Internasional

Putin Emosi ke Eropa, Sebut Siap Balas Dendam

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
03 October 2025 20:00
Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat ia dan Presiden AS Donald Trump (tidak terlihat) mengadakan konferensi pers setelah pertemuan mereka untuk merundingkan akhir perang di Ukraina, di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, di Anchorage, Alaska, AS, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Jeenah Moon)
Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin memberi isyarat saat ia dan Presiden AS Donald Trump (tidak terlihat) mengadakan konferensi pers setelah pertemuan mereka untuk merundingkan akhir perang di Ukraina, di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, di Anchorage, Alaska, AS, 15 Agustus 2025. (REUTERS/Jeenah Moon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan antara Rusia dan Eropa kembali memanas. Hal ini terjadi saat Angkatan Laut Prancis menahan sebuah kapal tanker minyak yang masuk dalam daftar hitam Uni Eropa (UE).

Mengutip AFP, ketegangan ini bahkan menyulut emosi Presiden Rusia Vladimir Putin. Ia mengecam tindakan tersebut sebagai "pembajakan" dan bersumpah akan memberikan "respons yang signifikan" terhadap apa yang disebutnya sebagai ancaman dari Eropa.

"Langkah-langkah pembalasan oleh Rusia tidak akan lama lagi. Respons terhadap ancaman semacam itu akan sangat signifikan. Rusia tidak akan pernah menunjukkan kelemahan atau keraguan," tuturnya Jumat (3/10/2025).

Peringatan keras dari Putin ini muncul setelah kapal tanker bernama Boracay ditahan dan diperiksa oleh Angkatan Laut Prancis pada hari Sabtu. Kapal ini diduga kuat merupakan bagian dari "armada bayangan" (shadow fleet) yang digunakan Moskow untuk menghindari sanksi dan terus mengekspor minyak mentahnya.

Menurut data pengiriman yang dianalisis oleh AFP, Boracay berangkat dari pelabuhan Primorsk, Rusia pada 20 September. Kapal itu dijadwalkan tiba di Vadinar, India pada 20 Oktober.

Penahanan kapal ini tidak hanya terkait pelanggaran sanksi. Boracay, yang juga dikenal dengan nama Pushpa atau Kiwala, telah dikaitkan dengan serangkaian penerbangan drone misterius di atas wilayah Denmark bulan lalu, termasuk di atas situs-situs militer. Insiden ini memicu penutupan bandara sementara.

Pihak berwenang Prancis menyatakan bahwa kapten kapal yang berkewarganegaraan China dan mualim satunya ditahan karena menolak memberikan bukti kewarganegaraan kapal atau tidak kooperatif. Mualim satu telah dibebaskan, sementara sang kapten akan menghadapi persidangan di Prancis pada Februari tahun depan. Jaksa penuntut umum di kota Brest menyatakan bahwa investigasi Angkatan Laut Prancis menetapkan kapal Boracay "tidak memiliki bendera."

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dalam sebuah pertemuan puncak di Denmark yang juga dihadiri Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mendesak negara-negara Eropa untuk berbuat lebih banyak untuk mengganggu "armada bayangan" Rusia. Macron menyatakan bahwa para panglima militer dari "koalisi" pendukung Ukraina akan segera mengadakan pembicaraan untuk membahas cara-cara mengganggu armada tersebut.

Diperkirakan "armada bayangan" ini mencakup hingga 1.000 kapal dan menyumbang "puluhan miliar euro" bagi anggaran Rusia, atau sekitar 40% dari upaya perang Moskow, menurut Macron. Kapal-kapal ini sering kali menggunakan bendera negara lain (flags of convenience), memiliki kepemilikan yang tidak jelas, dan sering mematikan transponder mereka untuk menghindari deteksi.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Paus Leo XIV Telepon Putin-Bahas Dialog Perdamaian, Direspons Begini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular