, tetapi hanya akan menciptakan ancaman tambahan," kata Putin.
Sebelumnya, Putin juga mengancam akan memutus akses Ukraina ke Laut Hitam sebagai respons atas serangan terhadap kapal tanker Rusia, yang ia sebut sebagai tindakan pembajakan. Pernyataan itu disampaikan dalam acara siaran langsung tahunan bersama rakyat Rusia, sebuah agenda politik yang telah dikemas secara ketat dan menjadi tradisi tahunan Kremlin.
Acara maraton yang berlangsung lebih dari empat jam tersebut memungkinkan jurnalis dan sejumlah warga terpilih mengajukan pertanyaan langsung kepada presiden, menampilkan kesan keterbukaan meski agenda tetap dikendalikan secara ketat.
Sementara itu, sebuah sumber di Dinas Keamanan Ukraina (SBU) menyebut serangan Jumat tersebut sebagai "operasi khusus baru yang belum pernah terjadi sebelumnya". Namun, sumber itu tidak mengungkap rincian teknis, termasuk bagaimana drone dikerahkan di Mediterania, dari mana drone diluncurkan, atau negara mana saja yang mungkin dilintasi.
Menurut sumber tersebut, kapal tanker itu sedang kosong saat serangan terjadi sehingga tidak menimbulkan ancaman lingkungan. Mereka juga menyebut operasi dilakukan melalui langkah-langkah "bertahap".
Sumber SBU mengklaim kapal tanker yang diidentifikasi sebagai Qendil telah "mengalami kerusakan parah dan tidak dapat digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan". Kapal tersebut, menurut mereka, digunakan untuk menghindari sanksi Barat dan mendanai perang Rusia, sehingga dianggap sebagai "target yang sepenuhnya sah".
"Musuh harus memahami bahwa Ukraina tidak akan berhenti, dan akan menyerang mereka di mana pun di dunia, di mana pun mereka berada," kata sumber tersebut.
Kelompok manajemen risiko maritim asal Inggris, Vanguard, menilai serangan ini menandai eskalasi baru.
"Perkembangan ini mencerminkan perluasan yang mencolok dari penggunaan sistem pesawat tanpa awak oleh Ukraina terhadap aset maritim yang terkait dengan jaringan ekspor minyak Rusia yang dikenai sanksi," kata Vanguard.
Seorang pejabat Ukraina juga membenarkan serangan tersebut kepada media daring Ukrainska Pravda.
"Kapal tanker ini digunakan untuk menghindari sanksi dan mendapatkan uang yang digunakan untuk perang melawan Ukraina. Oleh karena itu, dari sudut pandang hukum internasional dan hukum serta kebiasaan perang, ini adalah target yang sepenuhnya sah bagi SBU. Musuh harus memahami bahwa Ukraina tidak akan berhenti dan akan mengalahkannya di mana pun di dunia, di mana pun dia berada," kata pejabat Ukraina tersebut.
Data dari Vessel Finder menunjukkan kapal tanker itu terakhir kali berada di pelabuhan Suez, Mesir, pada 16 Desember, sebelum berlayar ke lepas pantai Libya dan berbalik arah.
Kyiv juga mengklaim pernah melakukan serangan serupa terhadap kapal tanker yang terkait dengan Rusia di dekat perairan Laut Hitam Turki, di mana dua kapal tanker minyak kosong dilaporkan terkena ledakan.
Serangan Ukraina ini terjadi di tengah langkah yang semakin agresif dari sejumlah negara untuk menekan aktivitas armada bayangan. Bulan ini, pasukan AS menaiki kapal tanker bayangan yang terkena sanksi di lepas pantai Venezuela. Pemerintahan Trump juga mengumumkan blokade terhadap kapal-kapal tanker bayangan lain sebagai bagian dari upaya menekan perubahan rezim.
Negara-negara Eropa pun meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap kapal tanker bayangan yang beroperasi di perairan mereka, seiring kekhawatiran atas ancaman keamanan dan lingkungan dari kapal-kapal tua yang kerap berlayar tanpa sistem identifikasi otomatis.
Dalam konferensi persnya, Putin kembali menegaskan sikap keras Rusia dalam perang Ukraina. Ia menyatakan Moskow tidak memiliki rencana menyerang Eropa, namun menambahkan tidak akan ada "operasi militer khusus" baru selama Rusia diperlakukan dengan hormat dan "tidak ditipu".
Putin juga menyebut penggunaan aset bank sentral Rusia yang dibekukan untuk membiayai rekonstruksi Ukraina sebagai "perampokan", dan menegaskan Moskow akan menempuh jalur hukum.
Ia mengatakan Rusia akan "menemukan yurisdiksi yang sesuai" untuk mengajukan gugatan atas langkah tersebut.
(luc/luc)